Wednesday, January 16, 2013

Konsep Belajar Dan Aplikasinya

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar belakang
Belajar  merupakan kegiatan pokok dimana berhasil tidaknya sebua pencapaian tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pandangan tentang belajar akan mempergaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan proses belajar. Dan setiap orang mempunyai pandangan yang beberda tentang belajar. Pandanga dalam belajar yang menekan untuk mengembangkan kemampuan individu dipengaruhi oleh tiga aliran, yaitu natifvisme bahwa belajar bersumber dari bawaan atau factor indogin, kemudian empirisme , bawa belajar bersumber dari pengaruh lingkungan atau eksogin dan konvergensi , bahwa dari hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan manusia

Sebagai bagian dari proses belajar mengajar seorang pendidik semestinya mengetahui berbagai macam teori belajar. Pendidik yang tidak tahu teori belajar cenderung akan melakukan aktivitas yang tidak bersumber dari teori, hanya menggunakan pengalamannya. Cirri tersebut mirip pendidikan tradisional. Padahalul untuk menghasilkan sebuah pembelajaran yang efektif dan efisien, kita perlu merancang secara baik. Dan untuk merangcang pembelajaran kita perlu memperhatikan teori belajar dan pembelajaran yang melandasinya, menentukan orientasinya pembelajaran dan memperhatikan standard proses pembelajar, hal itu melatar belakangi para penulis untuk mengkaji teori-teori belajar yang nantinya dapat di aplikasikan dalam proses belajar mengajar (PBM) sehingga pencapaian mutu peserta didik dalam belajar berlangsung maksimal.
  1. Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep belajar?
2.      Bagaimana aplikasi teori teori belajar dalam proses belajar mengajar

BAB II
TEORI TEORI BELAJAR DAN APLIKASINYA
  1. Pengertian belajar
Dibawah ini kami tuliskan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar
1.      Cronbach dalam educational Psycologi menyatakan : learning is shown by a change in behaviour as a result of experience (hasil belajar yang baik harus melalui pengalamn)
2.      Harold spears, menyatakan : learning is to observe , to read , to imitate, to try something themselves, to listen , to foloow direction.
3.      Mc geah, menyatakan : learning is a change on performance as a resukt of practice
4.      Whittaker , menyatakan : learning may be defined as a process by which behaviour originates or is alterd through trainng or experecienci
5.      Howard kingsley, menyatakan : learning is a process which behaviour (in the broader sense) is originated or changed through practice or trainning
6.      Wingkel, menyatakan : belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi  dengan linkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan , pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan bersifat konstan dan berbekas.

Berdasarkan al diatas mendidikan dalam masyarakat post-modren jelas berbeda dengan belajar pada masa tradisional. Dalam masyarakat tradisional seseorang dapat belajar berdasarkan aktifitas sehari harinya secara langsung, dalam masyarakat modern model pendidikan yang dilakukan adalah didalam sekolah, apa yang dipelajarin didalam sekola belum tentu berhubungan dengan langsung terhadap kehidupan sehari-hari. Materi yang dipelajarin relative abstrak dan kompleks. Relevansi pelajaran di sekolah kurang dirasakan dampaknya oleh peserta didik. Sehingga sering terjadi kurang efektif dan berjalan tidak lancar.
Untuk bisa menghasilkan pembelajaran yang efisien dan efektif , kita perlu merencanakan pembelajaran yang baik. Seorang pendidik ari mampu merencang pembelajaran , memperhatikan teori belajar dan pembelajar sebagai landasannya, menentukan orientasi pembelajarn dan memperatikan standard proses pembelajaran.


Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan ole individu-individu untuk memperole suatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman indvididu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan

  1. Teori Behaviorisme
Pandangan behavioristik berdasarkan stimulus –respon(s-r) . proses yang menunjukan terus menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan.  Pandangan ini bersumber dari pendapat john locke mengenai jiwa seorang anak yang baru lahir, bahwa jiwa nya tersebut masih kosong seperti lilin putih bersih yang disebut tabularasa. Dengan demikian pengaruh dari luar jiwa anak dapat dimanipulasi demi kepentingan PBM. Belajar menurut pandangan ini adala perubahan tingkah lakuk seseorang dalam berbuat sesuatu dalam situasi tertentu. Adapun tingkah yang dimaksud adalah tingkah laku yang dapat diamati sebagai indikasi tela terjadi kegiatan belajar . berpikir dan emosi tidak menjadi menjadi perhatian karena keduanya tidak dapat diamati.

Pandangan ini mengganggap jiwa manusia itu pasif, yang dikuasi ole stimulus-stimulus atau perangsangan dari luar yang ada disekitar lingkungan. Jadi tingkah laku tersebut dapat dimanipulasi serta dapat dikontrol atau dikendalikan , bahkan cara mengendalikannya tingkah laku dengan mengontrol pasangan-pasangan yang telah ada dilingkungannya. Tingkah laku manusia mempunyai hukum hukum yang berlaku dalam hukum-hukum gejala alam , umpamanya hukum sebab akibat. Metode metode kealaman dapat dipakai dalam tingka laku manusia sehingga sifatnya sangan mekanistis.
Ada empat unsur dalam proses stimulu-respons , yaitu. :
1.      Unsure rongan atau drive , yaitu kebutuhan akan sesuatu
2.      Rangsangan atau stimulus
3.      Reaksi atau respon
4.      Penguatan atau reinforcement

Tokoh-tokoh aliran behavioristik antar lain adalah :
  1. LP. Pavlop (classical conditioning)
Belajar dapat mempengaruhi prilaku yang selama ini disangka refelektif dan tidak dapat dikendalikan. Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk merespon terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus yang lain. Belajar menurut LP. PAVLOV disebut jug ( contidioned response ) , ia mengatakan dalam mempelajari hal belajar pada binatang.
Dalam percobaannya bahwa air liur anjing keluar bilsa mendengar suara lonceng  yang sebelumnya disembunyikan pada saat anjing itu mendapatkan makanan. Mengeluarkan air liur bila disodorkan makanan sesuatu yang wajar akan tetapi mengeluarkan air liu sewakti mendengar lonceng itu berbunyi berkt conditioning, seperti masuk kelas atau ganti pelajaran bila lonceng berbunyi , berhenti dijalan bila ada lampu merah , dan sebagainya. Namum banyak hal yang tidak kita pelajari dengan conditioning , seperti kita terjadi permainan bola , belajar naik sepeda ata belajar matematika. Jadi menerima conditioning sebagai penjelasan atas segala bentuk suatu kekeliruan.

Pavlov mengadakan eksperimen pada anjing yang dengan memberikan makanan dikaitkan dengan bunyi bel atau lampu.  Jika pada anjing ditunjukan makan, maka air liurnya akan keluar secara reflek. Timbulnya reflex saliva karena melihat makanan disebut reflek eksreasi psikis dan sekreasi fisiologis. Atas dasar reflex inilah dasar teori belajar dengan kondisi bersyarat atau conditioning. Teori Pavlov berkembang dengan teori reflex bersyarat.

Prinsip dasar dari model conditioning klasik adalah sebuah unconditioning stimulus(US), unconditioning response (UR) dan conditioned stimulus(CS) . us merupakan objek dalam lingkungan organisme yang secara otomatis diperole tanpa harus mempelajarinya . terlebih dahulu atau bisa dikatakan sebagai proses yang nyata (UR). Sebagai contoh yang diberikan Pavlov  yaitu anjing , anjing meneteskan air liurnya (UR) melihat sebuah tulang, seorang anak menangis (UR) ketika melihat seekor gorilla(US). UR terbentuk secara otomatis ketika respons tersebut berhadapan dengan US. Reaksi atau respon ini dinamakan respon alami. 
con ditioning klasik timbul ketika stimulus netral sebelumnya (CS) mampu menimbulkan respon yang nyata atau terlihat dengan sendirinya. Hal ini terjadi melalui pemasangan yang berulang-ulang antara US dan CS; dan CS disajikan pada waktu yang bersamaan dengan US. Pasangan ini

a.       Aplikasi Clasical Conditioning

Anak-anak mengasosiakan dokter dengan suntikan yang memyakitkan dan menangis ketika berjalan memasuki ruang praktik. Dalam kasus ini, suntikan merupakan US dan si dokter adalh CS. Sesuatu yang pada mulanya tidak membangkitkan respons “alamiah”, selanjutnya menimbulkan hal itu karena adanya pengasosiasian.

b.      Kelebihan dan Kekurangan teori Clasical Conditioning
Kelebihannya, disaat individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya, akan memudahkan pendidik dalam melakukan pembelajaran terhadap anak didik tersebut.
Sedangkan kekurangannya, jika ini dilakukan secara terus-menerus maka ditakutkan murid akan memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya anak didik harus memiliki stimulus dari dirinya sendiri dalam melakukan kegiatan belajar dan kegiatan pemahaman

2. E. L. Thorndike ( Teori Koneksionisme)
Dalam teorinya thorndike belajar akan menjadi berhasil apabila  murid merasakan kepuasan akibat ganjaran terhadap stimulus dan respon yang diterima. Kesuksesan anak dalam belajar akan dapat menimbulkan suatu kepuasan, sehingga nantinya anak akan terdorong untuk  mencoba untuk mendapatkan kesuksesan berikutnya.
Pengembangan menurut Thorndike disebut juga Koneksionisme, dimana dalam teorinya beliau mengatakan bahwa belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara Stimulus dan Respon, dalam hal ini Thorndike menemukan 3 hukum dalam belajar, sebagai berikut :
a.     Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi yang memuaskan.
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

b.    Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
c.     Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
3. B. F. Skinner ( Operant Conditioning)
Skiner adalah penganut psikologi modern, yang mengembangkan teori dalam pandangan behaviorisme yang dikenal dengan teori Operant Conditioning. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Menurut sikiner tingkah laku yang muncul tidak hanya merupakan hasil atau respon dari stimulus, melainkan merupan suatu tindakan yang sengaja (operant). Operant ini dipengaruhi oleh apa yang sesudahnya. Operant Conditioning melibatkan pengendalian konsekuensi.
Berdasarkan teorinya tentang operant conditioning, dalam menerangkan pola tingkah laku, skiner mengadakan pendekatan behavioristik. Menurut skiner, unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, maksudnya pengetahuan yang terbentuk melalui hubungan yang saling terikat antara stimulusb dan respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
  1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
  2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
  4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
  5. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
  6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
  7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
C.   Teori Kognitivisme
1.      Chr. Von Ehrenfels
Kognitif disebut juga kognitifisme, fokus utama dari pandangan kognitivisme adalah perilaku mental, pengetahuan, intelegensi, dan berfikir kritis dengan asumsi bahwa belajar sebagi hasil dari prose atau operasi mental. Teori belajar menurut psikologi Gestalat sering kali disebut insigt full learning atau field teori. Ada pula istilah lain yang sebetulnya identik dengan teori ini, yaitu organismic, pattern, holistic, interegation, configuration, dan closure. Perintis teori Gestalt ini ialah Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya “Uber Gestaltqualitation“ (1890). Aliran ini menekankan pentingnya keseluruhan  yaitu  sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya dan timbul lebih dulu dari pada bagian-bagiannya. Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi aliran-aliran lain. Bagi yang mengikuti aliran Gestalt perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer ialah keseluruhan , sedangkan bagian–bagiannya adalah sekunder; bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain ; keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.
Jiwa manusia menurut aliran ini, adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah individu yang merupakan berbentuk jasmani-rohani. Sebagai individu, manusia itu bereaksi, atau lebih tepatnya berinteraksi, dengan dunia luar, dengan kepribadiannya, dan dengan cara yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi terhadap suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakuakn secara trial and error seperti dikatakan oleh penganut teori conditioning. Interaksi manusia terhadap dunia luar bergantung pada cara ia menerima stimulus dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Ia bebas memilih bagaimana ia berinteraksi; stimulus mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Atas dasar itu, maka belajar dalam pandangan psikologi Gestlat, bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus-respon yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan dan ulangan-ulangan. Menurut aliran ini belajar itu terjadi bila ada pengertian (insigt). Pengertian ini muncul jika seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul adanya kejelasan,  terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya. Jadi belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
Sifat-sifat insight ialah:
1)      Insight  tergantung dari kemampuan dasar.
2)      Insight  tergantung dari masa lampau yang relevan.
3)      Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga aspek yang perlu dapat diamati.
4)      Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
5)      Belajar dari insight dapat diulangi.
6)      Insight selalu didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah:
1)      Belajar dimulai dari suatu keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
2)      Belajar adalah suatu proses permbangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bahwa ia lebih matang untuk menerima mata pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.
3)      Siswa sebagai organisme keseluruhan
Siswa belajar tidak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru selain mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siwa.
4)      Terjadi transfer
Belajar dalam pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama adalah memperoleh response yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka dapat dipindahkan untuk kemampuannya yang lain.
5)      Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungannya. Misalnya anak kena api, kejadian itu menjadi pengalaman bagi anak. Belajar itu timbul jika seseorang menemui suatu situasi atau soal baru. Dalam menghadapi itu ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki. Siswa mengadakan analisis reorganisasi pengalamannya.
6)      Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung problem.
7)      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa.
Terjadi bila berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, siswa diajak membicarakan proyek atau unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.
8)      Belajar berlangsung terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tidak hanya di sekolah saja melainkan memperolehnya di luar sekolah, dalam pergaulan, pengalaman sendiri-sendiri, oleh karena itu sekolah harus bekerja sama orang tua di rumah maupun di masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.
a.       Aplikasi Teori Gestalt 
Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan, bukan sebagai pelaksanaan gerak secara terpisah-pisah. Karena itu guru atau pelatih harus menanamkan pengertian agar siswa atau atlet sadar akan keseluruhan kegiatan. Dengan kata lain , pemecahan keseluruahn aktivitas menjadi bagian-bagian yang terpisah akan menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Karenaitu keuntungan utama dari keseluruahn permaianan yaitu menuntut siswa untuk mempersatukan bagian menjadi sebuah unit yang terpadu.
b.      Kelebihan dan kekurangan teori Gestalt
Kelebihan teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan, dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka. Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam proses belajar.
Teori ini juga memiliki kelemeahan, karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang harus ditanggung sangatlah banyak.
Semua  teori belajar tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Di lapangan prosese belajar mengajar merupakan aktivitas yang kompleks. Ada beberapa aktivitas belajar yang terjadi karena adanya rangsangan, suatu stimulus yang diciptakan oleh pendidik. Pendidik yang cerdik dapat merekayasa proses belajar yang positif dari peserta didik. Tetapi pada saat yang bersamaan juga sangat dimungkinkan bahwa response yang diberikan oleh peserta didik tersebut dalam rangka memperoleh suatu nilai yang baik.

2.      Jean Piaget
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.         Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2.         Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3.         Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui diatas bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Unsur tama dalam belajar adalah terjadinya perubahan dari diri pembelajar.
Dalam belajar itu sendiri dikenal beberpa teori belajar. Beberapa diantaranya yaitu teori belajar yang menganut pada konsep behaviorisme dan kognitifisme. Dalam pandangan bhaviorisme belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam berbuat pada situasi tertentu. Adapun tingkah laku menurut behaviorisme adalah tingkah laku yang dapat diamati ebagai indikasi telah terjadinya kegiatan belajar.
Sedangkan teori belajar yang menganut pada teori kognitifisme fokus utama dari pandangan kognitifisme adalah perilaku mental, pengetahuan, intelegensi, dan berpikir kritis dengan asumsi bahwa belajar sebagai hasil dari proses atau operasi mental.
Masing-masing teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu dalam prakteknya, masing-masing teori belajar tidak dapat berdiri sendiri, melainkan perpaduan antar teori belajar yang akan saling melengkapi.