Wednesday, January 9, 2013

ANALISIS SKALA SIKAP



A. JUDUL PENELITIAN:
“IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK”.

B. VARIABEL PENELITIAN:
1) Implementasi Metode Cooperative Learning
2) Peningkatan Motivasi
3) Penguasaan materi.

C. KAJIAN TEORI MOTIVASI
Motivasi berasal bahasa Inggris “motive” yang berarti daya penggerak/alasan (Echols dan Shadily, 2003: 386). Sedangkan dalam bahasa Indonesia, motivasi berasal dari kata dasar “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak (Sardiman, 1992: 73). Motivasi adalah kondisi internal yang spesifik dan mengarahkan perilaku seseorang ke suatu tujuan.
Para ahli mengemukakan beberapa teori tentang motivasi sebagai berikut. Maslow dalam Lefton (1982: 168) menyatakan bahwa perilaku manusia termotivasi ke arah “self fulfillment”. Setiap orang mempunyai motif bawaan yang selalu diperjuangkan untuk dipenuhi yang bergerak dari motif yang paling sederhana yaitu kebutuhan fisiologis sampai aktualisasi diri. Pada awalnya Maslow mengemukakan teorinya dengan hanya menyebutkan 5 hirarki kebutuhan manusia, namun kemudian ia menyempurnakan teorinya dengan menjadikan 7 hirarki kebutuhan manusia yaitu: “1) physiological needs, 2) safety needs, 3) belongingness and love needs, 4) esteem needs, 5) cognitive needs, 6) aesthetics needs dan 7) self actualization”.
Herzeberg sebagaimana dikutip oleh Davis (1990: 110) mengemukakan tentang teori motivasi dengan mengembangkan model dua faktor. Dijelaskan bahwa ada dua faktor yang terpisah, yaitu higiene factor dan satisfier factor, yang mempengaruhi motivasi. Higiene factors adalah faktor yang apabila tidak ada dalam kondisi kerja akan menimbulkan rasa ketidakpuasan, namun keberadaannya hanya menimbulkan rasa netral. Satisfier factors adalah faktor yang keberadaannya sangat membangkitkan motivasi tetapi ketiadaannya jarang mengakibatkan rasa kecewa pada seseorang.
Sedangkan Alderfer, mengemukakan tiga teori yang disebut dengan “ERG Theory (Existence, Relatedness, dan Growth)” (Davis, 1990: 111). ERG Theory merupakan gambaran dari kebutuhan manusia untuk bereksistensi, berhubungan, dan berkembang. Teori ini mempunyai banyak persamaan dengan teori Maslow. Perbedaan yang menonjol adalah jika Maslow melihat kebutuhan sebagai jenjang yang ketat di mana kebutuhan tingkat yang lebih tinggi tidak mungkin dipenuhi sebelum terpenuhi tingkat di bawahnya, maka Alderfer lebih bersifat fleksibel, di mana dimungkinkan pemenuhan kebutuhan secara bersamaan bahkan dimungkinkan adanya gerakan menurun apabila seseorang mengalami frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhannya di tingkat tertentu.
Ketiga teori yang dikemukakan oleh kelompok humanis di atas, posisi motivasi diidentifikasi sebagai berikut; pertama, pada teori Maslow, motivasi dimulai dari hirarki ke 3 sampai aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan puncak motivasi dari seseorang. Kedua, pada teori Herzberg, motivasi berada pada faktor satisfier. Ketiga, pada teori Alderfer, motivasi terkandung dalam kebutuhan berinteraksi dan kebutuhan untuk berkembang.
Menurut  Sardiman (2001: 84-86), motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Secara umum ia mengidentifikasi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Pertama, motivasi instrinsik: adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan membaca itu sendiri. Seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain.  Kedua, motivasi ekstrinsik: adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan mendapatkan pujian. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan pujian. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Menurut Sardiman (2001:102), bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah keseluruhan dan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya, Keller (1983)  sebagaimana dikutip oleh Aan Baidillah, mengembangkan teori pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan).
  1. Attention (perhatian) artinya peserta didik yang mau belajar harus memiliki atensi atau perhatian pada materi yang akan dipelajari. Perhatian peserta didik dapat bangkit antara lain karena dorongan ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu peserta didik perlu dirangsang melalui cara-cara baru dan unik. Seperti metode diskusi, bermain peran, simulasi, demonstrasi, dan sebagainya. Bisa juga dengan media film, tape, video, tranparansi, dan lainya.
  2. Relevance (kesesuaian) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila peserta didik merasakan bahwa apa yang dipelajari itu mempunyai kesesuaian manfaat langsung secara pribadi. Strategi untuk menunjukkan relevansi di antaranya; memberikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau profesi tertentu; menyampaikan kepada peserta didik apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran; menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan; atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
  3. Confidence (kepercayaan diri) artinya belajar secara aktif, perlu dihilangkan kekhawatiran dan rasa ketidakmampuan dalam diri peserta didik. Peserta didik perlu percaya bahwa ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari sesuatu. Strateginya antara lain; menyusun pembelajaran ke bagian-bagian yang lebih kecil sehingga peserta didik tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus.
  4. Satisfaction (kepuasan) artinya bahwa motivasi belajar baru mampu menghasilkan rasa puas untuk mendorong tumbuhnya keinginan untuk tetap belajar. Dengan demikian, peserta didik akan termotivasi mencapai tujuan yang serupa. Demi meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, guru dapat memberikan reinforcement (penguatan) berupa pujian, pemberian, kesempatan, atau bahkan pemberian hadiah. (Aan Baidillah, http://udugudug.wordpress.com, diakses 21 Maret 2012).
Berangkat dari berbagai pendapat para ahli tentang motivasi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Intensitas motivasi seorang peserta didik akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. 

D. JUSTIFIKASI DAN PENETAPAN INDIKATOR
Dalam konteks penelitian ini, penulis memilih dan menggunakan teori motivasi yang dikembangkan oleh Keller, karena lebih relevan dan lebih mudah untuk menentukan indikator variabel motivasi belajar. Sehingga indikator variabel motivasi belajar dalam penelitian ini terdiri dari empat aspek, meliputi : 1) Perhatian; 2) Relevansi; 3) Kepercayaan diri;  4) Kepuasan.

E. SUMBER BACAAN/ KEPUSTAKAAN
Aan Baidillah Halian, Menerapkan Strategi ARCS untuk Motivasi Belajar Siswa, dalam http://udugudug.wordpress.com, diakses 21 Maret 2012.
Davis, Keith dan John W. Newstrom, 1990, Human Behavior at Work: Organizational Behavior, New York: McGraw-Hill Book Company.
Echol, M Jhon dan Hasan Sadily, 1992, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Sardiman, AM. 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
————————-., 1992, Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar, Cet. IV. Jakarta: Rajawali.
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. XVI, 2011.
F. KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
No
Variabel
Indikator
Komponen & Nomor Item
Total
Kognisi
Afeksi
Konasi
+
-
+
-
+
-
30 item
Motivasi
1.Perhatian (Attention)
  2,4,6,
16,29
  7,8,9,10,17,27
  1,11,13,14,15
  3,5  21,25, 28
  18,19, 20,23
  12,22, 26,27, 30
2.Relevansi (relevance)
3.Percaya diri (confidence)
4.Kepuasan (satisfaction)

G. KRITERIA SKOR SKALA SIKAP
Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah SKALA LIKERT. Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif dengan penskoran seperti ditunjukkan pada Tabel  di bawah ini:
Tabel. Skala penilaian angket peserta didik
Alternatif jawaban
Bobot Penilaian
Positif
Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4
Tidak Setuju (TS)
2
3
Entah/Tidak Tahu (E)
0
0
Setuju Sekali (SS)
3
2
Sangat Setuju Sekali (SSS)
4
1

Untuk mengukur data angket digunakan rumus
P =  x 100%
kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20%        = Sangat lemah              Angka 21%-40%      = Lemah
Angka 41%-60%      = Cukup                         Angka 61%-80%      = Kuat                                          Angka 81%-100%    = Sangat kuat
ANGKET MOTIVASI PESERTA DIDIK
Petujuk:
  1. Pada kuesioner ini terdapat 30 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu. Rahasia Anda terjamin.
  2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
  3. Berikan penilaianmu secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan cara memberi tanda checklist (√) pada salah satu dari lima pilihan dibawah ini.
Keterangan      :    SSS = Sangat Setuju Sekali                 TS = Tidak Setuju
      SS = Sangat Setuju     STS = Sangat Tidak Setuju     E  = Entah/Tidak Tahu
No.
Indikator
SSS
SS
E
TS
STS
1.
Saya tertarik mengikuti mata pelajaran sejarah dengan menerapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw
2.
Penerapan model Coperative Learning tipe Jigsaw membantu memudahkan saya dalam memahami pelajaran sejarah dan mampu menerapkan dengan baik
3.
Penerapan model Coperative Learning tipe Jigsaw kurang menarik bagi saya
4.
Saya dapat menghubungkan isi pembelajaran ini dengan hal-hal yang telah saya lihat, saya lakukan atau saya pikirkan didalam kehidupan sehari-hari
5.
Saya merasa jenuh dan bosan dengan materi pelajaran ini
6.
Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi dalam pembelajaran ini dengan apa yang telah saya ketahui
7.
Tugas-tugas latihan pada pembelajaran ini terlalu sulit
8.
Pembelajaran ini tidak relevan dengan kebutuhan saya sebab sebagian besar isinya tidak saya ketahui
9.
Saya tidak yakin akan berhasil pada pembelajaran ini
10.
Saya tidak melihat adanya hubungan antara isi materi dalam pelajaran ini dengan sesuatu yang telah saya ketahui
11.
Tugas-tugas latihan pada pembelajaran ini tidak terlalu sulit
12.
Pada saat dilaksanakan model Coperative Learning tipe Jigsaw saya lebih suka bermain dan bercanda dengan teman
13.
Saya benar-benar senang mempelajari materi pembelajaran ini
14.
Pembelajaran ini menarik bagi saya dan membuat saya tidak bosan
15.
Saya senang belajar melalui kegiatan kerjasama dan saling memberi apresiasi sesama teman dalam pembelajaran ini
16.
Saya yakin akan berhasil dalam pembelajaran ini
17.
Sedikitpun saya tidak memahami materi pembelajaran ini
18.
Saya memperhatikan penjelasan dosen tentang konsep model Coperative Learning tipe Jigsaw dan penerapannya dengan baik
19.
Penerapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw membuat saya menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
20.
Dengan diterapkannya model Coperative Learning tipe Jigsaw saya lebih berani bertanya dan berbagi kepada guru dan teman pada saat proses pembelajaran berlangsung
21.
Saya tidak suka dengan materi sejarah
22.
Walaupun sudah diterapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw, saya tetap malu bertanya pada teman dan guru jika ada hal-hal yang tidak saya pahami
23.
Isi pembelajaran ini sesuai dengan harapan dan tujuan saya di masa depan
24.
Rasa ingin tahu saya sering kali tergerak oleh pertanyaan yang dikemukakan dan masalah yang diberikan guru dan teman pada materi pembelajaran ini
25.
Saya masih merasa kebingungan dan kesulitan mengerjakan soal/tugas sejarah meskipun sudah diterapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw
26.
Isi pembelajaran ini tidak sesuai dengan harapan dan tujuan saya di masa depan
27.
Pada pembelajaran ini tidak ada hal-hal yang dapat merangsang rasa ingin tahu saya
28.
Saya tidak senang belajar melalui kegiatan diskusi dan berbagi dengan model Coperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran ini

29.
Menurut pendapat saya materi pembelajaran lebih mudah diingat dengan menggunakan model Coperative Learning tipe Jigsaw
30
Saya pasif dalam kegiatan belajar mengajar meskipun sudah diterapkan  model Coperative Learning tipe Jigsaw
Kreteria Angket :
Alternatif jawaban
Bobot Penilaian
Positif
Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4
Tidak Setuju (TS)
2
3
Entah/Tidak Tahu (E)
0
0
Setuju Sekali (SS)
3
2
Sangat Setuju Sekali (SSS)
4
1