Thursday, September 14, 2017

Bertemu Polis Malaysia, Padahal tak Punya SIM Internasional || Hari Ke-38

arifsae.com - Kendaraan motor yang biasa saya naiki melaju kencang. Seperti biasa, saya dan Bu Aji kali ini akan mengajar di Terusan 1. Tempat yang rutin kami datangi untuk sekedar menelurkan beberapa derajat ilmu. Tak ada peristiwa aneh, hingga akhirnya dijalanan, saya dan Bu Aji melihat suatu mobil.

Sebenarnya ketika melihat mobil yang lewat, seperti biasa. Tak ada yang aneh, tapi ketika salah satu mobil yang kami temui menembakan lampu. Tak seperti biasanya, mobil putih yang tak biasa itu berisi sosok laki-laki yang menunjukan tongkat, isarat untuk minggir ketepian. Dari jauh, saya dan Bu Aji tahu, bahwa yang kami temu ini adalah Polis Malaysia.

Perasaan yang bercampur, seperti di Indonesia, ketika melihat operasian Polisi yang sedang melakukan operasi surat-surat kendaraan bermotor. Tapi perasaan yang saya alami memang tak biasa, ini dinegara orang, bukan di Indonesia. Operasi yang dilakukan pun tak seperti di Indonesia, kalau di Indonesia operasi Polisi menetap disuatu tempat yang memang strategis, tapi di Malaysia, Polis yang mencari kendaraan, dan sebagain besar kendaraan yang dihentikan merupakjan kendaraan bermotor.

Sontak rasa yang bercampur itu harus segera mendapatkan solusi, apalagi saya berboncengan dengan ibu-ibu, yang sebagian besar "grasa-grusu". Ketegangan menyelimuti kami. Kata Bu Aji, dia takut kalau nanti dipenjara.

"Tenang saja, Bu Aji. Slowww". Saya menenangkan diri sendiri, meskipun itu sulit. Tapi masa iya saya juga ikut-ikutan ga tenang. Rumus orang Jawa itu selalu mengedepankan ketenangan. Itu yang saya praktekan.

Motor segera saya pinggirkan, menepi. Karena memang sudah dihadang dari depan. Saya harus hadapi ini, meski tak punya SIM Internasional. Modal saya hanya SIM C Indonesia dan Passport. Bu Aji sempat merekam detik-detik percakapan kami, mari kita saksikan bersama-sama berikut ini,
Untungnya, polis ini tak terlalu mencaricari kesalahan. Saya hanya menunjukan SIM C Indonesia dan hanya berkata, "SIM ini bisa guna di negara ASEAN", sambil saya menunjukan Passport untuk menguatkan argumen. Saya juga menjelaskan kalau kami adalah Cegu yang akan mengajar di Terusan 1. 

Akhirnya polisi itu mengerti dan mempersilahkan kami untuk melanjutkan perjalanan. Senam jantung yang kami lalu akhirnya berakhir sudah, tidak banyak tanya polis ini, karena memang menurut Pak Wawan, Polis disini sangat menghormati Cegu yang mengajar. Karena kami dijamin resmi.
Sampai di Terusan 1
Kami melanjutkan perjalanan dengan perasaan yang was was. Proses mengajar yang kami lakukan pun tak terlalu terpengaruh oleh kejadian tadi. Selesai mengajar, rutinitas yang biasa kami lakukan adalah melakukan makan di Al Kafi. Menu faforit adalah ayam Penyet, 
Ayam Penyet Al Kafi
Sore harinya, setelah pulang mengajar dari Terusan 1, ada Pak Rahmat dan Pak Bima. Karena nanti malam Pak Bima dan Pak Bintang akan pergi ke Lahadatu untuk menyelesaikan urusan JAIM 4. Dan Pak Rahmat dan saya akan mengantarkan mereka ke Simpang Sapi.

Tidak tanggung-tanggun, jam 12 malam saya harus mengantarkan mereka kesana. Dan okelah, yang penting ada temannya. Hari ini harus istirahat, karena besok akan meneui tantangan untuk pergi ke SIKK.[]

Lanjut Hari Ke-39 DISINI.