Wednesday, February 28, 2018

Pilih PPG atau Tidak? || Hari Ke-205

arifsae.com - Permasalahan PPG hari ini memang memuncak. Kawan-kawan yang lain sudah menentukan pilihannya. Saya sendiri belum memilih apakah mau mendaftar ataukah tidak. Hari ini saya mencoba mencari keputusan untuk memilih ikut atau tidak. Semua orang-orang terdekat sudah saya mintai saran. 

Penentuan antara iya dan tidak haru hari ini. Karena hari ini hari terakhir, dan saya haru secepatnya memutuskan. Tapi nanti saja lah, pagi ini masih meneruskan rutinitas seperti kemarin: mengetik. Siang ini saya berencana menjemput Bu Aji yang akan mengajar di Terusan 2.
Jalan Kompas
Saya ke Andamy, menjemput Bu Aji yang masih di sekolah. Memang janjian jam 11 saya harus menjemputnya, karena jam 11 sekolah harus selesai. Rencananya Bu Aji mau mencari sinyal ke rumah, jadi saya mengambilnya lebih awal. Memang sejak dia pindah di rumah sekolah, sinyal nya jadi terganggu dan update status sosialnya tidak serajin dulu. 

Biasanya, dia kalau di Terusan 2 kegiatannya menelepon dan sesekali mendownload Runing man. Film-film alay dari Korea. Biarlah. Kami menyelesaikan aktifitas kami masih-masih yang sudah kami selesaikan dulu. 
Langit Sore
Jam 3 memang jadwalnya Bu Aji mengajar. Dia berangkat mengajar ke sekolah, dan saya seorang dri di rumah. Masih berfikir tentang PPG, niatan itu semakin menguat, saya tidak ikut PPG. Keputusan ini saya ambil setelah beberapa kali saya pikir dan mintakan saran kepada orang-orang. Dengan bissmillah, saya tidak ikut PPG tahun ini. 

Setelah Bu Aji pulang mengajar, saya pun menanyakan hal yang sama. Ternyata jawabannya sama dengan saya, dia juga tidak ikut PPG. Mungkin pertimbangannya beda. Tapi tujuannya sama. Oke lah, keputusan sudah diambil, dan saya siap dengan segala resikonya. Alasan saya sudah jelas, saya punya rencana lain, dan semoga Allah memperlancarnya. Dan sekarang saatnya mengantarkan Bu Aji pulang. []
Lanjut Hari Ke-206 DISINI.

Kontribusi Usman Janatin Dalam Konfrontasi Indonesia-Malaysia, 1962-1966 [JURNAL ILMIAH]

Jurnal Arefak

Tuesday, February 27, 2018

Gandrung Baahubali || Hari Ke-204

arifsae.com - Kalau ada ibu-ibu pagi sudah terasa ramai. Mereka sudah bangun awal. Bu Ana sudah membuat sarapan kecil-kecilan untuk kami makan. Pagi ini Bu Ana memang akan pulang. Jam 7 mereka pulang, motor di bawa mereka untuk menuju ke Simpang Sapi. Saya tinggal saja di rumah. Biarkan ibu-ibu menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Pagi ini masih melanjutkan aktifitas mengetik. Urusan makan belum terpenuhi, biarlah nanti saja. Meski sudah dimasakan Bu Ana, tapi tetap saja lapar. Anak-anak jam 1 siang datang ke rumah, mereka mau mengumpulkan borang yang sudah di isi. Saya memang sudah menaruh mereka untuk membawa pulang agar diperiksa oleh orang tua mereka. 
Belajar IPS
Hari ini pelajaran seperti biasa. Belajar tentang IPS, terutama tentang kondisi dan geografi di Indonesia. Mereka nampaknya belum begitu paham. Tapi saya mencoba memberitahu mereka bahwa Indonesia itu kaya dan Indonesia itu beragam budaya. Semoga mereka memahami itu. 

Sore hari saya berencana untuk masak, tapi tidak jadi, akhir-akhir ini memang saya malas sekali untuk masak. Saya mengajak Fikar yang akan tidur dirumah untuk keluar dan makan di Kedai Nur Cahaya. Kami makan Ayam Penyet disana. Cukup untuk menyambung hidup. 
Nonton Baahubali
Malmnya saya ajak Fikar menonton film Baahubali. Film India yang berkisah tentang kisah Mahendra Baahubali yang dibuang oleh keluarganya karena pertikaian intrik dari kerajaan. dia adalah keturunan seorang pahlawan yang sudah dinanti-nantikan oleh rakyatnya. Pokoknya keren. Bahkan film ini mencatatkan rekor di Inda sendiri. Fikar terlihat sangat menikmati film ini. []
Lanjut Hari ke-205 DISINI.

Monday, February 26, 2018

Begitu Banyak Anak || Hari Ke-203

arifsae.com - Setelah kemarin membantu Pak Majid, kali ini saya kedatangan Bu Ana dari Gum-Gum. Dia juga asli dari Purbalingga, sama seperti tempat asalku. Dia ingin main ke tempatnya Bu Aji yang sudah tidak tinggal lagi di atas, tapi sekarang dia tinggal di sekolah. 

Katanya ingin melihat kondisi sekolah dan sekaligus rumah yang tidak ada sinyal. Saya menjemput Bu Aji untuk ke Terusan 2, kemudian dia yang menjemput Bu Ana ke Simpang Sapi. Saya di rumah menyelesaikan ketikan yang masih berantakan. 
Rotex Motor
Hari ini saya ingin mendata anak-anak. Saya lihat anak-anak kecil yang sudah banyak dan berumur belum masuk CLC. Pendataan ini saya gunakan untuk modal mengikuti ujian Paket A tahun depan. Saya sudah menyiapkan borang. Anak-anak juga tidak terlalu paham masalah pendataan ini, tapi saya mengingatkan kepada mereka pentingnya mengisi borang ini. 

Terutama utnuk mengisi nama-nama mereka,  karena dari pengalaman banyak yang salah setelah jadi Ijazah. Mereka baru menyadari kesalahan setelah ijazahnya jadi, itu akan membuat saya kerja dua kali. Sebenarnya kalau mereka ada dokumen, bisa lebih gampang, tapi sebagian besar mereka tidak memiliki itu. 
Mengjar Sore
Itulah susahnya. Tapi pelan-pelan saya mengajari mereka. Setelah beberapa waktu, saya berhasil mengumpulkan kurang lebih 30 anak. Wauw, lumayan banyak. Ini modal untuk menjadi anak-anak CLC tahun depan. Memang sengaja saya kumpulkan, terutama meminta tolong bantuan Nana. 

Selesai mendata saya pulang kerumah. Niatnya mau menggoreng konto-konto dan pisang. Sore hari, Bu Aji dan Bu Ana datang ke rumah. Mereka ingin menginap disini. Maklum lah, di rumah nya Bu Aji tidak ada kamar yang layak. Untung rumah ada 2 kamar yang siap menampung tamu-tamu darurat seperti ini. 

Kami makan bersama dan banyak cerita. Terutama Bu Aji setelah satu bulan ini menginap di rumah sekolah. Bu Ana juga yang akan berencana menikah liburan semester ini. Bu Aji saya lihat juga sudah ingin menikah, namun sayang, belum ada yang cocok. Semoga di mudahkan dan di pertemukan oleh-Nya yang terbaik. Karena pilihan-Nya pasti yang terbaik untuk hamba-Nya. Malam ini ditutup dengan istirahat sendiri-sendiri, mereka berdua satu kamar dan saya di kamar yang lain. []
Lanjut Hari Ke-204 DISINI.

Sunday, February 25, 2018

Seharian Bersama Hujan || Hari Ke-202

arifsae.com - Hari ini hujan benar-benar sedang sering-seringnya turun. Niatnya hari ini mau mencuci baju, tapi agak ragu, nanti hujan lagi. Tapi karena cucian sudah banyak, saya paksakana untuk mencuci baju. Selesai mencuci, rencananya hari ini Pak Majid mau pulang ke Andum. Otomatis saya harus mengantarkannya ke Simpang Sapi. 
Jalan Ke Simpang
Dijalan pun sudah terlihat. Gerimis masih Setia menemani. Tapi tidak sebesar tadi, jadi saya paksakan untuk mengantarkannya ke Simpang Sapi. Di jalan, obrolan seputar perjuangan dan Cinta terucap. Saya hanya memberikan saran, "Cinta itu di usahakan, perjuangkan selebihnya bila dia menyambut maka rebut, tapi bila diam tinggal menjauh. "

Selesai mengantar, saya pulang ke rumah. Benar saja, sampai di rumah hujan turun begitu besar. pakaian yang sudah saya jemur menjadi korban, tidak bisa tertolong lagi, dan saya hanya pasrah. Membiarkan hujan membasahi semua jemuran. 
Hujan Seharian

Sore hari suasana tenang. Ingin menghadap kerjaan yang sempat tertunda itu. Sesekali saya melihat blog, sampai dimana tulisan saya. Dan hari ini saya diberitahu kalau Jurnal Ilmiah saya sudah terbit. Jurnal Artefak ini merupakan jurnal dari Universitas Galuh Ciamis. Tulisan saya masih terkait dengan perjuangan dari Usman Janatin.

Satu Jurnal Ilmiah lahir lagi. Tulisan dalam jurnal ini adalah hasil dari penelitian Usman Janatin tempo hari yang dibiayai oleh Direktorat Sejarah. Ini jurnal ke-2 sebenarnya, tapi lumayan lah, semoga bermanfaat. Dan semoga akan lahir tulisan-tulisan lainnya. []
Lanjut Hari Ke-203 DISINI.

Saturday, February 24, 2018

Dari Sabindo Mencari Jodoh || Hari Ke-201

arifsae.com - Ternyata sisa-sisa Sabindo masih ada. Terutama benih-benih cinta Pak Majid. Waktu awal bercerita, saya kaget, ternyata orang yang di sukai dia adalah guru CLC Sapi 2 yang Sudah lama saya kenal. Dia adalah Bu Niki. Guru CLC Sapi 2 yang sering saya repotkan menitipkan motor kalau mau berpergian jauh
Simpang Sapi
Awalnya rasa itu timbul waktu ada moment Sabindo. Pak Majid waktu itu juara 1 tenis meja, "Cinta pada pandangan pertama," katanya. Hari ini rencananya dia ingin datang ke rumah, ingin meminjam motor untuk mendatangi rumah nya Bu Niki. Suasana syahdu hari ini ditambah dengan hujan pagi hari, kadang panas, lalu hujan lagi.

Jam 9 pagi saya menjemputnya di Simpang Sapi. Terpaksa saya harus hujan-hujanan, tidak apa-apa lah, demi teman. Dan baju basah tak bisa dihindari, karena waktu berangkat panas lalu hujan dan panas lagi. Dia dari Andum, hanya 15 menit perjalanan. Saya ajak dia untuk melewati rumahnya, supaya ketika dia mau main, tanpa mencari-cari lagi.

Setelah selesai mengjak Pak Majid untuk melihat rumah Bu Niki, kami menuju ke rumah. Tapi sempat mengobrol dulu di Kedai Adil, sambil makan dan ngobrol-ngobrol. Obrolan ini sekitar strategi nanti. Memang rencananya nanti siang dia akan ngapel ke Bu Niki. Puas makan-makan, kami pulang menuju ke rumah.
Makan Ke Nangoh
Sesampainya di rumah, masih ada Pak Bima. Kami ngobrol-ngobrol banyak disini. Pak Bima sendiri sudah menyelesaikan urusannya, rencannaya hari ini di akan pulang ke Jebawang. Obrolan kami masih seputar Sabindo, selain ada cinta yang tumbuh, juga ada konflik dan intrik. Banyak tragedi yang menyelimuti Sabinod. 

Tapi biarlah, katanya Pak Bima, "Sandakan merebut juara umum, itu yang terpenting". Meski saya tidak bisa merasakan secara langsung kemeriahan itu, tapi saya juga turut bangga terhadap prestasi itu. Hari ini juga ada pemberitahuan tentang pendaftaran PPG atau Pendidikan Profesi Guru, banyak tawaran, kawan-kawan juga sudah mengajukan. Sedangkan saya masih bingung, apakah akan mengambil atau tidak.

Biarlah. Mengalir saja, untuk saat ini saya tidak terlalu minat. Cerita diakhiri, Pak Majid menuju ke Sapi, biarlah dia memperjuangkan cintanya. Semoga berhasil. Saya sendiri dengan Pak Bima pergi ke Nangoh untuk makan. Dittempatnya Nana, kami makan sepuasnya. Disini model prasmanan,  jadi kita bisa mengambil makanan sepuasnya. 

Selesai,  kami pulang. Pak Majid bercerita tentang perjuangannya. Kemungkinan ada hasil, semoga lancar dan dipermudah. Malam-malam obrolan masih seputar dia, saya menjadi pendengar Setia. Namanya juga orang kasmaran, semoga berhasil. []
Lanjut Hari Ke-202 DISINI.

Friday, February 23, 2018

Berbenah Kerja Rumah || Hari Ke-200

arifsae.com - Hujan pagi ini menyambut awal hari Jum'at ini. Mungkin awal keberkahan yang diberikan oleh Allah untuk memulai hari ini. Bila hujan pagi tiba seperti ini, saya nampaknya betah berlama-lama ditempat tidur. Cocok untuk bermesraan dengan selimut. 

Hari ini masih berkutat dengan tugas untuk menyelesaikan ketikan. Sedang bersemangat-semangatnya untuk menuntaskan kerjaan. Sedang asik, Fikar datang. Katanya dia mau meminjam motor, sebentar.

Biar saja, saya kasihkan. Katanya untuk ke kedai sebentar. Hari ini dilanjutkan dengan solat Jumatan. Seperti biasa, Jum'atan dilakukan di Masjid Terusan. Selesai Jum'atan, ada Pak Bima datang. Katanya mau mengurus untuk membayar Isbat nikah.
Makan Malam Bersama
Untuk mengurus Isbat nikah, harus mentfansfer lewat MayBank, bank nya Kerajaan Malaysia. Saya sendiri belum pernah mengurus Isbat nikah, sebenarnya urusan ini merupakan tugas tambahan yang diberikan oleh KJRI KK. Mungkin kapan-kapan harus mencoba merasakan mengurus Isbat nikah juga.

Pak Bima mau bermalam disini. Tapi karena kelaparan, saya mengajaknya untuk keluar rumah. Karena memang dirumah tidak ada makanan apa-apa. Ke Kedai Nur Cahaya tidak ada makanan, malah sudah mau tutup. Akhirnya ke kedai sebelah, namun disana juga hanya ada Mie. 

Mau tidak mau, kami membeli itu. Karena memang sudah lapar. Tidak dimakan disana, kami bawa pulang. Menikmati hujan malam ini dengan makan Megi. Ditambah dengan cemilan. Kami habiskan malam ini dengan beberapa obrolan tentang kehidupan.[]
Lanjut Hari Ke-201 DISINI.

Thursday, February 22, 2018

Perjalanan 150 km || Hari Ke-199

arifsae.com - Hari ini memang saya berencana untuk pulang, sudah tidak betah. Sudah jauh, tidak ada sinyal, malamnya tlakson motor bunyi sendiri. Menambah suasana mistis. Sebelum pulang saya dibuatkan sarapan. Pak Bima juga mau mengajar.

Saya dan Pak Rahmat membetulkan tlakson yang bunyi sendiri, tapi karena alat-alatnya tidak ada, jadi dibiarkan saja. Anehnya, setelah dinyalakan tidak bunyi seperti malam, kata Pak Bima, "Hanya mau kenalan saja".
Gate Jebawang
Setelah dirasa selesai dan siap, saya meluncur. Meninggalkan Jebawang. Pantas saja selama ini, Jebawang tidak ada yang mau datang. Bahkan saya dengar, kawannya Pak Bima belum pernah ada yang kesini. Benar-benar jauh dan terpencil. Artinya orang-orang disini luar biasa fisik dan rohaninya.

Saya menikmati perjalanan. Kisaran perjalanan 2,5 jam, kata Pak Radin, "Jarak dari Jebawang ke Simpang Sapi 150 km." Benar-benar jauh, mungkin kalau di Indonesia perjalanan sejauh itu akan terasa capek, tapi disini berbeda, mungkin karena jarang kendaraan, meski capek tetap terasa.

Di sepanjang jalan saya lihat berbagai estate yang baru pertama kali saya lihat, seperti Estate Muncul Maju, asing memang. Tidak pernah didengar. Ada juga Fortuna, tempat Pak Panca bertugas, tapi saya belum berkesempatan kesana. Mungkin lain kali saya akan kesana. Tapi tidak sekarang. Saat ini, pokokonya ingin cepat-cepat pulang.
Estate Muncul Maju
Akhirnya perjalanan 2,5 jam sampai. Saya berhenti dipersimpangan, saya menghubungi Bu Aji, sebenarnya ini adalah jadwal ke Andamy, tapi karena badan mau roboh, saya ijin ke Bu Aji untuk langsung pulang. Untung Bu Aji banyak pengertiannya.

Jam 11.30 sampai dirumah. Mengistirahatkan badan sejenak. Jam 14.00 saya menjemput Bu Aji, dia rencananya akan mengajar di Terusan 2. Tapi sebelum ke rumah, kami sempatkan makan terlebih dulu di Kedai Nur Cahaya. Seperti biasa, santapan andalan adalah Ayam Penyet.
Gate Foruna
Bu Aji besok akan ke KK untuk mengikuti lomba antar SD se-Sabah. Semoga sukses. Hari ini mengumpulkan anak-anak. Dan Nana juga datang, akhirnya kami bertiga, saya, Bu Aji dan Nana mengadakan rapat kecil-kecilan untuk membahas besok.[]



Lanjut Hari Ke-200 DISINI.

Wednesday, February 21, 2018

Sehari Saja di Jebawang || Hari Ke-198

arifsae.com - Udara pagi di Sekar begitu berbeda. Pagi-pagi suara pekerja sudah ramai didepan rumah. Saya mengintipnya, ternyata tepat di depan rumah Pak Radin digunakan untuk Poling, semacam absen untuk para pekerja sebelum memulai aktifitas kerjanya. 

Suara Genset juga sangat jelas. Menambah suasana berbeda di Sekar Imej. Rencananya hari ini saya mau ikut ke Jebawang, lokasi yang paling ditakuti oleh guru-guru karena terlalu jauhnya. Katanya, ini merupakan TKB yang terjauh se-Sabah. TKB Jebawang ini merupakan bagian dari CLC Pamol.
Rumah Pak Radin
Benar saja, jarak dari CLC ke TKB sekitar 120 km. Saya dan Pak Rahmat siap-siap ke Jebawang. Jebawang ini juga bagian dari Wilmar, sama seperti Terusan dan Sekar Imej. Pak Rahmat juga ditempatkan satu rumah dengan Pak Bima di Jebawang. Kalau Pak Bima ber permit Humana, Pak Rahmat berpermit CLC. Mereka berdua terlihat sangat kompak. 

Perjalanan dimulai. Kami berpamitan untuk pulang. Pak Radin tidak ikut, dia memilih dirumah saja. Saya hanya ingin melihat secara langsung Jebawang. Tanggung juga sudah disini, katanya untuk kesana masih membutuhkan waktu 30 menit. Seperti biasa, perjalanan melewati sawit. Banyak estate-estate yang baru saya lihat.
Rumah Jebawang
Untuk masuk kedalam juga lumayan jauh, jalannya sedikit susah. Jalanan estate yang bergelombang batu. Sesampainya dirumah, saya lihat rumahnya masih rumah kayu. Tapi kompleks rumah staf yang hanya berjejer beberapa rumah saja. Disini juga tidak ada sinyal, sama seperti di Sekar Imej. Mereka mengandalkan WiFi.

Setelah sampai, kemudian memeriksa kunci rumah, ternyata tidak ada. Mungkin dibawa Pak Bima ke Humana. Kami pun menuju ke Humana. Disini juga ada tempat pemeliharaan Payau atau Rusa. Rusa disini memang masih banyak, bahkan tak jarang diburu dan diambil dagingnya. Dagingnya juga tidak terlalu mahal.
Humana Jebawang
Memang benar, kunci rumah ada di Pak Bima. Kami bertemu dan kembali ke rumah setelah menyerahkan kunci rumah. Dia melanjutkan belajaranya. Saya diajak ke Kedai untuk membeli makanan. Pak Rahmat ingin memasakan, kami memasak bersama. Menunya Ikan Asin. 

Jam 12 siang Pak Bima pulang. Dia ingin pergi lagi, tidak tau juga mau kemana. Pak Rahmat juga akan ngeround ke IC 2. Salah satu tempat yang memang belum ada gurunya. Tempat ini juga merupakan TKB Pamol. Saya daripada ditinggal sendiran tidak ada kegiatan, akhirnya saya dipinjamkan laptop dan menonton film sendirian. Untuk mengisi kekosongan waktu.

Sore harinya, setelah Pak Bima selesai, saya diajak keluar. Pergi ke Kedai yang lumayan jauh. Disana kami makan Ayam Penyet. Lumayan enak. Kami menikmati makan disini sambil mengobrol banyak hal. Setelah puas makan, kami pulang. Tapi tidak menuju ke rumah, melainkan ke Masjid. 
Mengaji di Masjid
Anehnya klakson motor rusak. Entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja bunyi terus. Bahkan ketika dibawa pulang, motor itu berhenti ditengah sawit, dan berbunyi terus. Ngeri juga suasananya. Katanya disini sering kejadian seperti itu.

Entahlah. Semoga tidak ada apa-apa, hawa mistisnya begitu terasa. Kami menghabiskan waktu di masjid. Sebelum akhirnya pulang kerumah malam harinya. Untuk istirahat dan sesekali membuka laptop. Besok harus siap-siap pulang. Sudah tidak betah disini.[]


Lanjut Hari Ke-199 DISINI.

Tuesday, February 20, 2018

Bermalam Sekar Imej || Hari Ke-197

arifsae.com - Kegiatan utama pagi ini siap-siap untuk ke Sekar Imej. Bagi saya, ini merupakan pengalaman pertama. Sekar Imej juga ladang yang dimiliki oleh Wilmar. Kalau masalah bangunan, Katanya tidak ada masalah. Memang, untuk fasilitas di kawasan Wilmar sangat di perhatikan. 
Persiapan Ke Sekar Imej
Setelah selesai, kami siap meluncur. Mengisi Petrol dan bawa baju seperlunya, jam 8 kami jalan. Ini akan menjadi pengalaman yang menegangkan, karena saya akan melewati Bukit Ular. Nama yang terkenal ini menjadi sisi penasaran tersendiri. 

Benar saja, perjalanan menantang dan mengasikan tersaji disetiap jalanan. Badan sudah mulai pegel-pegel, karena tidak sampai-sampai. Dan ternyata benar, ketika melewati Bukit Ular, pemandangan dan adreanalin terpacu. Mungkin nama Bukit Ular diberikan karena faktor jalanan yang sangat banyak tikungan. 
Gardu Bukit Ular
 Di puncaknya, ada sebuah Gardu pandang. Mungkin ini dibangun untuk orang-orang yang akan istirahat karena kelelahan dalam perjalanan. Kami menikmati pemandangan, terutama bagi saya, mungkin bagi mereka ini hal biasa, dan perjalanan ternyata masih jauh, meski sudah 1 jam lebih perjalanan dilalui. 

Disini juga ada orang orang yang sedang istirahat, ternyata mereka merupakan pajabat hutan. Orang-orang yang mengurusi kelestarian hutan. Mereka bertanya banyak hal, dan kami lewati obrolan ini sebelum mereka pergi. Kurang lebih 1 jam kami beristirahat. Kami melanjutkan perjalanan yang masih panjang. 
Pintu Masuk ke Sekar Imej
Jam 12 lebih kami akhirnya sampai. Luar biasa. Perjalanan 3 jam. Badan terasa pegal-pegal, tidak karuan. Setelah menempuh 150 km akhirnya sampai juga di rumah Pak Radin. Memasuki ladang Sekar Imej sangat mempesona, terutama ada Tasik atau danau yang memang dibangun untuk memperindah pemandangan. 

Rumah Pak Radin Bergabung dengan rumah Staf. Disisi kiri juga ada kantor ofic, jadi sangat dekat. Kekurangannya bunyi generator di depan rumah sangat terasa terdengar. Sedikit mengganggu, tapi mungkin Pak Radin sudah terbiasa. Generator ini berfungsi untuk mengaliri listrik ke rumah-rumah lainnya. 
Makan Bersama
Sore harinya kami masak bersama. Masak kali ini adalah masak Ceker. Menu yang menjadi andalan disini, terutama menjadi santapan di Sekar Imej. Kami habiskan untuk bercerita, mengenal Sekar Imej lebih dalam. Malam harinya, ada Pak Bima datang, dia mau mengambil kunci rumah. Entah dia dari mana, tapi memang hobinya berjelahah. Dia langsung pulang ke Jebawang, dan kami melanjutkan obrolan hingga larut malam. []
Lanjut Hari Ke-198 DISINI.

Monday, February 19, 2018

Di Ajak ke Sekar Imej || Hari Ke-196

arifsae.com - Hari ini Pak Radin masih dirumah. Rencananya hari ini dia mau pulang ke Sekar Imej. Tapi entahlah, sebenranya saya diajak kesana. Tapi belum mantap hati ini. Jadi pagi ini masih ditemai Pak Radin di rumah. Saya melanjutkan untuk mengetik pekerjaan yang masih menjadi tanggungan. Sesekali kami habiskan waktu untuk mengobrol.
Belajar Komputer
Pak Radin saya kasihkan laptop untuk menemani dia saya tinggal mengetik. Sesekali dia gunakan laptop untuk menonton film, entah film apa yang dia tonton, tapi setidaknya menjadi hiburan di rumah. Dan saya, tetap melanjutkan mengetik. Entahlah, akhir-akhir ini saya sedang semangat a semangatnya untuk menyelesaikan segala tanggungan dan beban kerja. 

Untuk makan, saya masakan sederhana saja. Hanya megi, tapi lumayan untuk mengganjal perut. Biasanya karena malas memasak, saya hanya membeli makan diluar. Selain dekat, juga cukup murah. Siang hari, saya siap-siap untuk belajar. Hari ini rencananya mau belajar tentang komputer. Mereka sangat antusias kalau belajar komputer. 

Segala perlengkapan saya siapkan. Lumayan ribet memang, karena harus mebawa segala seuatu perlengkapan pembelajaran, seperti laptop, cas, stopcontat, dan lainnya. Seperti biasa, pembelajaran dilakukan dengan lancar. Ditengah pembelajaran, ada Pak Rahmat yang datang. Dia melihat-lihat pembelajaran, mungkin sedang ingin melihat kondisi anak-anak. 
Makan di Kedai Nur Cahaya
Selesai mengejar, kami berencana untuk makan di Kedai Nur Cahaya untuk makan bersama. Kami bincang-bincang, rencana besok mereka akan pulang. Dan masih berusaha mengajak saya untuk ikut ke Sekar Imej. Akhirnya saya sanggupi, saya ingin melihat Sekar Imej, yang katanya jauh sekali. 

Setelah makan saya ke Andamy untuk mengambil motor, rencananya besok motor ini saya bawa ke Sekar Imej, sedangkan Pak Rahmat dan Pak Radin menggunakan motor boncengan. Okelah, saya akan siapkan fisik untuk ke sana, tapi kalau kawan-kawan yang lain bisa mengapa saya tidak? Dan saya siap ke Sekar Imej besok. []

Lanjut Hari Ke-197 DISINI.

Sunday, February 18, 2018

Menjemput Teman Sabindo || Hari Ke-195

arifsae.com - Pagi ini dimulai dengan melanjutkan mengetik. Menyelesaikan Tantangan lomba dan buku. Sesekali rebahan dan santai-santai, menikmati liburan. Jadi liburan dirumah sambil membuat tulisan. Karena nanti siang katanya kawan-kawan yang sudah selesai lomba Sabindo di SIKK. Dan keren nya lagi, keluarga besar Sandakan mendapatkan Juara Umum. Luar biasa.
Bu Aji Mencari Sinyal
Juara di dapat dari tenis meja laki-laki oleh Pak Majid yang mengalahkan Pak Aksar dari Tawau. Ada juga tenis meja perempuan, volly dan catur. Jadi dengan total 3 emas dan 1 perak, maka kontingen Sandakan mendapatkan Juara umum. Luar biasa. 

Siang nya jam 2 Pak Radin Dengan Pak Panca minta untuk dijemput. Tapi motor ada di Bu Aji, jadi saya minta tolong ke dia untuk mengantarkan motor ke Terusan 2. Saya meluncur sendirian, dan Bu Aji menikmati sinyal di Terusan 2. Biarah. Kasian, di rumah nya yang sekarang tidak ada sinyal.

Saya sampai ke Simpang Sapi sudah ada Pak Azwi dan Pak Panca. Tapi motornya Pak Panca yang disimpan di Monsok, jadi hanya tinggal mengambil. Mereka berdua pulang dengan motornya Pak Panca sedangkan Pak Radin bersama saya. Selesai mengambil Pak Radin, kami tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke Al kafi. Menikmati makan siang. Lumayan saya belum makan, dan pasti mendapatkan traktiran. 
Pak Radin Kembali dari SIKK
Saya bertanya banyak hal tentang lomba. Pak Radin juga menjelaskan detail. Dan ternyata benar, kontingen Sandakan mendapatkan juara umum. Luar biasa. Kami pulang ke Terusan 2. Bercerita bertiga. Ada hal menarik yang kami bahas, salah satunya tentang masalah Bu Marsida. 

Salah satunya dengan masalah tentang kejiwaannya. Memang rumit, tapi dia seperti gangguan. Belum yakin juga, tapi menurut informasi gangguan itu memang benar-benar ada dan terjadi. Sudah banyak pihak yang ikut mendamaikan. Termasuk oleh pihak Konsul. Tapi belum ada perbaikan yang berarti. 

Malamnya kami masak megi. Katanya Pak Radin lapar lagi, jadi kami masak bersama. Selanjutnya masih bercerita tentang Sabindo dan Bu Marsida.[]


Lanjut Hari Ke-196 DISINI.

Saturday, February 17, 2018

Malam Minggu Bisu || Hari Ke-194

arifsae.com - Bahan makanan yang sudah menipis mengharuskan saya untuk belanja sayuran. Kemarin sudah saya habiskan, tapi untuk kali ini saya harus belanja, karena dari kemarin motor Terusan tidak ada di rumah, jadi saya menghubungi Bu Aji untuk mengantar motor kerumah. 
Ke Nangoh
Kebetulan Bu Aji juga antusias, katanya sekalian mencari makan. Setelah bingung menentukan mau ke Sapi atau ke Nangoh, akhirnya saya putuskan untuk ke Nangoh dan mencari sayuran disana. Jam 9 lebih Bu Aji datang kerumah, dan siap meluncur ke Nangioh. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar 30 menit perjalana. Mungkin sama dengan perjalanan ke Sapi. 

Sesampainya di Nangoh, kami belanja sayuran. Saya sendiri beli sayuran dan makanan ringan untuk menemani mengetik dirumah. Selesai berbelanja, saya makan di kedai, menunya masih sama, Ayam Penyet favorit, meski makanan Ayam Penyet disini tidak terlalu enak, tapi lumayan lah, sambil menikmati pagi ini. 

Makan Ayam Penyet begitu nikmat, diselingi dengan kabar kawan-kawan yang sedang bermain Sabindo. Hari ini memang Sabindo untuk guru-guru se-Sabah dimulai. Ada Majid yang sedang mulai bertanding, saya dihubungi kawan-kawan yang disana, terutama yang menjadi suporter. 
Makan Penyet dulu
Pak Panca menayangkan pertandingan Pak Majid secara langsung, karena saya juga ingin menyaksikan Dia bertanding. Katanya bertanding dengan Pak Sudik yang bertugas di SIKK. Sayang jarainganya tidak lancar, sehingga putus-putus. Karena jaringannya putus-putus, akhirnya saya hanya mendapat kabar kalau dia menang. Katanya menang mudah, tidak terlalu berat, kata Pak Majid. 

Ada bagian olah raga lainnya yang juga menang. Saya hanya senang mendengarnya, untuk kemudian pulang ke Terusan 2. Sepertinya sudah cukup mendengar cerita kawan-kawan yang sedang berjuang. Saya bawa bahan makanan dan beberapa cemilan yang memang saya gunakan nanti dirumah. Tentu saja untuk mengetik, menikmati kesunyian malam minggu yang bisu. Sendiri.[]


Lanjut Hari Ke-195 DISINI.

Friday, February 16, 2018

Maaf, Saya tidak ke SIKK || Hari Ke-193

arifsae.com - Kabar-kabar kemeriahan kawan-kawan yang ada di SIKK terasa sampai di Terusan 2. Banyak upodan kawan-kawan yang sudah sampai, ada yang pamer durian yang dimakan. Ada juga yang mengajak menginap di hotel, tapi saya memilih untuk dirumah saja. Seperti hari-hari kemarin, saya masih menyelesaikan buku Tan Malaka. 
Lari Pagi
Hari ini saya memulai aktifitas dengan berlari pagi, seperti biasa, hanya mengelilingi kompleks blok di Terusan 2. Kalau di hitung langkah, hanya sekitar 3 km, tapi cukup untuk menguras keringat. Untuk saat ini memang itu yang dicari, udara pagi dan keringat. Nikmat rasanya. 

Belum lagi setelah itu, saya usahakan beres-beres rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. Memang harus waktunya untuk dibereskan, memang kalau sudah lari pagi, semangat untuk berberes rumah kembali muncul. Sebelum nanti melanjutkan untuk mengerjakan buku Tan Malaka. 
Menulis Yuu
Sudah saya pilah-pilah Memang. Tokoh pertama yang saya tulis adalah Tan Malaka, karena menarik. Karena sumber nya dari kompas yang berbentuk soffile, jadi saya printkan untuk lebih memanjakan mata dalam membaca, tentu efeknya nanti bisa lebih maksimal dalam mengetiknya. 

Untuk urusan makan, kali ini saya memasak sendiri. Menu sederhana yang nikmat untuk menyambung nyawa. Har ini benar-benar saya habiskan untuk mengetik, sesekali saya mengetik lomba jurnalistik dari Kamendikbud juga. Kali ini daftar lomba yang nanti akan saya ikuti menjadi 4 buah. Lomba buku, jurnalistik, blog dan foto,  semuanya dari Kemendikbud. 

Semoga ada yang lolos satu, tidak terpenting hasilnya nanti, yang penting usahakan dulu kali ini. Dan maaf kepada kawan-kawan yang mau berjuang Sabindo besok. Semoga mendapatkan yang terbaik, maaf, kali ini saya memilih di rumah saja, menyelesaikan lomba-lomba. []


Lanjut Hari Ke-194 DISINI.

Thursday, February 15, 2018

Kembali ke Laptop || Hari Ke-192

arifsae.com - Ya, latihan laptop belum pernah saya ajarkan kepada anak-anak yang di Andamy. Jadi rencananya hari ini saya mau mengajarkan dasar-dasar menggunakan laptop. Karena saya sudah janji dengan mereka juga, meski sedikit berat, tapi harus tetap dibawa.

Hari ini saya menuju ke Andamy jam 7.30, seperti biasa karena masuk jam 8 pagi. Disana saya sudah ditunggu anak-anak, langsung saja saya mempersiapkan laptop. Ribet lagi, harus memasang dan mempersiapkan laptop. Tapi mereka seakan senang dengan pelajaran ini.
Latihan Laptop
Saya mulai dari dasar-dasar laptop. Mereka cepat menangkap. Karena memang keterbatasan ruangan dan keterbatasan laptop, jadi harus bergantian. Meski pelan-pelan, tapi pelajaran laptop ini berjalan dengan lancar. Pelajaran ini selesai jam 11, saya kemudian pulang bersama Bu Aji ke Terusan 2. Memang agenda hari ini mau ke Terusan 1.

Setelah istirahat sebentar, kami menuju ke Terusan 1. Di sana pun saya membawa laptop, di Terusan 1 ini lebih parah. Karena lebih parah lagi, mereka sama sekali belum mengenal lapotop. Sama seperti di Andamy, disana antusiasme anak-anak juga bagus. Rasa ingin tahu mereka besar. 
Tulisan Mereka
Kami pulang seperti biasanya. Di jalanan agak sedikit hujan. Tapi saya menikmati perjalanan ini, meski sedikit hujan. Saya antarkan Bu Aji pulang ke rumah, kemudian saya baru pulang ke Terusan 2. Sesampainya dirumah, hujan besar memang benar-benar turun. Tapi syukurlah sudah sampai dirumah. Malamnya Fikar datang, seperti biasa, dia menemani bermalam kali ini.[]
Lanjut Hari Ke-193 DISINI.

Wednesday, February 14, 2018

Surat Cinta dari Mama Naya || Hari Ke-191

arifsae.com - Setelah berdesak-desakan tidur semalam, kini saatnya untuk bangun. Pagi-pagi kawan-kawan yang lain, Pak Juang, Pak Radin dan Pak Bima siap-siap untuk berangkat ke SIKK mengikuti lomba Sabindo. Kalau saya agak malas juga, karena tidak ada bagian yang bisa saya ambil. Jadi saya hanya mengantar mereka saja.

Setelah bangun kami langsung dibelikan sarapan pagi, Pak Bima juga membawa Tape dari Jebawang yang menjadi cemilan dari kemarin malam. Setelah semua beres, dan semua perlengkapan dibawa, akhirnya kami keluar juga. Anak-anak mengantarkan, saya tetap membawa motor, karena meski saya diajak ikut, tapi tetap saja saya mau pulang ke Terusan 2.
Berngkat
Kami menuju ke jalan raya, arah jalanan berbeda rute, kali ini menuju jalan yang nanti tembus ke jalan dekat Telupid. Di rute yang baru saya lewati ini, saya menemukan jejak-jejak gajah, lebih tepatnya kotorannya. Masih hangat juga. Dan ternyata memang Mayvin masih banyak gajah-gajah yang berkelliaran bebas, karena berbatasan langsung dengan hutan. 

Tapi sayang, saya tidak melihat gajah liar itu secara langsung. Hanya diceritakan Pak Juang yang saya bonceng di belakang. Perjalanan keluar sekiar 50 menit. Kali ini jalanan tidak terlalu berdebu, karena jalanan yang berbeda ini jarang dilewati oleh mobil dan motor.
Makan Mi Bakso dulu
Saya diajak ke SIKK. Di paksa malah. Tapi saya ingin sendiri, ingin menyelesaikan banyak naskah yang menjadi tanggungan. Bukan tanggunan sebenarnya, tantangan lebih tepatnya. Sesampainya dijalan, bus arah Tawau langsung datang, jadi mereka bertiga, Pak Radin, Pak Juang dan Pak Bima langsung berangkat. 
Surat Dari Mama Naya
Saya pulang ke Terusan 2. Menikmati jalanan yang masih sepi, karena masih pagi. Saya ingin bercengkerama dengan buku-buku dan tentunya membaca surat cinta dari Mama Naya.

Saya memang meminta istri untuk membuat surat, entah apapun isinya. Dan surat itu dititipkan dalam buku yang kemarin dibawa Pak Juang. Isinya bahagia-bahagia lah. Membacanya seolah sedang bersama, semoga bisa seperti itu terus. Menikmati kebersamaan meski dalam kejauhan.[]
Lanjut Hari Ke-192 DISINI.

Tuesday, February 13, 2018

Demi Buku, Jelajah ke Mayvin || Hari Ke-190

arifsae.com - Kabar-kabar olah raga guru-guru se-Sabah (Sabindo) sudah kencang terdengar. Hari ini saya diajak untuk ke Mayvin, tempat Pak Juang bertugas. Rencananya sore saya di ajak oleh Pak Bima kesana. Saya juga ingin menjemput buku baru, Dialektika Pengelana Pena yang sudah terbit sejak Desember 2017 tapi belum pernah saya lihat secara langsung.

Karena Pak Juang habis pulang, dan saya menitipkan untuk dibawakan buku itu, akhirnya saya bersemangat untuk mengambilnya. Tapi itu sore nanti, pagi ini karena sudah siap di depan laptop menyelesaikan naskah buku berikutnya. Apalagi pagi ini hujan sudah turun begitu deras, cocok untuk bercengkerama dengan naskah-naskah. 
Mengetik Tan Malaka
Memang akhir-akhir ini hujan deras sering turun. Memang nyaman ketika pagi hari hujan turun, hawanya jadi adem. Fikar juga dari tadi malam tidak pulang, karena kalau hujan turun, apalagi hujannya besar, biasanya tidak bekerja. Para pekerja memang kalau hujan besar ketika pagi mereka memilih untuk tetap tinggal dirumah.

Begitu juga dengan Fikar, meski masih sekolah tapi dia sudah bekerja di ladang sawit ini. Siang ini saya habiskan juga untuk menghadap laptop, dia hanya tiduran saja. Seperti biasa, bermain dengan handphone nya. Rencanaya Pak Bima sore hari akan datang ke rumah.
Makan di Nur Cahaya
Karena hujan masih tetap turun, saya ragu-ragu juga. Tapi karena perut lapar, saya rencanananya tunggu mereka di Restoran Nur Cahaya, karena katanya sudah menuju ke Terusan 2. Saya tunggu, sambil makan. Lama. Sudah habispun mereka belum muncul juga, gelap sudah hampir datang. Akhirnya saya putuskan untuk pulang.

Saya pikir tidak jadi ke Mayvin, tapi jam 7 malam mereka baru memberi kabar akan lewat di Gate Terusan 2, dan saya diminta untuk menunggu di sana. Kami janjian disana dan meluncur ke Mayvin. Perjalanan pertama ke Mayvin dimulai. Pak Bima mengajak juga Pak Radin untuk ikut serta. Motor mereka melaju kencang, saya harus mengimbanginya. 

Biasanya mororan saya tidak bisa cepat, tapi kali ini saya bisa mengejarnya. Sampai ketika masuk jalan bedebu ke Mayvin. Perjalanan membutuhkan waktu 2 jam, jalanan masuk yang berdebu, berkerikil dan jauh menjadi rute kali ini. Sampainya disana, benar saja, seluruh baju dan motor penuh dengan debu-debu tebal hasil perjalanan.
Bertemu Buku Baru
Sampai juga di Mayvin. Rumahnya lumayan bagus, hanya saja jaraknya yang jauh. Sinyal tidak ada, kecuali Celxom yang bagus. Saya hanya mengandalkan tetring dari Pak Juang. Malam ini menu makanan dimasakan oleh Bu Tyas, pengelola CLC Gamore. Kebetulan rumahnya samping persis rumah Pak Agus. Menu kali ini adalah ceker ayam, nikmat setelah perjalanan jauh.

Saya langsung meminnta melihat bukunya. Akhirnya bertemu juga dengan buku baru ini, buku ini merupakan kumpulan artikel dan tulisan yang tercecer di blog. Dan sekarang sudah bersatu, lebih indah dan elegan. Disisi buku ada surat cinta dari Mama Naya, alias istri tercinta. Biar bacanya besok saja. Malam ini setelah makan, kami habiskan untuk bermain kartu bersama. Mengeolah tawa dan bercerita banyak hal di Mayvin.[]
Lanjut Hari Ke-191 DISINI.

Monday, February 12, 2018

Presiden Indonesia Bagi Mereka || Hari Ke-189

arifsae.com -  Karena kemarin tidak makan nasi, hari ini saya masak nasi. Supaya seimbang, tidak hanya mi saja. Perut ini juga menuntut hak nya untuk merasakan nasi. Untuk sayur dan bahan maknaan yang akan saya olah adalah sayur kangkung. Kebetulan kangkung yang tempo ari saya beli belum dimasak.

Kegiatan hari ini sebelum mengajar adalah menyelesaikan naskah Tan Malaka yang menjadi terget berikutnya. Saya baca-baca referensi dari Kompas, lengkap dan kata-kata nya juga mengalir. Saya belajar banyak hal tentang Tan Malaka dari buku Kompas ini, meski medianya dari sofile, jadi saya harus mengeprint terlebih dulu untuk lebih nikmat mambacanya.
Mereka Menanti
Kenikmatan bergelut dengan Tan Malaka harus berhenti dulu. Karena siang hari saya harus mengajar anak-anak CLC Terusan 2. Seperti biasa udara panas selalu menjadi teman ketika menyambut saya. Mereka sudah siap dengan posisi dan cerita tempat duduknya. Kali ini saya ingin mengajar belajar tentang IPS.

Pelajaran IPS ini membahas tentang presiden republik Indonesia, sejak zaman Sukarno hingga SBY. Maklum, buku 2014, jadi belum membahas tentang era Jokowi. Awalnya saya heran, mereka hanya tahu-tahu sedikit tentang nama-nama dan kisah perjalanan hidup presiden Indonesia.
Semangat Mereka
Banyak yang belum kenal. Disinilah saya memberikan peran untuk menyampaikan sedikit kisah-kisah Presiden RI,  dan perbedaanya dengan Malaysia. Setidaknya sedikit demi sedikit mereka memahami setelah saya jelaskan panjang kali lebar. Pelajaran hari ini kami akhiri dengan makan-makan ringan yang dilaksanakan disekolah. Tentu sambil bercerita sedikit tentang kisah-kisah presiden. 

Seperti biasa, malam hari Fikar datang kerumah. Menemani malam sendiri. Memang akhir-akhir ini saya suruh dia kerumah, supaya menghilangkan rasa sendiri ini. Meski kadang Fikar hanya bermain dengan hape nya saja. Tapi tidak masalah. Inilah generasi menunduk zaman now. []
Lanjut Hari Ke-190 DISINI.

Sunday, February 11, 2018

Libur, Kerja di Mulai || Hari Ke-188

arifsae.com - Kemarin saya menemukan lomba, banyak lomba sebenarnya. Salah satunya adalah lomba membuat buku untuk literasi dan artikel koran. Hobi yang dulu belum hilang betul-betul, berburu lomba. Baik lah, saya lihat lomba dari kementerian pendidikan ini menantang. Saya ingin mencobanya. Pertama saya ingin mencoba literasi.

Setelah mendapatkan berbagai referensi, saya ingin menulis 3 buku. Pertama tentang tokoh, kedua tentang arsitek keraton Jawa. Khusu untuk tokoh saya memilh para tokoh bangsa, pertama saya mau menulis tentang Tan Malaka. Dia pejuang unik, banyak kontroversi yang melingkupinya. Dan saya tertarik.
Ulfa Datang
Sedang asik-asiknya, ada Ulfa datang menawarkan kopi. Katanya dia jual dari kakaknya, karena sudah jauh-jauh jalan saya akhirnya beli satu, harganya 10 ringgit. Sebenarnya saya tidak terlalu suka kopi, tapi tamu-tamu saya yang menyukai kopi. Biarlah nanti untuk mereka. Disamping itu untuk menghargai Ulfa yang sudah jauh-jauh menawarkan dagangan kakaknya ini.

Saya elanjutkan pekerjaan menulis Tan Malaka. Saya buka-buka referensi, memang benar-benar menarik. Dia pejuang kesepian yang menjadi bapak republik yang terlupakan. Semakin saya membaca kisahnya, semakin menarik untuk ditulis. Mungkin ini akan membutuhkan waktu yang lama, dan dalam aktu yang tidak bisa ditentukan saya akan menghabiskan banyak waktu. Untuk menuliskannya.

Sore harinya Fikar datang. Membawa mie instan, saya menyuruh untuk memasaknya. Dia memang sengaja mau memasak mie disini. Saya minta dimasakan, karena kebutulan hari ini saya belum makan. Makan mie kali ini cukup untuk menyambung hidup, mau masak nasi malas, sedang semangat-semangatnya menulis. Mari berkarya.[]
Lanjut Hari Ke-189 DISINI.

Saturday, February 10, 2018

Merapikan Rumah Sendiri || Hari Ke-187

arifsae.com - Saya anggap maslah di Terusan 1 sudah selesai. Tinggal menunggu kabar dari Cikgu Stella kalau benar-benar ada pertemuan. Sekarang saatnya menikmati hari ini, hari ini saya awali dengan lari pagi.

Memang sudah niat untuk lari pagi, jadi kali ini saya bangun lebih awal untuk menikmati udara pagi sambil mencari keringat. Seperti biasa, rute jalan pagi sekitar 3 KM. Melewati pinggiran hutan kecil, yang kadang horor juga kalau ada binatang buas.

Tapi tenang saja, aman. Saya juga selalu bawa tongkat kecil untuk jaga-jaga. Sepulang jalan-jalan, saya lihat kamar berantakan. Timbul niat untuk membereskan segala isi kamar perlengkapan sekolah ini. Biasanya saya perintahakna anak-anak, tapi kali ini biarlah saya sendiri yang membereskan ini.
Isi Kamar Pelengkapan Sekolah
Segala perlengkapan saya keluarkan dulu, untuk ditata, kemudian baru saya masukan lagi satu persatu. Memang harus berbagi dengan keperluan sekolah, karena ruangan sekolah sendiri tidak ada. Tapi tidak masalah, ini saja sudah sangat bersukur. Masih banyak kawan-kawan yang dari CLC lain tidak punya rumah.
Fikar Datang
Keringat bercucuran, dan perut keroncongan. Saya lanjutkan agenda hari libur ini untuk masak. Masak apa adanya saja. Tidak terlalu mewah, yang penting perut ini bisa kenyang lah. Sore harinya, Fikar datang. Dia mau berangkat sekolah. Entah karena apa, dia begitu semangat akhir-akhir ini. Meski ini hari libur. Tapi bagus. Mari belajar, meski dalam rumah.[]
Lanjut Hari ke-188 DISINI.