Friday, July 28, 2017

Berkunjung ke Museum Korps Marinir, Jakarta

Museum Korps Marinir
arifsae.com - Tanggal 25 Juli 2017, hari-hari yang semakin pendek untuk mencari dan melengkapi data penelitian. Karena keberhasilan sebuah penelitian tergantung dari lengkapnya sebuah data. Disisi lain, waktu semakin pendek karena tanggal 7 Agustus 2017, saya akan pergi ke Malaysia. Mumet tingkat Nasional, untung ada keluarga yang menemani.

Minggu kemarin saya sudah "mengobrak abrik" di Joga Lebery Center, kisahnya bisa dibaca di SINI. Kali ini, data yang saya cari terletak di Museum Korps Marinir. Ini karena buku yang sedang saya tulis berkisah tentang seorang Pahlawan Nasional yang juga anggota KKO AL (Saat ini Korps Marinir), yaitu Usman Janatin. Untuk lebih jelasnya lihat kisahnya di SINI.

Untuk mencari data di Museum Korps Marinir memang tak mudah. Kenapa? Karena tempatnya tak mudah ditemukan, termasuk pencarian di Google Maps. Awalnya saya cari-cari, baca artikel, lokasi pertma ada di Jl. Raya Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Tapi disisi lain ada artikel yang menunjukan lokasi di Jl. Kwini No 6, Senen, Jakarta Pusat. 

Mumet juga kan? Saya buka web TNI AL, juga masih mencantumkan alamat di Cilandak. Akhirnya, saya tanya keteman, dan ternyata sudah pindah sejak 2016 silam ke Jl Kwini, Jakarta Pusat.

Karena perbedaan itu, saya sempat bingung. Mau turun kemana? di Jatinegara atau Pasar Senen? Keputusan itu sudah terjawab, dan terjawabnya juga dikereta. Akhirnya saya turun di Stasiun Senen. 

Tidak bisa langsung menuju ke TKP, karena saya juga sampai di Jakarta juga jam 4 sore. Akhirnya kami menemukan hotel, dan diputuskan menginap di hotel Ibis Senen, Jakarta.
Anak dan Istri
Hari ini sudah terlewati, dan kami bertiga melewati momen terakhir sebelum saya berangkat ke Malaysia. Kami juga sempat jalan-jalan ke Atrium Plaza di Senen, dan ICT Roxy.

Ah, tapi itu hanya bumbu. Intinya adalah ke museum. Karena lokasi nya yang tak bisa terbaca di google, maka saya putuskan untuk tidak membawa serta anak dan istri. Biarkan mereka tinggal dalam kamar hotel, dan saya bersiap berpetualangan sendiria, hanya bermodal GPS.

Sambil menikmati panasnya ibu kota, saya berjalan mengikuti GPS. Sempat bertanya ke bapak-bapak TNI, dan ternyata beliau tidak tahu. Sambil terus berjalan, ternyata saya menjumpai Museum Kebangkitan Nasional. Biarlah saya mampir nanti, pikir dalam hati.

Sambil mengikuti jalan, akhinrya saya dibawa ke RSUD Gatot Subroto, rumah sakit yang megah. Saya terus berjalan terus, akhinrya saya menemukan plang besar, sebuah tulisan MAKO PASMAR 2. Tanda-tanda kalau lokasi museum sudah semakin dekat.
Mako Pasmar 2
Setelah beberapa kali berjalan, dan beberapa kali tanya kepada orang. Akhirnya, saya menemukan juga. Museum Korps Mariniri, sebuah museum yang "tersembunyi", museum yang sedikit membutuhkan perjuangan untuk mencapainya.

Setelah lapor kepada petugas dan menyerahkan SIM sebagai tanda jaminan, akhinrya saya diarahkan kelantai dua, tempat museum ini berada. Saya lihat sekeliling, layaknya bangunan tua berarsitekstur Belanda, kesan pertama menambah situasi "horor" didalamnya. 

Ketika sampai museum, saya disambut oleh seorang bapak ramah yang habis berolahraga. Bapak yang asli dari Malang ini memberikan sambutan khas orang Jawa. Karena beliau habis olahraga, jadi beliau masih telanjang dada. hay, ga vulgar kan ya katanya?

Saya ngobrol ngalor ngidul, obrolan terkait posisi Usman dan tetnunya tanya-tanya tentang profesi saya. Saya diberikan berbagai sumber tentang Usman, karena tak ada fotocopy akhirnya saya hanya bermodal foto dan video dari HP.
Koleksi Museum Korps Marinir
Ternyata, museum ini memang benar-benar tersembunyi, karena terakhir pengunjung saja bulan Februari 2017 dan baru ada lagi ya saya. Artinya sudah 6 bulan tidak ada pengunjung dimuseum ini.

Selain mempunyai berbagi koleksi buku, disini juga ada berbagai koleksi lainnya, seperti pakaian, foto, lambang, senjata, dan sebagainya. Pokoknya berbagai sejarah museum korps marinir disini terbilang lengkap. 

Setelah saya rasa cukup mencari data, saya akhirnya pulang. Seperti biasa, saya juga berjalan kaki, menikmati keramaian Ibu Kota. Bagaimana, Mau berkunjung? []