Friday, March 17, 2017

Sutan Sjahrir: Sang Pemikir yang Selalu Hadir

Sumber Gambar
Suatu ketika, ketika bom-bom berjatuhan di Benteng Vredenburg di halaman Istana Presiden Yogjakarta. Orang-orang berlari ketakutan, cemas, panik, namun sesosok orang justru dengan tengan masuk kedalam kamar, dan makan nasi. Dialah Sutan Sjahrir. Disaat republik ini menghadapi berbagai cobaan yang paling rawan, Sjahrir hadir sebagai Perdana Menteri dan pemikir yang paling vital mendampingi Sukarno-Hatta kala itu.
Kalau diibaratkan, Suakrno menyalakan energi mesin disel yang dahsyat, penggerak bahtera yang sedang terancam, maka Sjahrir merupakan nahkoda yang berfikir dingin, tokoh bersih dari noda kolaborasi Jepan dan revolusioner, begitulah istilah yang digunakan oleh YB Mangunwijaya. Sjahrir sangat dihormati para pemuda pada zaman Jepang, dengan aksi bawah tanahnya berhasil menarik simpati politik praktis para pemuda terkemuka.
Sjahrir lebih dikenal dengan manifesto “Perjoeangan Kita” yang mengajak kepada perjuangan murni rakyat dan menjauhi fasisme Jepang. Kebersihannya dalam berpolitik waktu itu memang lebih condong karena dorongan para pejuang yang memintanya untuk menjabat daibandingkan dengan dengan nafsu kekuasaan. Lewat tulisannya diatas, kita bisa melihat sebuah pemikir yang besar sekaligus negarawan sejati.

Ningrat yang Merakyat
Sjahrir lahir dari seorang kepala Jaksa lokal yang serba berkecukupan. Pendidikanya dialami dengan pendidikan terbaik, dari pendidikan di Medan dan Bandung dilalui dengan lancar. Kecerdikannya memang diakui teman-temannya. Sajahrir juga salah satu tokoh Kongres Pemuda II yang mengguncang perssatuan Indonesia saat itu.
Pendidikanya dilanjutkan ke Belanda pada tahun 1929, beberapa waktu kemudain para tokoh pergerakan ditangkap oleh pemrintah Kolonial. Di Belanda, Sjahrir dipertemukan dengan sosok Mohammad Hatta di Perhimpunan Indonesia. Mereka berdua nantinya setelah pulang dari Belanda memberntuk PNI-Baru yang menonjolkan sifat kaderisasi untuk anggotanya. Perjuangan yang sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh Sukarno, kalau Hatta dan Sjahrir mengutamakan kualtias, Sukarno nampaknya mementingkan kuantitas.
Sayang, pada tahun 1934, Sjahrir ditangkap untuk dibuang ke Digul, Papua. Sebuah temapt yang benar-benar terasing dari dunia pergerakan nasional.Kemudian dari sana Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira, Maluku. Disana praktis perjuangannya Sjahrir mengalami kemandekan, aktifitas yang dilakukan oleh Sjahrir dan kawan-kawan hanya menulis. Sampai Jepang datang ke Indonesia dan memindahkannya ke pulau Jawa.

Seorang Antifasisme
Disamping sebagai pemikir, Sjahrir ternyata politikus praktis yang bergerak dengan sangat cepat. Pemikirannya terkadang melampaui tokoh lainnya, dia bertekad untuk secepatnya Indonesia mendapat pengakuan secara internasional. Contoh nyatanya adalah ketiaka Republik ini baru lahir, Sjahrir justru menerbitkan buku di Nederland dengan bahasa yang mereka mengerti, “Indonesische Overpeinzingen” yang terbit pada tahun 1945.
Sjahrir paham ketika perjuangan tahun 45 selayaknya tidak menggunakan kekerasan secara fisik, melainkan kehausan dan kerinduan seluruh warga diseluruh Indonesia dengan domokrasi yang sebenar-benarnya.Puncaknya diperjanjian Linggarjati, yang mendorong untuk dilakukannya pengakuan secara de facto. Meskipun akhirnya Sjahrir diminta untuk mundur oleh partainya sendiri. Meskipun terlihat secara taktis kalah, namun secara strategis dia adalah pemenang. Karena dia yang mendorong perjuangan-perjuangan diplomasi yang memaksa Belanda untuk menyerahkan kedaulatannya.
Perjuangan Sjahrir nampaknya memang bukan politikus yang dipakai hanya zaman itu, namun pemikirannya jauh melampaui  batas waktu kekuasaan. Sampai mundurnya dari jabatan Perdana Menteri pun Sutan Sjahrir masih terlihat bersih dari prinsip awal, mungkin Mohammad Hatta yang mampu terjaga kebersihanya dalam berpolitikan awal. Setelah memberikan pondasi untuk negeri, dia mundur teratur untuk melihat prinsip yang berbeda dengannya menjadi sistem negeri ini selanjutnya. Namun, dia akan selalu hadir dengan mewariskan pemikirannya untuk zaman ini.