Monday, August 31, 2015

MODERNISASI PERPUSTAKAAN MENUJU GENERASI BANGSA GEMAR MEMBACA


Membaca, satu kata yang sudah akrab di telinga kita yaitu menghayati sebuah tulisan dengan tujuan mengambil informasi maupun menghibur diri dengan karya yang telah disusun sedemikian rupa oleh penulis untuk menarik perhatian pembaca. Banyak orang mengatakan bahwa membaca adalah jembatan ilmu oleh karena itu, seseorang yang senang membaca cenderung memiliki wawasan yang luas, membaca tidak semata – mata hanya menambah wawasan tetapi juga memberikan rangkaian informasi yang membuat kita lebih mengetahui tentang teknologi, bahkan sebagai sarana penenang jiwa karena, dengan membaca otak kita akan terfokus pada bahan bacaan yang kita baca dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi, bagi sebagian orang membaca adalah sebuah hiburan informatif yang sangat bermanfaat karena bacaan yang ia konsumsi bersifat lucu seperti komik, cerita fiksi, anekdot, dan pantun. Biasanya seorang pembaca yang haus informasi selalu memiliki rasa “ketagihan” untuk terus membaca. Dengan demikian seseorang yang senang membaca dan haus informasi akan memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak suka membaca. Sebuah  istilah mengatakan bahwa membaca setara dengan lidah pendeta yaitu amalan membaca dapat membantu kita mendapat pengetahuan. Hal ini membuktikan bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan pokok yang telah melekat pada diri kita dan tidak bisa ditawar untuk memiliki pengetahuan yang luas. Semakin giat kita dalam membaca, maka semakin banyak pengetahuan yang akan kita peroleh.
Namun, rendahnya minat baca di Indonesia negara yang kita tempati masih sangat memprihatinkan. Bagaima tidak, hasil survey Unesco menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan minat baca masyarakat paling rendah di Asean. Terlebih lagi, faktor minimnya minat baca di Indonesia masih sangat klasik yaitu, adanya anggapan membaca merupakan sebuah perbuatan yang sia – sia, hanya membuang waktu, kuno, melelahkan, bahkan tidak keren atau biasa disebut “cupu”. Selain itu majunya teknologi seperti gadget membuat masyarakat semakin larut dalam balutan tekhnologi dan malas membaca  padahal, membaca merupakan suatu cikal bakal kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang memiliki tingkat baca tinggi pastilah masyarakatnya berkualitas, dan maju.
Kunci utama majunya sebuah bangsa berada pada generasi penerusnya karena dimasa yang akan datang pemerintahan, pertahan, dan perekonomian bagsa akan dikendalikan oleh generasi muda, pemerintah Indonesia merencanakan pada beberapa tahun yang akan datang yaitu tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara maju (Indonesia Emas). Bagaimana mungkin Bangsa Indonesia akan memiliki kejayaan jika masyarakat terutama generasi mudanya saja memiliki minat baca rendah.
Mungkin banyak yang bertanya – tanya apa sih yang dimaksud dengan minat baca? Kenapa sebuah kalimat itu menjadi titik berat permasalahan rendahnya kualitas manusia di Indonesia? Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (KLBI), minat adalah keinginan, kehendak, atau kesukaan. Sedangkan baca / membaca adalah melihat dan menghayati apa yang tertulis.  Jadi, yang dimaksud dengan minat baca adalah suatu keinginan, kehendak, maupun kesukaan untuk melihat dan menghayati apa yang tertulis. Minat erat kaitannya dengan hobi, seseorang yang memiliki minat ataupun hobi terhadap suatu hal pasti akan bersungguh – sungguh melakukan hal yang diminatinya, dengan demikian seseorang yang memiliki minat baca akan bersungguh – sungguh pula dalam membaca. Biasanya anak yang memiliki minat terhadap hal tertentu, bakat yang berkaitan dengan minat anak tersebut akan muncul misalkan, seorang siswa memiliki minat baca terhadap buku – buku fiksi, maka bakat yang berkaitan dengan itu akan muncul seiring berjalannya waktu seperti membuat cerpen, mengedit bacaan, menulis drama dan masih banyak lagi. Mengingat hal ini, minat masyarakat untuk membaca merupakan hal yang utama.
Jika masyarakat terutama generasi muda saja sudah berminat membaca, bukan tidak mungkin Bangsa Indonesia akan menjadi negara “super power” dimasa yang akan datang karena jika masyarakat sudah berminat tentu rasa keingintahuan dan bakat yang berkaitan dengan hal itu akan muncul. Berarti di Indonesia akan muncul talenta – talenta baru yang berkualitas dan dapat menuntun bangsa menuju revolusi bangsa yang maju.
Terkait hal ini, perpustakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan memiliki andil dalam mewujudkan generasi emas penerus bangsa gemar membaca.
 Sebuah perpustakaan haruslah menarik agar pengunjung yang datang merasa nyaman dan senang berada di dalamnya, membaca, mencari informasi yang tertuang dalam setiap bacaan yang mereka baca. Mengingat masa depan Bangsa Indonesia berada di tangan generasi muda yaitu pelajar, maka perpustakaan sekolah sangat berpotensi menjadi sarana yang berpengaruh dalam meningkatkan minat baca generasi muda. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perpustakaan sekolah adalah mengubah “ekspektasi” siswa tentang perpustakaan sebagai tempat yang mengerikan, kuno, dan tidak menarik melalui peningkatan fasiitas perpustakaan seperti ruangan ber-AC, pengadaan komputer, mesin printer, ruangan perpustakaan yang bersih, gazebo dan koneksi internet gratis berupa wifi. Dengan adanya fasiitas yang lengkap dan modern, maka kondisi perpustakaan akan semakin nyaman, selain itu perpustakaan sekolah dapat meningkatkan minat baca siswa melalui berbagai program yang dikemas semenarik mungkin untuk menarik perhatian pengunjung.
Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan minat baca siswa yaitu dengan modernisasi perpustakaan, jika perpustakaan tidak segera diupgrade seiring berjalannya  waktu dan tekhnologi yang terus berkembang bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang perpustakaan akan punah dan tidak diminati lagi..
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka modernisasi perpustakaan adalah mengubah tampilan perpustakaan seperti pintu kaca otomatis, ruangan ber-AC, dinding berkarakter yang sesuai dengan dunia pendidikan, absen menggunakan sidik jari (finjer print), tempat duduk yang nyaman, peningkatan pelayanan, dan adanya aplikasi perpustakaan pintar yang bisa mengakses semua keinginan pengunjung, serta rak buku yang menyatu dengan dinding sehingga pembaca bisa langsung mengambil buku yang diinginkan melalui rak buku di dinding yang telah terhubung dengan aplikasi perpustakaan pintar sekolah tanpa memakan banyak tempat.
Melalui program modernisasi perpustakaan ini, diharapkan minat baca generasi muda Bangsa Indonesia akan meningkat karena anggapan mereka tentang perpustakaan sebuah tempat yang kuno, tidak nyaman, dan kaku akan berubah. Kunci utama pada program modernisasi perpustakaan adalah aplikasi perpustakaan pintar yang dibuat semenarik mungkin untuk menarik perhatian pembaca, aplikasi ini dapat diisi program – program perpustakaan yang menarik inovatif, dan efektif tanpa meninggalkan kesan modern dan pelayanan terhadap member perpustakaan seperti kolom request book yang memungkinkan pembaca mengutarakan bahan bacaan apa yang ia inginkan. Selanjutnya booklist yaitu daftar buku yang langsung terhubung dengan koleksi buku  di perpustakaan, program booklist ini memungkinkan pembaca mengetahui bahan bacaan apa saja yang ada sekaligus mengambil buku yang berada di perpustakaan, karena aplikasi ini terhubung dengan rak buku di playlist maka kita bisa memilih sesuka hati bahan bacaan apa yang kita inginkan dan buku itu akan muncul dengan sendirinya melalui dinding yang dijadikan rak buku perpustakaan.
Untuk penerapannya, tentu perpustakaan harus memilih desain interior dan eksterior yang tepat, dan menarik bagi siswa. Selanjutnya, adalah tahap sosialisasi. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara masuk ke dalam tiap kelas, mengumpulkan siswa di dalam sebuah ruangan, atau mengajak siswa mengunjungi perpustakaan dan memperkenalkan siswa mengenai keberadaan program tersebut. Dalam hal ini pihak perpustakaan dapat mensosialisasikan manfaat gemar membaca bagi siswa, serta memperkenalkan perpustakaan  secara langsung atau tidak langsung mengenai fasilitas, tampilan, dan aplikasi pengunaan aplikasi perpustakaan pintar.
Masa remaja adalah masa dimana siswa sedang merasa penasaran terhadap semua hal oleh karena itu, siswa akan lebih tertarik dengan hal – hal baru seperti program baru, buku baru, dan suasana yang baru dalam perpustakaan. Dengan mensosialisasikan program ini tentu siswa akan merasa penasaran dan ingin mempelajari lebih lanjut mengenai program yang telah disosialisasikan, program “Modernisasi Perpustakaan” merupakan program yang sangat tepat diterapkan karena sesuai dengan keinginan pengunjung sehingga diharapkan siswa akan berlomba – lomba ke perpustakaan melihat koleksi baru perpustakaan yang sesuai dengan keinginan pengunjung serta tidak ketinggalan jaman. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk mengubah mindset para siswa mengenai perpustakaan sebuah tempat yang kuno menjadi sebuah tempat yang modern, damai, dan menyenangkan.
Program ini bisa diterapkan di perpustakaan manapun karena selain efektif, program ini cukup inovatif dibanding program lainnya. Dengan melakukan modernisasi perpustakaan kita, sama saja berinvestasi pada masa depan Bangsa Indonesia yang maju dengan generasi gemar membaca. Dengan begitu anggapan siswa mengenai perpustakaan sebuah tempat yang kuno, membosankan, kaku dan mengerikan dapat sirna. Dengan ini diharapkan perpustakaan sebagai wadah ilmu pengetahuan dapat memperbaiki minat baca masyarakat menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Pustaka Agung Harapan
Nining Asri. https://sahabatguru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-di-Indonesia/ diiakses 10 April 2016, pukul 19.00 WIB



Wednesday, August 19, 2015

PENINGKATAN PERFORMA PERPUSTAKAAN MENUJU LAYANAN BERBASIS ICT


Perpustakaan sekolah merupakan salah satu instansi pendididkan dibawah naungan Kementrian Pendidikan yang ada di sekolah, sebagai salah satu fasilitas penunjang pendidikan  yang ada di Indonesia. Didalam perpustakaan sekolah terdapat banyak sekali koleksi buku, majalah, buku cerita, serta informasi. Perpustakaan sekolah juga menawarkan banyak sekali ilmu pengetahuan yang merupakan elemen fital dalam mendongkrak prestasi sisiwa di sekolah. Seiring dengan fenomena perkembangan zaman dan teknologi saat ini, memiliki suatu pengaruh terhadap perkembangan perpustakaan yang menuntut adanya pengaplikasian perpustakaan dengan tekhnologi yang canggih yang tersedia saat ini. Sehingga akan tercipta suatu konstribusi antara perpustakaan dan teknologi saat ini demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Perpustakaan sekolah memiliki tugas membantu proses belajar mengajar siswa dan guru dengan menyediakan bahan-bahan pustaka yang di sesuaikan dengan kurikulum dan tidak ketinggalan tentunya perpustakaan sekolah harus memiliki fasilitas-fasilitas yang modern sesuai perkembangan zaman dan teknologi.

Zaman milenium; ICT atau(teknologi informasi dan komunikasi)
Istilah “Teknologi Informasi dan Komunikasi‟ tidak dapat dipisahkan dari konsep yang membangunnya, yakni konsep Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.  Teknologi informasi bisa didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi guna keperluan pengolahan informasi. Hal ini senada dengan definisi yang dicantumkan Dictionary of Information Technology yang menyebutkan bahwa teknologi informasi merupakan, “the acquisition, processing, storage and dissemination of vocal, pictorial, textual and numerical information by a microelectronics-based combination of computing and telecommunications”.[1]
Ledakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era sekarang ini sangatlah pesat bagaikan laju roket, hal ini berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia, Hampir semua sendi kehidupan manusia mengalami dampak dari perubahan ini, Seperti hal nya pada paradigma perpustakaan. Dengan adanya pengaruh  ini berdampak pada perubahan paradigma perpustakaan yang mengharuskan para pengelola perpustakaan melakukan suatu inovasi baru, ini selaras dengan perkataan seorang, Siregar dengan perkembangan teknologi informasi, pustakawan dapat tersisih jika mereka tidak membarukan visi mereka tentang kepustakawanan dan menyesuaikan praktek.[2]
Mendengar pernyataan berikut penting rasanya untuk para pustakawan melakukan suatu update terhadap berbagai elemen perpustakaan yang dianggap masih kurang mumpuni serta masih dianggap sangat jauh dari kata modern,tetapi bukan halyang mudah tentunya, akan lebih baik jika dalam proyek updateing ini dimulai dengan membangunkan kesadaran para pengelola perpustakaan agar memiliki pemikiran sesuai perkembangan zaman, dan memiliki kesadaran perlunya melakuakan update terhadap perpustakaan, yang merupakan sumber primer bagi para pengunjungnya yang akan mencari informasi, ilmu pengetahuan,dan lain sebagainya.
Dengan dilakukanya update maka akan sangat memungkinkan perpustakaan untuk mengepakan sayapnya lebih lebar, sehingga sesuatu hal yang dulu tidak mungkin dapat dilakukan oleh perpustakaan sekarang akan sangat mugkin dan akan lebih mudah dilakukan oleh perpustakaan. Suatu perpustakaan dalam melakukan update tentunya membutuhkan suatu cara agar dapat mendukung proyek yang akan digarap, disini perpustakaan dapat menggunakan suatu formulasi yaitu dengan memperluas jangkauan otomasi perpustakaan dan juga malakukan pemanfaatan sumberdaya elektronik yang sangat melimpah saat ini.
Dengan demikian tentunya akan sangat mungkin update perpustakaan dapat di realisasikan sehingga dapat tercipta sebuah fasilitas pendidikan yaitu perpustakaanyang mimiliki pelayanan lebih modern sesuai dengan tujuan proyekupdateing perpustakaan. Tetapi ini tidak berhenti sampai disini saja, karena ada sesuatu yang masih menjadi problematika pada perpustakaan yaitu, pengunjung perpustakkan yang masih sangat sedikit, koleksi buku yang masih sedikit, serta minat membaca masyarakat yang masih berada pada kategori rendah, inilah yang masih harus diperhatikan dalam melakukan update perpustakaan.
Perpustakaan harus memiliki banyak pengunjung, perpustakaan harus memiliki banyakkoleksi buku, perpustakaan harus dapat menumbuhkan minat membaca masyarakat, perpustakaan harus dapat menjadi sumber informasi dan ilmu pengetahuan serta sebagai tempat rekreasi, perpustakaan harus memberikan pelayana yang memuaskan, perpustakaan harus memiliki fasilitas yang modern, itu semua adalah tuntutan yang harus dipenuhi oleh suatu perpustakaan sehingga dapat di katakan sebagai perpustakaan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Itu semua merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh perpustakaan, sebagai gudang ilmu pengetahuan dan informasi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai elemen.
Perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi pada era milenium ini, mengharuskan perpustakaan untuk dapat memanfaatkanya dengan bijak dan mengambil sisi positif dari efek yang di timbulkan, sehingga akan dapat memunculkan ide-ide kreatif dan inovatis, yang memberikan inovasi-inovasi baru terhadap masyarakat luas melalui perpustakaan. Dengan adanya fenomena seperti ini pengelola perpustakaan harus dapat menyaring perubahan yang terjadi dan apa yang tetap untuk diterapkan di perpustakaan, serta apa yang mengharuskan pengelola melakukan update, sehingga tidak akan menimbuklan kontra yang berdampak pada gagalnya perubahan yang akan dilakukan terhadap perpustakaan.
Selain memberikan dampak positif perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi juga dapat mengganggu kinerja perpustakaan tetapi ini tidak menjadi tolak ukur perpustakaan untuk melakukan suatu update sehingga akan terciptanya suatu perpustakaan yang ramai, nyaman, tertib, modern serta memiliki kualitas yang tidak diragukan lagi.

Realitas; Wajah Perpustakaan Sekolah di Indonesia
Hidup segan mati tak mau. Barangkali kalimat itu, menjadi kalimat yang paling pas untuk menggambarkan kondisi Perpustakaan Sekolah saat ini. Hidup segan, mengingat beratnya melawan arus ketidak populeran aktivitas mereka sendiri, mengajak siswa gemar membaca buku, Dihadapkan pada siswa yang tengah riuh dengan pesta, dan cinta. Seolah-olah sungguh sayang jika harus melipat keakraban canda, kehangatan cinta, para siswa di sekolah. Mati tak mau, karena perpustakaan dianggap masih memberikan prestise tersendiri untuk sekolah (akreditasi, kondite). Hingga keberadaannya tetap dipertahankan.
Melihat kalimat seperti ini penting rasanya untuk memperbaiki wajah perpustakaan sekolah yang ada di indonesia, karena seperti kata hidup segan yang memberikan suatu bisikian tajam yang menusuk ke telinga bahwa keberadaan perpustakaan sekolah telah memberikan banyak sekali manfaat bagi para siswa yang mempengaruhi prestasi siswa sehingga meningkatkan citra sekolah, memang ada beberapa perpustakaan sekolah yang dianggap sudah memenuhi kriteria sebagai perpustakkan sekolah yang memiliki kualitas dan kuantitas sesuai dengan standar bahkan lebih. Tetapi ingat ini hanya beberapa mungkin keberadaannya hanya 1:100 saja di Indonesia. Sangat menyedihkan bukan? Ya tentu, perpustakkan yang seharusnya menjadi sumber informasidan ilmu pengetahuan yang ada di sekolah dan merupakan salah satu gudang ilmu bagi siswa dalam mengembangkan diri serta meraih prestasi, ternyata masih sangat memprihatinkan kondisinya.
Hal ini diperparah dengan keberadaan perpustakkan sekolah yang tidak berada disuatu lokasi utama melainkan berada di sebuah sudut sekolah yang memperparah keadaan. Karena dengan letak perpustakaan yang jauh dari jangkauan mengakibatkan minat membaca para siswa menurun, selain itu fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah masih sangatlah minim dan ketinggalan zaman, kondisi seperti inilah yang seharusnya menjadi renungan bagi kita para penerus bangsa dengan melihat wajahperpustakaan sekolah yang masih sangat memprihatinkan ini, bagimana pendidikan di Indonesia akan berkembang? Perpustakan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan saja masih sangatlah buruk, apa yang seharusnya dilakuakan? Formula apa yang tepat untuk menangani masalah ini? Ya mari kita ulas bersama solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Tetapi Sebelumnya mari kita lihat bagaimana fasilitas yang ada didalam perpustakaan sekolah yang ada di Indonesia.

Pengaruh kelengkapan fasilitas perpus terhadap perkembangan perpustakaan sekolah di indonesia
Fasilitas menurut zakiah daradjatfasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalamrangka mencapai suatu tujuan[3].Dengan adanya fasilitas akan mempermudah kita semua dalam melakukan suatu hal, karena dengan fasilitaslah seseorang akan merasa terbantu dalam menyelesaikan pekerjaanya, tidak hanya sampai disitu, fasilitas juga akan mempermudah dalam pencarian informasi, ilmu pengetahuan, berita dan masih banyak lagi. Keberadaan fasilitas mengalami perkembangan dari masa kemasa mulai dari fasilitas yang sangat sederhana hingga fasilitas yang sangat kompleks.
Dalam era milenium ini sudah banyak sekali fasilitas-fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas pribadi yang beredar, dan semuanya memiliki fungsi masing-masing. Berbicara mengenai fasilitas, mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana dengan fasilitas yang ada di perpustakaan sekolah di Indonesia? Apakah fasilitas perpustakaan sekolah di Indonesia sudah lengkap? Pertanyaan itu mungkin sangat tepat diajukan setelah mengetahui bagaimana wajah perpustakaan di Indonesia. Mendengar pertanyaan tersebut ada sebuah penelitian disuatu sekolah yang menerangkan bahwa fasilitas yang ada di perpustakaan sekolah, disalah satu sekolah yang ada di Indonesia masih sangatlah memperihatinkan tiada bedanya dengan kondisi fisik perpustakaan sekolah di Indonesia.
Dari penelitian tersebut maka dapat kita tarik kesimpulan sementara bahwa perpustakaan sekolah di Indonesia tidak mengalami perkembangngan melainkan mengalami keterpurukan, mengapa demikian? Perkembangan pada suatu instansi dapat dilihat dari kondisi fisik instansi tersebut serta bagaimana fasilitas yang tersedia didalam instansi tersebut. Perpustakaan sekolah disini merupakan salah satu instansi, jadi dengan pernyataan demikian memang benar perpustakaan di Indonesia mengalami keterpurukan.
Erat kaitanya fasilitas terhadap perkembangan perpustakaan, bagaimana akan berkembang, kondisi ruangan saja masih jauh dari kata layak, dengan fasilitas yang jauh tertinggal dari perkembangan zaman, hal seperti ini yang harus ditangani dengan serius oleh pemerintah pada khususnya dan oleh para pengelola perpustakaan sebagai penanggung jawab yang memiliki kewenangan serta yang menentukan perkembangan perpustakaan itu sendiri. Dengan kenyataan yang sangat menyayat hati seperti ini adakah cara untuk mengatasi ini semua?

Unpdateing of library; peningkatan performa perpustakaan berbasis TI dan komunikasi (Electronic Digital Library)
Setelah mengulas beberapa masalah diatas, maka perlu adanya penyelesaian karena suatu masalah yang terjadi pasti memerlukan adanya titik temu, jalan keluar atau lebih tepatnya penyelesaian. Sebelumnya saya sudah sedikit menyinggung mengenai penigkatan performa perpustakaan berbasis ICT yang mengharuskan para pengelola perpustakaan dan para pustakawan untuk melakukan suatu proyek besar dalam melakukan updateing perpustakaan. Yang merupakan elemen penting, yang berperan dalam sendi kehidupan manusia. Dalam perkembanganya ICT menuntut perpustakaan baik sekolah atau perpustakaan yang lainya untuk menyediakan informasi dan edukasi bebasis elektronik, dengan pengaplikasian TIK dalam pengadaan bahan perpustakaan, pada umumnya pengadaan bahan perpustakaan meliputipemeriksaan ketersediaan koleksi melalui hunting ke penerbit atau toko buku.  Lebih daripada itu perkembangan TIK  dapat diaplikasikan dalam pengelolaan perpustakaan yang dapat membantu para pengelolaan perpustakaan seperti dalam pengiventarisan, pengatalogan, pemuatan cover, serta penyelesaian fisik bahan perpustakaan. Layanan perpustakaan juga perlu dilakukan pengaplikasian dengan TIK  sehingga akan meningkatkan kualitas pelayaan perpustakaan meliputi kecepatan, ketepatan, serta keakuratan dalam memberikan layanan informasi. Menurut buku yang saya baca dengan judul “teknologi informasi untuk perpustakaan sekolah” aplikasi teknologi informasi di bidang layanan perpustakaan, di antaranya desain dan pengembangan games, manajemen sistem informasi, penelusuran basis data, katalog,multimedia,layanan pemustaka, penelitian dan analisis kebutuhan informasi pemustaka pembentukan jaringan informasi dan kerja sama perpustakaan, jaringan telekomunikasi serta pada penggunaan disain dan administrasi website perpustakaan.[4]Denganseperti ini akan mempermudah terciptanya perpustakaan berbasis TIK atau yang lebih dikenal digital library.
Pada hakikatnya Perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan objek informasi yang mendukung akses dalam pencarian informasi melalui perangkat digital,[5] yang memudahkan para pengujung perpustakaan untuk mengakses informasi yang terdapat pada koleksi informasi pada perpusakaan, dengan demikikan akan memberikan pengaruh yang sangat bersar pada kehidupan perpustakaan dan akan menjawab semua permasalahan yang dihadapi perpustakaan saat ini. Tidak berhenti sampai disini saja dalam proyek menuju terciptanya elektronic digital library perluadanya peningkatan kualitas meliputi  fasilitas  serta semua elemen fisik untuk mendukung proses updateing, sehingga akan mempermudah dalam proses pengerjaannya.
Dengan dilakukanya updateing seperti ini akan menunjang perkembangan perpustakaan menuju ke arah yang lebih baik,serta memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan perpustakaan. Dalam proses ini di dukung oleh undang-undang RI NO 43 tahun 2007 yang mengatur tentang perpustakaan, yang memacu para pengelola perpustakaan untuk lebih serius dalam melaksanakan updateing ini sebagai penanggung jawab perpustakaan. Tetapi ini tidak menutup kemungkinan masyarakat untuk dapat ikut andil dalam proses ini, karena pada dasarnya perpustakaan adalah milik kita semua sehingga kita harus bersama-sama menjaga dan mengembangkan perpustakaan sesuai dengan perkembangan zaman.
Terciptanya perpustakaan berbasis TIK akan memberikan angin segar pada perpustakaan serta akan menjawab semua persoalan yang dihadapi perpustakaan saat ini, seperti perpustakaan yang dulu sepi pengunjung sekarang akan ramai pengunjung, perpustakaan yang dulu hanya memiliki sedikit sekali koleksi baik buku, informasi dan sebagainya sekarang akan lebih banyak memiliki itu semua, perpustakaan yang dulu memiliki ruangan yang sangat memprihatinkan sekarang akan berubah bagaikan istana, semua itu akan di lengkapi dengan fasilitas-fasilitas modern berbasis TIK, seperti dalam pencarian buku dirak dapat dilakukan menggunakan perangkat digital. Disamping itu updateing perpustakkan juga memiliki tujan seperti dalam buku “teknologi informasi untuk perpustakaan sekolah” yaitu untuk memenuhi kebutuhan pemustaka tentang informasi secara lebih cepat, tepat, dan akurat, untuk memenuhi kebutuhan pengelola perpustakaan dalam mengolah dan menyajikan koleksi serta melayani pengguna secara lebih efektif dan efisien , dan yang terakhir adalah untuk memenuhi kebutuhan organisasi perpustakaan agar dapat tetap eksis dan mampu berkembang serta bersaing dengan lembaga perpustakaan lainya.[6] Ini semua akan mempermudah semua kegiatan yang ada di dalam perpustakaan, disamping itu semua masih banyak lagi pengaruh positif yang akan didapatkan oleh perpustakaan dengan dilakukanya updateing menuju perpustakaan bebasis TIK, yang kita semua harapkan diera globalisasi seperti ini.
Dengan demikian maka perpustakaan akan dapat memberikan manfaat lagi kepada masyarakat, siswa, serta untuk semuanya secara maksimal sebagaimana peran perpustakaan yang merupakan sumber primer bagi para pengunjungnya dalam mencari informasi, ilmu pengetahuan dan sebaginya. Itu semua akan terrealisasikan dengan terciptanya perpustakaan berbasis TIK seperti yang kita harapkan sehingga performa perpustakaan akan mengalami peningkatan pesat. Dan semoga ini semua akan memberikan manfaat, serta kita dapat mengambil hikmah dari semua ini. Sehingga kita sebagai manusia modern dapat mengikuti perkembangan tekhnologi serta dapat memanfaatkanya dengan baik sesuai dengan tuntutan zaman.



[1] Sudarto. 2012. “Teknologi informasi untuk perpustakaan sekolah”. Jakarta : perpustakaan nasional RI, hal 5.
[2]Singgih aryo. 2014. “Pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaanperpustakaan”(http://singgiharyo.blogspot.co.id/2014/12/pemanfaatan-teknologi-informasi-dan.html), diakses tanggal 20 April 2016.
[3]Arianto samier irhash. 2008. Pengertian fasilitas belajar (http://sobatbaru.blogspot.co.id/2008/10/pengertian-fasilitas-belajar.html ) diakses tanggal 21 april 2016
[4]Sudarto. 2012. “Teknologi informasi untuk perpustakaan sekolah”. Jakarta : perpustakaan nasional RI, hal 15-16.
[5] Ali Ibrahim dan Mira Afrina. 2011. “Pengembangan Model Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Kinerja Layanan Perpustakaan dan mewujudkan perpustakaan ideal berbasis digital di Fasilkom Unsri”, dalam Makalah KNTIA 2011.
[6]Sudarto. 2012. “Teknologi informasi untuk perpustakaan sekolah”. Jakarta : perpustakaan nasional RI, hal 16.

Thursday, August 13, 2015

THE FRIEND OF THE LIBRARY: RUANG TANPA BUKU SEPERTI TUBUH TANPA JIWA

            Teman adalah seseorang yang dapat dijadikan andalan bagi kita, terutama saat kita sedang membutuhkan kehadirannya, selain itu teman juga bisa menjadi sosok yang sangat berarti bagi kita disaat kita harus mencurahkan perasaan yang meluap-luap dalam diri kita dan sudah tidak sanggup lagi untuk menanganinya. Biasanya di usia remaja dengan jiwa yang bergelora serta semangat yang berapi-api, remaja akan merasakan dan menghadapi keadaan di suatu titik, dimana mereka akan mencari jati diri mereka. Mencari bagaimana diri mereka yang sebenarnya, sehingga sering sekali dikalangan remaja mengalami krisis identitas.
            Para remaja untuk mencari jati dirinya, mereka berusaha untuk mencari semua hal yang ingin mereka ketahui. Semua ini dilakukannya hanya sekedar untuk mencari kepuasan sesaat dan mengikuti zaman. Untuk mencari semua ini mereka bisa memberikan waktu yang berharga untuk hal-hal yang tidak penting. Hal-hal baru yang diperoleh para remaja bisa dengan cara yang baik sampai dengan cara yang “tidak layak” atau tidak dapat diterima oleh warga masyarakat. Dari hal-hal baru yang mereka cari, tak sedikit yang berdampak negatif bagi diri mereka sendiri dan orang lain, namun ada pula yang berdampak begitu positif tanpa mereka sadari. Berawal dari keinginan mengikuti teman-temannya supaya menjadi anak yang tenar dan eksis, sampai dengan usaha positif dengan menunjukkan prestasi dalam segala bidang.
            Keadaan seperti ini menyadarkan kita, bahwa keberadaan para remaja sekarang ini sangat memprihatinkan apabila dibandingkan dengan remaja di zaman dulu yang sangat dekat dengan perpustakaan. Oleh karena perpustakaan menjadi satu-satunya tempat yang dipercaya remaja masa dulu, sebab buku adalah satu-satunya sumber yang dapat dipercaya dan tidak ada sumber lainnya. Remaja masa kini lebih berpengalaman di bidang lain, mulai dari keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah yang berkaitan dengan pelanggaran hukum dan tatanan sosial yang berlaku. Untuk itu perlu ada kegiatan baru yang lebih berguna, untuk menghasilkan remaja yang berprestasi dan bermoral.
           Perlu kita ketahui bahwa perpustakaan merupakan sebuah lembaga yang mengelola sumber informasi yang menduduki posisi penting dalam lingkungan pendidikan dan tempat pelatihan bagi seseorang yang perduli dengan ilmu pengetahuan, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat pada umumya. Demikian juga dengan adanya perpustakaan sekolah, tujuan awal dari pendirian perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber informasi dan pengetahuan dilingkungan sekolah dan juga digunakan sebagai tempat awal untuk mengembangkan minat dan budaya membaca bagi seorang siswa.
         Perpustakaan banyak menyimpan buku dan hasil penelitian, Bukan rahasia lagi bahwa buku adalah gudangnya ilmu. Bahkan, meski saat ini informasi banyak bertebaran di dunia maya, hampir bisa dipastikan semua informasi di sana berasal atau minimal berawal dari sebuah buku. Sebab, buku adalah catatan sejarah dan kisah yang ditulis dengan banyak referensi. Tak jarang, orang-orang besar dikenal karena buku yang ditulisnya. Dan, mereka pun menjadi sejarah yang memengaruhi dunia berkat pandangan dan tulisan yang dibukukan.

Bukan lagi musim menebar bibit
       Menumbuhkan bibit cinta gemar membaca buku pada remaja memang tidaklah mudah, karena bibit yang ditanam pada lahan yang sudah bukan areanya lagi, pasti sedikit kemungkinan bibit tersebut akan tumbuh. Namun kenyatannya gemar membaca bagi remaja, tentu akan banyak memberikan manfaat dalam kehidupan, terutama bagi kesuksesan masa depan, sebab gemar membaca merupakan modal utama bagi siswa dalam proses belajar dalam mengukir prestasi.
           Budaya membaca di perpustakaan yang saat ini umumnya masih rendah, khususnya pada perpustakaan sekolah. Dengan rendahnya tingkat baca di perpustakaan, banyak pihak yang menyalahkan siswa karena tidak memanfaatkan fasilitas yang ada. Sesungguhnya hal ini bukan semata-mata kesalahan siswa tersebut, melainkan kesalahan dapat disebabkan oleh pengelola perpustakaan yang kurang profesional.
           Untuk mencapai program dalam meningkatkan gemar membaca pada remaja, maka diperlukan sikap kritis untuk mengatasi berbagai hambatan yang ada. Hambatan yang ada bukan sengaja diciptakan, namun dengan berjalannya waktu hambatan menjadi sangat dominan. Hambatan yang muncul begitu cepat menyebar ke segala arah, sehingga benar-benar tidak ada lagi tempat untuk ditanami bibit yang baru, demi terciptanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik.

Permasalahan yang tak kunjung ada perbaikannya
Beberapa hambatan yang sering muncul dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah terbatasnya koleksi buku di perpustakaan. Buku-buku yang ada di perpustakaan tidak sesuai dengan apa yang sedang diinginkan dan dibutuhkan oleh siswa. Permasalahan ini sering sekali muncul ketika bapak ibu guru memberikan tugas, sedangkan buku pelajaran yang tersedia di perpustakaan tidak lengkap materi bahan ajarnya.
        Buku bacaan di perpustakaan kurang beragam sehingga tidak menarik perhatian. Pada masa remaja, siswi suka sekali membaca novel. Sayangnya novel yang tersedia di perpustakaan adalah novel-novel lama dan kebanyakan para siswi sudah tahu isinya, apalagi ada hasutan dari teman siswi yang lain kalau kisah dari salah satu novel itu tidak bagus, maka selamat tinggal untuk novel tersebut karena akan sedikit sekali peminatnya, paling-paling peminatnya adalah mereka yang masih tetap saja penasaran dengan isi sebenarnya yang membuat novel itu tidak dilirik oleh teman-teman siswi lainnya. Bukan hanya novel, bisa juga perpustakaan menyuguhkan bahan bacaan seperti komik dan majalah populer yang tentunya standar isi menjadi suatu hal yang wajib untuk diperhatikan oleh pihak sekolah.
      Kondisi ruangan yang kurang memadai dan tidak nyaman. Masalah ini dapat berkembang menjadi masalah yang sangat serius, karena sering sekali ruang perpustakaan sekolah dikontrak oleh seorang guru untuk mengajar di perpustakaan. Selama pelajaran guru tersebut berlangsung, pada jam-jam pelajaran tertentu. Dengan keadaan seperti ini jika berlangsung sampai jam istirahat maka perpustakaan akan beralih fungsi menjadi tempat penampungan korban bencana, hal ajaib ini terjadi hanya akan terjadi jika di dalam perpustakaan memang ada sesuatu yang baru dan menarik saja. Sedangkan yang sering terjadi oleh karena adanya penampungan korban bencana di perpustakaan, menyebabkan siswa yang hendak datang berkunjung ke perpustakaan hilang minatnya dan lebih baik bercanda ria di kantin atau di kelasnya atau dimanapun tempat yang lebih nyaman.
          Terbatasanya tenaga pengelola perpustakaan. Karena fasilitas perpustakaan sekolah begitu standar dan biasa-biasa saja, dengan sistem pengelolaan manual, biasanya memuakkan bagi para siswa yang berkunjung. Ada saat dimana waktu istirahat sudah akan habis dan siswa ingin meminjam buku, sedangkan bel masuk kelas sudah berbunyi, namun karyawan perpustakaan tidak di tempat. Mungkin dengan tidak adanya karyawan ditempat telah memuakkan siswa, ternyata masih ada lagi yang lebih parah yaitu ketika harus mengantri saat hendak meminjam atau mengembalikan buku, betapa para siswa menjadi sangat kesal dan mengeluh “kelamaan lah bu”. Kata-kata ini menjadi sangat fenomenal didalam perpustakaan. Oleh karena kejadian seperti ini siswa akhirnya mengurungkan niatnya untuk meminjam buku dan kembali dari perpustakaan dengan kecewa dan berst hati.
          Terbatasnya waktu berkunjung di perpustakaan. Kebanyakan perpustakaan buka saat sebelum proses belajar mengajar di sekolah dimulai, sayangnya perpustakaan tutup bersamaan dengan waktu pulang sekolah. Siswa yang hendak berkunjung saat waktu pulang sekolah karena kepadatan kegiatannya sejak dari pagi sampai siang hari akhirnya tetap tidak bisa berkunjung ke perpustakaan, karena karyawan di perpustakaan juga harus pulang.

Kontroversi yang patut diperbincangkan
       Ada satu permasalahan lagi, permasalahan ini digadang-gadang telah menjadi sangat kontroversi di kalangan remaja-remaja yang datang ke perpustakaan di sekolah mereka yaitu, di perpustakaan kebanyakan peraturan, siswa akhirnya lebih memilih tidak masuk ke perpustakaan daripada mengorbankan hak asasi manusia yang dimilikinya. Pasti ada peraturan yang berbunyi bahwa jika berkunjung ke perpustakaan jangan bersuara. Ada juga peraturan yang berbunyi jangan makan di perpustakaan. Peraturan lain dan seterusnya, namun yang menjadi begitu terkenal adalah dua peraturan ini.
      Coba kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari dimana perpustakaan adalah rumah teman kita dan buku yang berada di dalam perpustakaan adalah teman kita, serta kita sendiri sebagai tamu di rumah teman kita yang bernama buku. Jika datang bertamu ke rumah orang maka kita harus menghargai kebiasaan yang ada pada rumah itu, sama halnya dengan kita masuk ke rumah buku kita juga harus menghormati kebiasaan yang  ada di rumah buku yang berupa peraturan-peraturan.
   Untuk menghormati kebiasaan di rumah teman kita pasti mudah untuk menyesuaikan, karena kita sekarang sudah hidup di dunia yang cukup modern, tentu kebiasaan keluarga kita dengan keluarga teman kita hanya berbeda sedikit saja maka untuk bertamu ke rumah buku juga pasti mudah dengan menghormati kebiasaannya. Lama kelamaan kita pasti dapat memahami dan menyadari, bahwa dengan menghormati kebisaan di rumah buku kita akan bisa menyatu dengan kebiasaanya nanti.
      Disisi lain perpustakaan dengan berbagai kebiasaan yang ada pada peraturannya yang bermaksud baik untuk para tamu, sayangnya para tamu merasa lelah dengan peraturannya, karena begitu mengikat. Sekali bersuara di tegur karyawan perpustakaan, apalagi kalau lapar menghampiri saat di perpustakaan, jangan harap bisa makan karena haram hukumnya apabila makanan masuk ke sana.
      Segala keterbatasan yang dimiliki perpustakaan biasanya terjadi karena kurang adanya perhatian dari sekolah, sehingga dana untuk pengembangan perpustakaan cenderung sangat minim bahkan beberapa sekolah swasta menganggap bahwa perpustakaan sekolah bukan hal yang penting. Sedangkan untuk permasalahan mengenai pengelola perpustakaan memang manjadi umum sekarang ini, bahwa karyawan perpustakaan biasanya adalah guru atau sekedar karyawan yang kurang terlatih dan tidak profesional yang diberikan tugas oleh sekolah untuk melayani di perpustakaan.
      Dengan adanya kenyataan seperti di atas mengenai kekurangan perpustakaan seakan-akan menunjukkan pada kami para siswa, bahwa perpustakaan adalah tempat yang sebaiknya tidak usah di kunjungi dari pada sesal nantinya. Kekurangan perpustakaan yang cukup banyak membuat para siswa merasa enggan untuk membaca, para siswa membaca hanya ketika ada tugas dan saat ada ulangan harian saja, di luar itu para siswa malas sekali membaca. Kalau begini bagaimana akan tumbuh manusia yang bermutu dan berkualitas.
Adalah suatu hal yang tidak mungkin bila seseorang mendapatkan ilmu tanpa membaca, sebab membaca berarti kita bisa mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya terjadi. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli di masa lampau yang telah dibukukan, tentu ada banyak sekali hasil berupa penelitian para ahli yang dapat menjadi sumber informasi baru yang hanya dapat kita saja yang mengetahuinya sebab kita telah membaca sebelumnya. Berbeda dengan jika dibandingkan dengan orang yang sama sekali belum membaca sebelumnya, tentu kita akan mendapat nilai tambah dari orang tersebut. Semuanya itu hanya dapat terjadi jika kita telah membaca sebelumnya. Oleh karena itu jadilah orang yang rajin membaca, sebab tidak ada salahnya meluangkan sedikit waktu untuk membaca.
      Cobalah untuk mencintai buku mulai dari sekarang, daripada tidak memulainya sama sekali. Dengan mencintai buku maka kita akan mencoba untuk memahami apa isi dari buku itu dan apa maksud yang ingin disampaikan oleh buku itu kepada kita, lama-kelamaan kita akan menjadi terbiasa dengan hal-hal seperti ini dan kita akan menjadi sering terlihat bersama dengan buku karena sudah ada kecocokan antara diri kita dengan buku. Sungguh sangat bermanfaat buku bagi kita, karena dengan sering menganalisis suatu bacaan, otak kita selalu terasah dan semakin berfungsi dengan baik sehingga kita tumbuh menjadi manusia yang cepat tanggap.
    Apabila kebiasaan ini selalu dibiasakan dan dipupuk setiap hari maka akan menumbuhkan hasil yang baik. Tetapi jangan karena senang membaca buku setiap hari meminta kepada orang tua untuk membeli buku, tetapi carilah buku-buku yang belum pernah kamu baca di perpustakaan. Meskipun  di suatu perpustakaan memiliki buku yang sedikit tapi jangan salah, karena di perpustakaan pasti tetap saja ada banyak sekali buku yang dapat dibaca dan kamu hanya tinggal mencari saja apa yang paling sesuai dengan kehendakmu.

Teman yang berguna
    Sebagai teman perpustakaan yang baik, kita diperbolehkan untuk selalu mengembangkan dan menyebar luaskan semangat membaca ke berbagai tempat. Kita bisa menjadikan perpustakaan sebagai teman kita dengan kita membangun perpustakaan kecil di rumah. Perpustakaan kecil yang kita bangun di rumah semuanya serba minimalis dan tidak usah terlalu menuntut bahwa yang namanya perpustakaan harus banyak bukunya. Tentu tidak perlu ada yang namanya target untuk membangun perpustakaan kecil, sehingga dengan adanya pembangunan perpustakaan kecil di rumah telah memberikan jalan pintas bagi kita agar dapat selalu datang ke perpustakaan meski hanya untuk sekedar membaca atau mengisi waktu luang.
      Dan mulailah juga untuk memahami segala peraturan yang telah dibuat oleh perpustakaan, karena semua peraturan itu dibuat untuk menunjang kenyamanan para tamu yang berkunjung untuk membaca. Coba bayangkan saja kalau isi perpustakaan adalah orang yang sedang berdebat dan mungkin ada yang sedang makan nasi goreng, pasti konsentrasi untuk membaca buku menjadi terganggu, oleh karena itu marilah pahami hal ini dan tinggalkanlah sejenak keegoisan yang ada pada diri masing-masing demi tercapainya keinginan untuk memajukan pemuda-pemudi yang bermutu dan berkualiatas bagi bangsa ini.
         Ingat kembali dan jangan hanya diingat kembali saja, tetapi pahami bahwa buku adalah sumber ilmu. Sebagai sumber ilmu maka buku harus kita hormati, karena tidak ada ilmu pasti yang bisa kita ketahui apabila tidak ada buku. Untuk itu bacalah buku karena selain mendapatkan ilmu, pembaca juga mendapat banyak informasi yang berguna dan keuntungan lain yang dapat kita peroleh adalah merasakan sensasi keliling dunia hanya dengan membaca buku.
Mebaca bisa menjadi kegiatan yang sungguh menyenangkan karena kita bisa memperoleh informasi ter-update mengenai segala hal. Secara tidak langsung siapa yang rajin membaca telah menjadi orang yang kekinian. Kekinian dalam arti, seseorang menjadi manusia yang berwawasan mengenai suatu hal yang sedang populer dan booming dikalangan teman-teman di seluruh dunia.

Tuesday, August 4, 2015

Perpustakaan Bintang Lima, Wujudkan Siswa “Kece” dalam Ilmu Penuh Cinta

 
Di era globalisasi ini, mindset masyarakat sudah semakin maju, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Akses internet pun menjadi sangat mudah diperoleh, dengan adanya layanan internet, masyarakat dapat dengan mudahnya mendapatkan informasi yang akan mereka cari. Wawasan mereka akan bertambah seiring dengan kemajuan teknologi yang ada. Saat ini, masyarakat khususnya siswa lebih asyik bermain dengan gadget mereka untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Alangkah lebih baiknya, jika mereka bijak dalam menggunakan kecanggihan gadgetnya untuk hal-hal yang positif.
Untuk mengantisipasi penyalahgunaan teknologi, kita harus membuat siswa tertarik dengan sesuatu hal, yakni dengan mengajak mereka bersahabat dengan perpustakaan. Namun sebelum itu, siswa harus mengenal terlebih dahulu apa itu perpustakaan? Perpustakaan adalah sebuah wadah bagi siswa untuk menimba ilmu, karena di dalamnya banyak sekali buku-buku dan informasi yang dapat membuat siswa memperoleh ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi dirinya.
 Siswa harus dibuat haus akan ilmu, karena manusia tanpa ilmu, seperti danau tanpa air, kurang bermanfaat. Dengan siswa haus akan ilmu, maka mereka akan terus mencari ilmu tersebut dimana saja, dan buku serta internet menjadi pilihan mereka. Setelah mereka terus berkutat dengan informasi atau ilmu itu, maka mereka pasti akan merasakan jatuh cinta terhadap ilmu tersebut. Kalau siswa sudah mencintai hal-hal yang berbau pengetahuan, maka mereka pasti tidak akan merasa terbebani atau terpaksa jika harus membaca buku di perpustakaan.
Dengan siswa belajar di perpustakaan maka tujuan dan fungsi perpustakaan akan tercapai. Lalu belajar itu apa? Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Jadi, belajar adalah sebuah proses dimana kita berusaha mengubah ketidaktahuan kita menjadi tahu akan sesuatu hal.
Alasan siswa malas mengunjungi perpustakaan disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut pengamatan sederhana yang telah saya lakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah, seperti minimnya fasilitas di perpustakaan, pustakawan yang kurang “bercengkrama” dengan siswa, sistem pelayanan yang baku, dan suasana perpustakaan yang monoton atau membosankan.
 Siswa sering enggan mengunjungi perpustakaan karena takut dijuluki “si kutu buku” atau menjadi tidak “kece” karena akrab dengan perpustakaan. Di zaman yang modern ini, siswa yang dianggap keren oleh teman-temannya adalah siswa yang sering “ngetrip” atau pergi untuk berwisata. Hal ini tentunya membuat siswa yang sebenarnya dalam hatinya ingin mengunjungi perpustakaan, malah lebih memilih untuk “hangout” bersama teman-temannya.
 Dengan demikian, siswa seharusnya diberi tempat wisata yang membuatnya betah dan bermanfaat bagi dirinya, seperti perpustakaan yang nyaman dengan nuansa hotel bintang lima. Dengan dibuatnya perpustakaan yang menarik seperti itu, akan mengubah pandangan siswa terhadap wisata yang unik, bukan wisata seperti pada umumnya yaitu perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran. Karena kunci utama siswa akan tertarik mengunjungi perpustakaan adalah meningkatkan kenyamanan, layanan, dan  fasilitas yang baik.
Contohnya saja, seseorang pasti akan tertarik dan puas mengunjungi atau menginap di hotel berbintang lima karena fasilitas dan kualitas pelayanan yang terbaik atau nomor satu. Bayangkan saja, apabila fasilitas dan kualitas pelayanan tersebut diaplikasikan ke dalam perpustakaan, pasti siswa akan lebih sering mengunjungi perpustakaan itu karena kenyamanan yang mereka rasakan. Sehingga, siswa akan menganggap perpustakaan sebagai rumah kedua bagi mereka setelah rumahnya sendiri. Hotel berbintang atau bintang hotel adalah salah satu jenis pengkelasan sebuah hotel. Pengkelasan hotel ini dimulai dari hotel bintang satu sampai hotel bintang lima. Semakin banyak bintang yang dimiliki suatu hotel, mengindikasikan bahwa semakin lengkap pula fasilitas hotel tersebut.

Menurut KepMen Perhubungan No.PM.10/PW.301/Pdb–77 penentuan bintang hotel ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
·         Jumlah Kamar yang dimiliki hotel
·         Bentuk bangunan hotel
·         Perlengkapan atau fasilitas hotel
·         Mutu Pelayanan hotel
Hotel berbintang lima memang menyediakan fasilitas yang super untuk dijadikan daya tarik bagi pengunjungnya, seperti kamar yang luas, kolam renang, cafe, dan resepsionis yang baik.
B. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan suatu unit yang membantu program sekolah untuk memberikan pelayanan dan penyedia bahan perpustakaan. Pelayanan perpustakaan yang baik menjadi jurus jitu yang harus dilakukan oleh pihak perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan itu sebagai tempat pembelajaran sepanjang hayat. Perpustakaan mempunyai tujuan untuk membantu siswa memperoleh informasi guna menambah wawasan. Selain fasilitas-fasilitas umum yang ada di perpustakaan, misalnya buku-buku menarik, layanan internet, komputer, dan printer, pihak perpustakaan juga harus membuat kesan untuk para pengunjung agar siswa betah berada di perpustakaan.
Kenyamanan yang diimpikan oleh siswa harus perpustakaan wujudkan, karena saat ini, siswa tidak “melirik” perpustakaan sama sekali karena berbagai faktor. Adapun faktornya adalah minimnya fasilitas yang tersedia, pustakawan yang kurang ramah dan kompeten, sistem pelayanan yang kaku, dan suasana perpustakaan yang membosankan. Kemajuan perpustakaan ditentukan oleh keberhasilan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan secara baik oleh siswa. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di perpustakaan harus dapat memacu prestasi siswa dan dapat digunakan sesuai dengan tujuan serta fungsi perpustakaan.
Dengan adanya masalah-masalah yang menyebabkan siswa enggan mengunjungi perpustakaan, maka sudah seharusnya pihak perpustakaan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Seperti kata pepatah, semua bisa karena terbiasa, maksudnya adalah siswa akan memperoleh ilmu yang ada di perpustakaan dengan dia sering mengunjungi perpustakaan serta membaca buku di sana. Karena memang notabennya buku adalah jendela dunia, yang dapat membuka cakrawala secara luas yang akan menambah ilmu pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.
Pihak perpustakaan harus merealisasikan impiannya untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang menarik, yaitu dengan mengubah perpustakaan yang mempunyai layanan seperti hotel bintang lima. Dengan adanya pengubahan bentuk perpustakaan yang sering dianggap kuno menjadi perpustakaan yang unik, maka hal ini akan menjadi solusi yang baik untuk menarik perhatian siswa agar mengunjungi perpustakaan sekolah.
Tentunya, pihak sekolah juga harus mendukung program perpustakaan ini, karena siswa bukan hanya mendapatkan pembelajaran dari guru saja, namun juga dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan. Perpustakaan bintang lima ini juga cocok diterapkan untuk perpustakaan umum guna menambah daya tarik bagi pengunjung perpustakaan.

C. Perpustakaan Bintang Lima
Perpustakaan dianggap sebagai tempat yang membosankan oleh siswa karena mereka tidak mengenal perpustakaan secara dekat. Saat ini, pihak perpustakaan harus cerdas untuk memanfaatkan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Siswa saat ini lebih senang “nongkrong” di cafe selama berjam-jam dibandingkan dengan berada di perpustakaan. Kemudian hal yang harus dilakukan oleh pihak perpustakaan adalah mengubah konsep perpustakaan yang “jadul” menjadi perpustakaan yang “mewah”. Mewah disini bukan berarti apa-apa serba mahal, namun kemewahan ini berarti dapat menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua bagi siswa dengan tingkat kenyamanan yang tinggi.
Menurut pengamatan sederhana saya, mayoritas siswa lebih senang berada di ruangan yang ber-AC, penuh dengan minuman yang menyegarkan, ruangan yang luas, dan pelayanan yang baik. Hal ini memang ada pada nuansa hotel bintang lima, dimana di dalamnya terdapat kolam, kamar yang luas, pelayanan resepsionis yang baik, cafe, dan fasilitas lainnya. Dengan adanya fasilitas tersebut, maka pengunjung pun akan mempunyai kesan yang baik terhadap hotel tersebut. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak perpustakaan untuk membuat siswa tertarik dengan perpustakaan.
Pihak perpustakaan dapat mengaplikasikan nuansa hotel bintang lima pada perpustakaan sekolah. Kamar hotel yang luas dapat diganti menjadi ruangan yang luas. Untuk awal penerapannya, bangunan perpustakaan dapat dibagi menjadi beberapa ruangan, ruang cafetaria, ruang hening, dan ruang tempat menyimpan bahan pustaka. Dengan fasilitas mebeler nomor 1 layaknya hotel berbintang lima, ruang cafetaria ini dapat digunakan oleh siswa untuk pengganti tempat “nongkrong”nya, karena di dalam ruang cafetaria, pihak perpustakaan menyediakan berbagai minuman ringan yang akan menemani siswa ketika membaca buku. Setelah siswa memilih buku yang dia sukai, mereka bisa membawa buku tersebut ke ruang cafetaria dan membaca buku tersebut sambil menikmati minuman yang segar. Contohnya, di ruang cafetaria ini, pihak perpustakaan tidak perlu khawatir kalau buku yang dipinjam akan hilang, karena di setiap ruang dalam perpustakaan, keamanan akan terjamin dengan adanya CCTV.
 Di dalam ruang cafetaria ini juga dilengkapi layanan internet atau hotspot area dan AC yang akan lebih membuat nyaman siswa. Kemudian, di dalam perpustakaan ada ruang hening, ruangan ini digunakan untuk siswa yang ingin membaca dengan serius tanpa ada kebisingan. Dengan adanya pembagian ruangan seperti ini, maka siswa akan lebih betah berada di perpustakaan. Perpustakaan juga harus meningkatkan kualitas fasilitas-fasilitas vital yang harus ada di perpustakaan, seperti komputer, bahan pustaka, printer, layanan internet, gazebo, dan AC.
Selain itu, pustakawan juga bisa menjadi resepsionis seperti yang ada dalam hotel bintang lima, pustakawan dapat menyambut siswa dengan ramah. Bahkan ada pustakawan atau petugas khusus yang menyambut siswa di depan pintu masuk perpustakaan. Sehingga, siswa merasa bahwa pustakawan yang dulunya ditakuti karena “kegarangannya”, sekarang akan lebih disenangi siswa karena “keramahannya”. Kemudian, pihak perpustakaan juga dapat menambah pustakawan yang nantinya bertugas sebagai tutor bagi siswa. Apabila siswa membutuhkan informasi, pustakawan dapat membantu siswa untuk memperoleh informasi tersebut.
Seperti halnya hotel berbintang lima, bangunan perpustakaan bisa dibuat bertingkat, dengan lantai atasnya adalah ruang cafetaria. Suasana yang indah dapat dinikmati oleh siswa jika mereka berada di ruangan tersebut. Dengan adanya fasilitas-fasilitas menarik tersebut akan membuat siswa menjadi lebih “kece” namun dengan ilmu yang dimilikinya. Dan mereka menemukan rumah kedua yang tidak kalah menariknya dengan tempat-tempat “nongkrong” remaja zaman sekarang, yaitu perpustakaan bintang lima, yang bernuansa atau terinspirasi dari hotel bintang lima.
Dengan kualitas pelayanan yang baik pula, maka siswa akan lebih nyaman untuk belajar di perpustakaan, dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat pembelajaran baginya. Di waktu senggang, mereka akan lebih memilih untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca, serta mencari informasi karena mereka merasa nyaman berada di sana.
Untuk mempromosikan perpustakaan bintang lima ini, sekolah dapat mengadakan sosialisasi tentang perpustakaan tersebut. Pustakawan juga dapat menyebarkan brosur yang berisi tentang fasilitas dan pelayanan yang ada di perpustakaan bintang lima ke setiap kelas agar siswa mengetahuinya. Cara yang lain adalah dengan memanfaatkan teknologi internet, yaitu mempromosikan perpustakaan bintang lima yang ada di sekolah melalui media sosial. Perpustakaan dapat membuat instagram dan meng-upload fasilitas yang ada di perpustakaan, seperti ruang cafetaria, pelayanan yang baik dari resepsionis, dan fasilitas yang lengkap.
Siswa juga tidak akan merasa ketinggalan zaman karena mereka bisa mendapatkan tempat yang cocok bagi mereka, dengan nuansa yang indah yaitu dengan fasilitas yang ada di perpustakaan bintang lima. Justru, mereka akan merasa bangga karena mereka bisa “kece” tanpa harus meninggalkan kewajiban utamanya sebagai seorang pelajar.
D. Kesimpulan
Untuk mengukir prestasi siswa memang membutuhkan pengorbanan dari pihak sekolah, salah satunya dengan menjadikan perpustakaan sebagai sahabat siswa. Dengan adanya perpustakaan bintang lima ini, diharapkan siswa akan lebih nyaman jika berada di dalam perpustakaan dan akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang banyak dari bahan pustaka atau buku-buku yang mereka baca.
Pada zaman yang sudah serba modern ini, kebosanan-kebosanan siswa terhadap tempat klasik dan melankolis memang menjadi masalah yang harus diatasi bersama. Perpustakaan bintang lima ini dapat dijadikan solusi untuk mengatasi kebosanan siswa terhadap citra perpustakaan yang kuno, menjadi sesuatu yang akan berkesan pada dirinya.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia dalam perpustakaan bintang lima ini terinspirasi dari fasilitas yang ada di hotel bintang lima. Dan diharapkan kenyamanan yang ada di dalam hotel bintang lima, dapat diaplikasikan ke dalam perpustakaan bintang lima, sehingga menumbuhkan rasa spesial bagi siswa untuk mengunjungi dan berlama-lama di perpustakaan yang sudah dianggap seperti rumah kedua baginya.
Dengan adanya perpustakaan bintang lima, masyarakat umum, pengunjung, siswa akan terkesan dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan di perpustakaan bintang lima, dan pengunjung akan merasa ingin pergi ke perpustakaan lagi dan lagi.
Perpustakaan bintang lima ini dapat diciptakan atau diaplikasikan di perpustakaan sekolah manapun. Dengan ruangan yang nyaman dan pelayanan dengan kualitas yang baik akan menumbuhkan budaya membaca pada siswa, karena siswa akan sering mengunjungi perpustakaan sekolah. Dengan demikian, maka generasi emas penerus bangsa akan terwujud karena perpustakaan sudah dijadikan sahabat oleh siswa dan siswa tidak merasa terbebani saat menimba ilmu karena dia sudah merasa nyaman berada dalam perpustakaan bintang lima tersebut.

Daftar Pustaka  
Hariyanto, S.Pd. 2010. Pengertian Belajar Menurut Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/. Diakses tanggal 20 April 2016.
Dhaniswara. 2009. Tahukah Agan Pengertian dari Hotel Berbintang (mulai dari 1 s.d 5) ?. http://www.kaskus.co.id/thread/5109f7f3eb74b4764c00000c/tahukah-agan-pengertian-dari-hotel-berbintang-mulai-dari-1-sd-5/. Diakses tanggal 19 April 2016.