Friday, September 8, 2017

Pernah Lihat Foto di Belakang Sampul Buku IQRO? Ini dia Profil Pengarangnya

KH Asa'ad Hamam
arifsae.com - Pernah membaca Iqro? Mungkin sebagian besar jawabanya iya. Tentunya bagi yang musilim. Biasanya ketika kecil, kita diajarkan Baca Tulis Al-Quran, disitu kita berpedoman pada sebuah buku kecil panduan yang terdiri dari Iqro 1 sampai 6. Jika kita sudah menyelesaikan sampai ke 6, artinya kita sudah bisa dikatakan bisa membaca Al-Quran.

Nah, buku itulah yang membuat kita bisa membaca Al-Quran dengan baik. Pertanyaanya? tahukan siapa pengarangnya? Bila kita melihat sampul belakangnya, maka akan ada gambar sosok laki-laki sepuh berpeci dan berdasi. Beliaulah pengarangnya. Siapa dia? namanya adalah KH As'ad Human. Lahir pada tahun 1933 di Yogyakarta. Sejak remaja, beliau mengalami cacat fisik lantaran terkena penyakit pengapuran tulang belakang.

Beliau berasal dari keluarga alim, lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan dirinya sebagai ulama dengan tokoh-tokoh didekatnya juga dari kalangan ulama. Meski tak mendapatkan pendidikan secara formal, mempunyai kekurangan fisik, serta tidak begitu didukung Muhammadiyah sebagai lembaga yang awalnya ia bernaung, namun berkat ketekunan dan semangat autodidak yang tinggi telah membawanya sukses, baik dalam hal dakwah maupun ekonomi.

Keberhasila ekonominya   selalu   digunaka sebaga pilar dakwah dalam penyebaran pengajaran membaca Al Quran, dan keberhasilan dakwahnya juga telah membawa jalan bagi keberhasilan ekonomi diri dan keluarganya. Beliau juga merupakan sosok lokal yang dengan kearifannya mampu menjadikan ide dan gagasannya diterima oleh banyak kalangan, terutama dengan metode Iqro-nya.

Mengapa beliau membuat metode Iqro? ada beberapa faktor yang membuat KH As'ad Humam yang datang dari eksternal, yaitu diberbagai daerah terutama Yogyakarta ada fenomena yang memperihatinkan dikalangan umat Islam, yaitu (a) meningkatnya prosentase generasi muda Islam yang tak mampu membaca Al Quran serta indikasi bahawa generasi muda Islam umumnya semakin  menjauhi Al Quran. (b) dirasakan bahwa lembaga pengajian Al-Qurayang ada, baik berupa pendidikaagama di sekolah, pengajian  anak-anak  di  masjid- masjid dan sebagainya tidak lagi mampu mengatasi semakin membengkaknya angka buta huruf Al Quran. (c) metode pengajaran membaca Al Quran yang selama ini diterapkan di Indonesia, khususnya metode Juz Amma atau Al Qowaidul Baghdadiyah tak lagi mampu menjawab tantangan zaman tersebut.

Dari faktor-faktor tersebut, muncullah gagasan  untuk menyusun dan  menyebarkan  dan  terus menerus mencari  sistem  dan  metode baru pengajaran Al Quran yang lebih cepat dan lebih praktis, sehingga muncullah gagasan   TKA-TPA,   serta  kemudian  penggunaan   metode metode Qiroati yang kemudian secara terus menerus dikembangkan dan kemudian diusulkan untuk perubahannya kepada penyusun Qiroati, KH Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang. Namun gagasan tersebut ditolak bahkan berujung pada hubungan yang tidak baik diantara keduanya, dan pada akhirnya muncullah gagasan untuk menyusun sendiri dengan pengembangan  penggunaan   cara   cepat  belajar   membaca   Al-Qur’an melalui metode Iqro.

Pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an dengan metode Iqro yang disusun oleh KH As’ad Humam ini pada awalnya hanya perantaraan dari mulut ke mulut atau getok tular, kemudian  dengan ketekunan mampu dikembangkan secara luas dan diterima baik oleh masyarakat di   Indonesia bahkan di dunia internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team Tadrus AMM Yogyakarta. 

Selain itu juga pengembangan jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak menjadikan sistem TKA-TPA mampu berkembang, bahkan digunakan oleh lembaga-lembaga lain dalam mensukseskan program mereka. Juga yang tak kalah pentingnya adalah senantiasa melakukan inovasi dalam mengembangkan dan menyebar luaskan sistem TKA-TPA dengan metode Iqro. Berkat diketemukannya metode Iqro ini, kemudian dibarengi dengan munculnya gerakan TK Al Quran, akhirnya seluruh   tana air   Indonesia telah mengalami   gairah   baru   dalam mempelajari membaca Al Quran.

Demikian pula lembaga baru lainnya yang muncul mengiringinya seperti Taman Pendidikan Al Quran (TPA), TKAL,  TPAL,  TQA,  MajeliPengajian  Al  Quran,  BKB  Iqro,  Kursus Tartil, dan lain sebagainya dengan aneka nama, namun memakai metode Iqro. Kesemuanya itu ternyata mampu menggairahkan kembali umat Islam untuk mempelajari Al Quran.

Bahkadari data yanada pada Balai Penelitan daPengembanga(Balitbang) Lembaga  Pengajaran  Tartil Quran (LPTQ) Nasional di Yogyakarta, tercatat pada tahun 1995 diseluruh Indonesia kurang lebih telah tumbuh unit-unit TKA-TPA sebanyak 30.000 unit dengan santri mencapai 6 juta anak (Balitbang LPTQ Nasional, 1995 lihat lampiran 21 halaman 169), dan telah mampu menurunkan angka buta huruf Al Quran menurut penelitian Departemen Agama Pusat sebanyak 10 % penduduk muslim, yaitu 90 % pada tahun 1990 menjadi 80 % ditahu2001. Tak hanya didalam negeri, buku Iqro ini juga sudah dipakai di luar negeri seperti negeri Jiran Malaysia, Singapura, Bruney Darussalam, Arab Saudi, bahkan Amerika.

KH Asa'ad Humam meninggal pada bulan Februari tahun 1996 pada usianya yang ke 63. Jenazahnya disholatkan di masjid Baiturahman Seokraman Kota Gede Yogyakarta. Hingga saat ini, pemikiran beliau akan selalu diingat sepanjang masa oleh generasi saat ini lewat buku IQRA.[]

Tulisan ini diambil dari beberapa bagian tulisan Heni Purwanto, Guru Sejarah SMA Negeri 1 Sigaluh.