Monday, June 12, 2017

Dari Kota Perwira ke Ibu Kota Jakarta: Fasilitasi Penulisan Sejarah Lokal 2017

Museum Nasional [dok Pribadi]
arifsae.com-Jakarta. Perjumpaan antara Real Madrid dan Juventus pagi itu sangat dinanti-nanti semua orang, banyak yang menjagokan Real Madrid menjuarai Liga Champion untuk ke-12 kalinnya, tapi tidak sedikit juga yang menjagokan Juventus mengangkat trofi Kuping Besar itu. Ahh, tak terlalu penting bagiku siapa pemenangnnya, karena nanti malam, saya akan menuju ke Jakarta.

Iya, ketemu lagi dengan ibu kota. Sebuah pengalaman yang entah kesekian kalinnya, namun kali ini akan sedikit berbeda. Kalau biasanya perjalanan menggunakan kereta atau travel, kali ini saya akan mendapatkan pengalaman pertama menggunakan pesawat terbang. Saya ke Jakarta untuk sebuah sosialisasi Calon Penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Komunitas Kesejarahan tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
***
Hari Sabtu itu, saya menjalani rutinitas seperti biasa, kebetulan di SMA Negeri 2 Purbalingga sedang berlangsung Ujian Akhir Tahun, tugas saya mengawasi anak-anak untuk menjalankan kewajiban mereka dengan baik. Namun hari itu, setelah membagikan soal dan lembar jawab ujian, saya ijin untuk menyelesaikan administrasi Laporan MGMP [karena menjabat sekertaris] yang akan didiskusikan sehabis sholat Jumat bersama rekan-rekan panitia lainnya.

Sedang asik bercumbu dengan komputer sekolah, tiba-tiba ada pesan masuk dari panitia Fasilitasi Komunitas Kesejarahan tahun 2017, sebuah pesan kiriman Tiket online. Ya, tandanya saya harus siap-siap. Namun tidak lupa semangat untuk menyelesaikan administrasi MGMP saya selesaikan.

Untuk naik pesawat, saya harus menuju ke bandara terdekat, bandara terdekat yang memungkinkan adalah Bandara Ahmad Yani Semarang. Karena saya punya teman dari Banjarnegera lainnya, yaitu Pak Heni Purwono. Untuk menuju ke bandara, saya tentunya harus menggunakan travel terlebih dulu, sebuah kendaraan yang paling nyaman dan sampai langsung ketujuan.
Hari Pertama: Naik Pesawat
Perlengkapan disiapkan oleh istri tercinta, dan untuk lebih memudahkan penjemputan travel, saya harus kerumah orang tua terlebih dulu. Saya dijemput travel sekitar jam 3 pagi didepan RS Goeteng, Wirasana. Ditengah perjalanan banyak sekali saya temui acara nonton bareng pertandingan antara Juventus dengan Madrid, sayang saya tidak bisa ikut bergabung dalam keseruan itu.

Perjalanan itu terhenti diberbagai titik, karena harus menjemput keberbagai tempat lainnya, salah satunya menjemput teman saya, pak Heni, nama yang selalu salah ditafsirkan seolah-olah sebagai nama ibu-ibu. Kami diperjalanan ngobrol-ngobrol ringan, ternyata beliau memang keren. Sudah beberapa kali memenangi kejuaraan nasional.

Ditengah perjalanan, travel sempat mengantarkan seorang polisi ke Akademi Kepolisian yang sangat luas itu, sebuah temapat yang menjadi idam-idam anak laki-laki yang lulus SMA, termasuk peserta didik yang saya ajar, sebagian besar dari mereka ketika lulus ingin menjadi anggota polisi. 
Akademi Kepolisian Semarang [dok Pribadi]
Saya sampai di Bandara Ahmad Yani sekitar pukul 09.00 pagi, jadi sekitar 6 jam perjalanan travel. Namun lagi-lagi harus menunggu 2 jam, karena pesawat akan terbang sekitar pukul 11.00. Jadi mau tidak mau kami harus setia bersabar.
Menunggu Pesawat [dok Pribadi]
Ketika proses menunggu, ada teman yang lain datang, yaitu Pak Tsabit Azinar Ahmad, seorang Dosen Universitas Negeri Semarang. Dosen keren ini sebenarnya kakak tingkat saya di S-2 UNS Solo tapi beliau lulus saya masuk. Sama saja tidak pernah ketemu, tapi saya baca tulisan-tulisannya. Kami habiskan ngobrol-ngobrol ringan sebelum berangkat.
Pesawat Garuda yang akan Saya Naiki [dok Pribadi]
Waktunya untuk berangkat. Semunya serba baru, maklum pertama kali naik pesawat, untung ada teman-teman yang lain, kalau tidak saya pasti bingung. Rasanya juga luar biasa, pemandanan yang mempesona terpampang indah didepan mata. Tapi sempat disisi lain, horor juga melihat pemandangannya.
Pemandangan dari dalam Pesawat [dok Pribadi]
Setelah perjalanan yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, kami sudah sampai di Bandara Sukarno Hatta. Untuk menuju ke hotel, kami memakai layanan taxi Grab. Pengalaman baru juga, saya pikir taxi yang standar, eh ternyata taxi nya semacam mobil pribadi.
Menunggu Taxi Grab [dok Pribadi]
Kami menuju Hotel Ambhara yang sangat dekat dengan Blok M Squer itu. Sampai dihotel sekitar jam 14.00 siang, kami termasuk yang awal, karena masih banyak yang belum sampai kamar. Setelah registrasi kepanitia, saya mendapatkan kamar nomor 1129.
Kamar 1129 [dok Pribadi]
Waktu yang digunakan hingga berbuka bareng hanya istirahat, jadi saya gunakan untuk istirahat. Lagian kamar yang masih sendiri itu juga sangat nyaman dan luas. Saya gunakan untuk solat, mandi dan selebihnya untuk tiduran sambil menunggu hingga waktu berbuka.

Karena acara dimulai pukul 19.30. Jadi saya sempatkan membuka laptop untuk menunggu waktu yang lama ini. Ditengah menunggu datang pak Angga, sempat ngobrol sebentar ternyata dia minta pindah kamar sehingga teman satu kamar saya berganti. Pak Angga akan sekamar dengan Pak Umar, yang ternyata kita punya hubungan historis akademis, karena pernah kuliah ditempat yang sama, namun tak pernah bersua.

Sekitar pukul 17.30, saya dan Pak Heni turun kebawah untuk bersiap-siap berbuka. Ternyata dibawah sudah sangat banyak teman-teman yang lain. Saya sempat mengobrol dengan Ketua MGMP Sejarah Kota Surakarta, ternyata MGMP beliau mengirimkan 7 proposal. Meski hanya 4 yang diterima tapi itu sudah luar biasa.
Sebelum Berbuka Puasa [dok Pribadi]
Setelah berbuka selesai. Saya menuju kekamar untuk solat magrib dan bersiap-siap untuk pembukaan jam 19.00. Pembukaan nanti akan langsung dibuka oleh Direktur Kebudayaan, Bapak Hilmar Farid.

Pembukaan yang direncakana sedikit mundur, pak Dirjen sedikit terlambat karena macet. Sambil menunggu pak Dirjen, kami diberikan sedikit pembukaan oleh bu Direktur Sejarah, ibu Triana Wulandari. 

Tiba akhirnya Pembukaan dilakukan pukul 19.30, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya terlebih dulu. Setelah itu, barulah pak Dirjen menyampaikan beberapa kata, beliau menyampaikan selamat dan mengingatkan akan kehati-hatiaanya untuk menggunakan dana bantuan ini. Sesi ini diakihri dengan foto bersama pak Dirjen.
Berama Pak Dirjen, Hilmar Farid [dok Pribadi]
Setelah selesai pembukaan pukul 21.00, kami berencana untuk bertukar makanan khas daerah masing-masing. Jadi bantuan pemerintah ini ada 5 kategori, (1) untuk penulisan sejarah guru MGMP; (2) penulisan sejarah untuk umum; (3) even sejarah; (4) aplikasi sejarah; dan (5) film sejarah. Kami yang dari MGMP berjumlah 12 MGMP dari berbagai kota diseluruh Indonesia.
Bersama Ibu Direktur Sejarah [dok Priadi]
Kami yang berjumlah 12 orang bertukar makanan khas, tapi ada juga yang tidak bawa, mungkin karena lupa atau memang jarak yang tidak memungkinkan. Disana kami ternyata tidak sendiri, ada ibu Direktur Sejarah, Ibu Triana Wulandari, ngobrol-ngobrol ringan menjadi bahan yang kadang bercampur dengan candaan. Kami seperti keluarga yang melepas rindu karena sudah lama tak bertemu. 

Tidak terasa, kami bercerita sampai pukul 23.00, rasa kantuk menghinggapi. Akhirnya kami sepakat untuk menghentikan obrolan ringan ini, dan kembali kekamar masing-masing. Saya malam itu rencananya mau tidur, ternyata tidak bisa karena teman saya mengeluarkan nada-nada keras. Suasana itu, hingga saur tiba pukul 3.00. Malam yang luar biasa.
Hari Kedua: Inti Kegiatan
Menu sahur yang berbeda sedikit mengobati rasa kantuk. Setelah sahur, saya sempatkan tidur sampai jam 07.30. Acara yang akan dilaksanakan pukul 08.00 menghadirkan pembicara pertama pak Inspektorat Jenderal Kemendikbud, Pak Daryanto. 
Tempat Saur di Hotel [dok Pribadi]
Acara hari ini, 5 Juni 2017 dimulai dengan tepat waktu. Pembahasan yang akan disampekan oleh Irjen, Pak Daryanto mengenai "Pengawasan dan Akuntabilitas Laporan Pelaksanaan Bantuan Komunitas". 

Menurut beliau, ketika mendapatkan bantuan, kita hanya butuh dua hal, yang pertama transparan dan yang kedua akuntabel. Kedua pegangan ini yang harus penerima bantuan jadikan acuan. Selain itu, ada satu lagi hal yang penting, yaitu 3 E, Efisien, Efektif dan Ekonomis.

Pak Irjen juga mengajarkan falsafah Jawa yang berupa "Tatag, Teteg, dan Tutug". Arti dari falsafah ini seperti orang yang teguh pendirian apabila menerima suatu bantuan, tidak mudah goyah oleh iming-iming dan harus menyelesaikan semua pekerjaan yang diamanahkan.
Pak Daryanto Memberikan Paparannya [dok Pribadi]
Sesi pak Irjen ini tidak lama, karena beliau ada acara lain. Sekitar jam 09.00 beliau sudah meninggalkan ruangan dengan sejuta pelajaran berharga. Sesi berikutnya dimulai pukul 09.30, yang akan diisi oleh Karyaningsih, Inspektur I Kemendikbud.

Acara tepat dimulai pukul 09.30, setelah diisi oleh ibu Direktur karena setelah selesai, Pak Irjen menyisakan waktu sekitar 20 menit. Acara ini bertema "Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah dan Monitoring" yang dilakukan oleh ibu Karyaningsih.

Ibu Karyaningsih mewanti-wanti pentingnnya sebuah integritas ketika menerima bantuan. Menegaskan apa yang sudah disampaikan oleh Pak Irjen diatas. Integritas ini terutama harus diawasi dengan hati, menurut beliau.
Ibu Karyaningsih beraksi [dok Pribadi]
Ada tiga kategori integritas, menurut beliau, kadar terendeh yaitu "jujur mengikuti nurani", dan selanjutnya "godaan jujur mengikuti hati nurani", kemudian level tertinggi yaitu "berani konsisten jujur mengikuti hati nurani". Sebuah tantangan, sebuah peringatan. Berat mendengarkan apalagi menjalankan, tapi bukan tidak mampu, karena mampu itu kalau kita mau.

Acara tepat diselesaikan pukul 10.30, namun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, sehingga acara diselesaikan sekitar pukul 11.00. Setelah selesai acara dari ibu Karyaningsih, dilanjutkan dengan acara berikutnya, yang berasal dari Kepala Biro Hukum, Ibu Dian Wahyuni.

Pada bagian ini, penuh dengan pasal-pasal. Intinya mengaitkan pelaksanaan bantuan ini dari kaca mata hukum, terutama Permendikbud No. 11 tahun 2017. Tidak banyak yang saya ambil, karena waktu sangat cepat dan berisi pasal-pasal.

Acara dihentikan pukul 12.15, karena harus istirahat. Istirahat saya gunakan untuk solat dan merebahkan badan dikamar. Saking ngantuknya, tak terasa mata ini menutup hingga lupa bahawa waktu sudah menunjukan jam 13.30. Melebihi jadwal yang sudah dimulai jam 13.00.

Sesi berikutnya berasal dari Kantor Pajak, jelas ini menyangkut "Ketentuan Perpajakan dalam Fasilitasi Bantuan Pemerintah". Saya datang sudah dimulai, tidak bisa mengikuti dari awal. Ditengah rasa pusing karena tidur yang sebentar, saya datang sudah disuguhi tentang PPh pajak dan lain-lain, tambah pusing ini kepala.
Pemaparan Tentang Pajak [dok Pribadi]
Perpajakan ini diatur dalam PPh pasal 21, 23 dan PPh Final. Sebenarnya sampai saat ini saya sendiri belum paham betul tentang perpajakan, tapi intinya setiap ada transaksi dianalisis, hitung pajaknya, buat spp, bayar dibank/ kantor pajak dan dapat bukti pajak dari negara.

Acara perpajakan ini diakhiri pukul 15.30, namun karena para peserta banyak yang tidak paham, termasuk saya, akhirnya molor sampai 16.00 lebih. Jatah materi selanjutnya sebenernya akan diisi oleh Ibu Direktur Sejarah, Triana Wulandari.

Tapi beliau baru memulai pukul 16.30-an, karena memang setiap ada waktu yang kosong, selalu beliau yang mengisi, jadi semacam sudah dijelaskan diawal. Tema beliau seputar, "Penjelasan Sosialisasi Calon Penerima Bantuan Pemerintah Komunitas Kesejarahan". Dengan beliau sudah kami alami ketika malam pertama dihotel Ambhara, jadi sedikit banyak kami sudah mendengarnya, meski banyak hal-hal baru yang saya dapatkan dari penjelasan beliau.

Acara diakhiri karena sudah waktunya berbuka. Setelah berbuka puasa, kami siap-siap solat dan mandi, karena jam 19.00 nanti akan ketemu dengan orang yang selalu memberikan masukan terhadap proposal yang kami buat. Iya, beliau adalah Bunda Titi, atau lebih lengkapnya Tri Wahyuning M. Irsyam. Belau adalah dosen Sejarah dari Universitas Indonesia.
Diskusi Kecil Tentang Isi Proposal [dok Pribadi]
Kami kumpul sejak pukul 19.00, saya sendiri lebih dari itu. Acara yang akan kami bahas sebenarnya adalah acara bedah proposal, karena beliaulah yang mengerti dan mencoba memberikan masukan kepada isi dari proposal kita.

Kami, satu persatu memberikan pengantar tentang proposal yang sudah di buat, ada yang ditambah, ada yang kurang, bahkan ada yang dirombak total. Kalau saya, mengambil tema tentang "Biograi Usman Janatin, 1934-1968" hanya diberi masukan hati-hati dengan narasumber, dan memperbanyak referensi di Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional.

Tidak terasa sudah pukul 23.00, meskipun masih ada 2 orang lagi yang belum mempresentasikan hasilnya. Sehingga kami sepakat untuk mengakhiri sesi ini dan melanjutkannya besok pagi. Hari yang melelahkan. Mungkin besok lebih kompromi. 
Hati Ketiga: Monas dan MoU
Hari ini, tanggal 6 Juni 2017, merupakan hari terakhir. Tidak seperti kemarin, mungkin karena lelah yang begitu parah, saya tidak saur karena tidak terbangun. Bertepatan dengan lahirnya Sang Proklamator, Presiden Sukarno, kami melanjutkan hari ini dengan agenda meneruskan presentasi 2 orang yang belum.
Melanjutkan Presentasi Proposal [dok Pribadi]
Kami kumpul jam 08.00, acara sudah dimulai, tidak lama melanjutkan presentasi dan masukan proposal itu. Sekitar pukul 09.00 sudah terselesaikan. Selebihnya saya harus menyelesaikan RAB alias Rencana Anggaran Biaya yang akan menentukan langkah kita kedepannya.

Jadi setelah selesai kami hanya disibukan dengan revisi RAB itu. Tidak ada acara lain, sehingga siapa yang sudah menyelesaikan RAB maka boleh istirahat dan acaranya tidak mengikat. Kami istirahat sekitar pukul 12.00. 

Ditengah istirahat, tiba-tiba pak Heni mengajak jalan-jalan. Sontak saja saya sanggupi, karena acara sudah bebas, hanya nanti menunggu penandatanganan MoU dengan pejabat yang ditugasi. 

Sekitar jam 14.00, saya diajak oleh Pak Heni dan muridnya untuk mengunjungi Museum Nasional atau lebih familiar dengan Museum Gajah, karena ada patung Gajah kecil didepan Museum. Untuk mencapai kesana, kami menggunakan kendaraan Grab, Taxi online yang sangat mudah dan simple.
Sedapatnya Foto [dok Pribadi]
Sayang, setelah melewati berbagai macet-macet kecil, kami sampai disana ternyata sudah tutup. Dan ternyata Meseum Nasional juga sedang mengalami perbaikan renovasi digedung A. 

Saat disini, saya teringat tahun 2015 silam, ketika itu saya mendampingi Dwi Suyoko lomba dari Kemendikbud juga. Lomba Inovasi Budaya Maritim, kami masuk 15 finalis yang diajak muter-muter wisata sejarah di Jakarta.
Didepan Museum Nasional [dok Pribadi]
Kami bingung, sudah sampai masa tidak dapat apa-apa, akhirnya kami sepakat untuk jalan menuju monas. Karena tidak terlalu jauh, akhirnya kami jalan kaki. Meski tidak jauh, jalan kaki tetap saja cape. Sudah panas-panas, ditambah lagi puasa. Kering sudah tenggorokan ini.
Ke Monas [dok Pribadi]
Tapi keringnya tenggorokan ini terobati dengan pemandangan di monas. Saya jadi tahu, kita jalan-jalan ke Monas sampai naik kepuncaknya. jujur saja ini pengalaman pertama ke puncaknya, kita jadi bisa melihat gedung-gedung penting secara langsung, seperti Masjid Istiqlal dan lainnya.
Melihat dari Puncak Monas [dok Pribadi]
Setelah puas berkeliling Monas, saatnya pulang. Perjalanan pulang pun menggunakan taxi grab, macet dan sedikit halangan menjadi hal biasa di Jakarta. Ditengah perjalanan, saya bertemu dengan rombongannya Mobil RI 1, mobilnya Presiden Joko Widodo, kerenn....

Kami sampai dihotel sekitar pukul 17.40, pas sekali untuk berbuka puasa. Setelah menikmati hidangan berbuka puasa, kami diberitahu untuk siap-siap penutupan jam 19.00. Dijadwal penutupan dilakukan besok, mungkin karena terkendala waktu, akhirnya dimajukan.
Penandatanganan MoU [dok Pribadi]
Penandatanganan dilakukan sebelum penutupan, tidak terlalu lama, hanya beberapa menit Mou antara kami dan pemerintah sudah selesai. Penutupan dilakukan oleh Ibu Direktur Sejarah, Ibu Triana Wulandari. Beliau menutup sekitar pukul 20.30. Setelah selesai, dilakukan sesi foto-foto dan membereskan administrasi.
Acara Penutupan [dok Pribadi]
Saya kaget juga, ternyata oleh panitia diberikan tiket pesawat terbang jam 13.00, padahal saya tidak pesan, dan rencananya menggunakan kereta yang pagi. Agak mumet juga setelah mendengar kabar ini.

Setelah berfikir panjang, menimbang dan memasak, akhirnya saya pilih untuk pulang menggunakan kereta, karena kalau kereta jam 13.00 sudah sampai Purbalingga. Kalau pakai pesawat jam 13.00 baru berangkat.

Karena waktu masih menunjukan pukul 21.00, kami akhirnya sepakat untuk jalan-jalan. Teman-teman yang lain jalan-jalan menuju kota tua, sebenarnya ingin ikut tapi rasa lelah dari Monas masih terasa, akhirnya saya dan Pak Heni memilih jalan-jalan yang tidak terlalu jauh, yaitu Blok M. karena memang persis didepan hotel.
Blok M Square [dok Pribadi]
Dan lagi-lagi, karena sudah malam, Blok M juga sudah tutup. Akhirnya kami jalan-jalan ke pinggirannya saja. Karena tidak menemukan apa-apa, akhirnya kami pulang ke hotel untuk siap-siap istirahat dan siap pulang menuju kota Perwira.
Hari Terakhir: Pulang
Saya dibangunakan oleh Pak Heni untuk saur sekitar jam 15.30, saur terakhir di Hotel Ambhara. Pak Heni pulang lebih dulu setelah saur dilakukan karena sudah ditunggu oleh pak Tsabit. 

Setelah selesai saur dan solat, saya langsung saja pesan Grab, karena tiket kereta Fajar Utama Yogyakarta masih sangat banyak, saya menuju ke Stasiun Senin pagi-pagi itu, ketika adzan berkumandang. Sesampainnya saya di stasiun, saya langsung pesan tiket dan benar ternyata memang masih ada. 
Pemandangan dari Kereta [dok Pribadi]
Tepat jam 06.15, kereta berangkat menuju ke stasiun Purwokerto. Perjalalanan yang saya habiskan untuk menikmati pemandangan dan selebihnya tidur. Saya sampai di Purwokerto tepat pukul 11.15 sesuai jadwal, dan menuju ke Kota Perwira menggunakan Ojek, setelah 3 hari menghabiskan waktu di Ibu Kota.
Semoga dalam penelitian berjalanan sesuai rencana dan tidak ada halangan. Karena bulan Agustus saya mempunyai rencana lain. Sejuta cerita di Jakarta akan menempati memori tersendiri, dengan membawa 50,000,000 juta beban yang terpanggul dipundak untuk secepatnya bertindak.[]
Cerita ini hanya bersifat pribadi, kesalahan kata-kata didalamnya murni dari saya. Dan mohon maaf apabila ada kata yang tidak berkenan.