Monday, April 30, 2018

Berburu Genting Sabah Palm Estate || Hari Ke-266

arifsae.com - Siap-sap, hari ini akan berburu data orang Indonesia lagi. Kali ini ke sebuah tempat yang sama sekali saya tidak pernah tahu, dan ini pertama kalinya saya akan kesana, Sabah Palm. Katanya estate ini merupakan bagian dari Genting. Dari hasil rapat kemarin, saya ditugaskan untuk kesana, dan untuk berburu data orang Indonesia, secepatnya.

Karena tidak suka menunda-nunda, saya pagi ini ke Andamy menjemput Bu Aji, untuk mengantarkan ke Ofic. Saya membawa tugas dari Pak Zul yang akan di tandatangai atau di cap jari seluruh berkas dari orang-orang Indonesia. Untuk Terusan 2, nanti urusan saya, dan kali ini Ofic tidak keberatan, hanya menjanjikan esok lusa.
Data Andamy
Sebenarnya saya mengajak Bu Aji pagi ini, tapi dia memilih untuk mengajar terlebih dulu, memang keren dia, saya yang kurang ajar, mengajak orang yang mau mengajar. Akhirnya saya pulang, sambil menunggu dia selesai mengajar, jam 10 pagi nanti kami akan mencari tempat itu.

Cuaca kali ini benar-benar panas. Mungkin sekitar 34 derajat. Benar-benar panas. Badan yang baru kemarin terasa remuk karena motoran ke Bandar Sandakan, kali ini badan harus berkorban lagi. Karena dari informasi, tempatnya lumayan jauh. Jam 10 saya menjemput Bu Aji, dia nampaknya agak keberatan, awalnya dia tidak mau menjadi anggota Pantarlih, tapi karena sudah saya daftarkan, akhinrya dia mau.
Berfoto Saat Tersesat
Udara yang benar-benar menyengat tak menjadi halangan. Jalan menuju ke Sabah Palm, saya menyusuri jalan yang akan ke Nangoh. Tepatnya, ada plang papan nama, di situ tertulis, kalau Sabah Plm berjarak 15 km. Lumayan jauh juga. Tapi tidak apa-apa, kami tetap menyusuri jalanan.

Jalan asing yang baru saya lewati. Karena tidak tahu, ada orang yang sedang bekerja, saya bertanya letak Sabah Palm. Katanya masih jauh. Di jalan, saya melihat pemandangan yang tak biasa. Ada Sawah. Ada Sawah di sekitar sini, ini baru pertama kali saya melihat sawah, yang ternyata tidak terlalu jauh. Benar-benar mengobati rasa kangen. Bu Aji minta foto, tapi saya menyarankan nanti saja kalau pulang. Kami menyusuri jalanan yang di tunjukan tadi.
Sawah di Tengah Sawit
Ada jalan bersimpang. Saya bingun, akhirnya saya pilih jalur kanan. Jalanan sawitnya jelek, tidak serata jalanan Wilmar. Tapi kami terus berjaan, lurus, lurus dan mengikuti jalan terus. Semakin lama semakin jauh, tidak ada orang. Bu Aji punya firasat kalau kami tersesat, tapi saya masih tetap motoran lurus. Sampai daerahnya aneh, tidak ada sawitan lagi.

Ternyata benar Bu Aji, kami tersesat. Kami bingung, sampai ke perbatasan sawit. Tiba-tiba ada orang naik kapal kecil lewat sungai, saya menanyakan lokasi Sabah Palm. Ternyata benar, kami tersesat. Seharusnua, kalau ada persimpangan, ambil kiri, bukan kanan seperti yang saya pilih. Padahal jarak yang sudah jauh, tapi kami harus kembali lagi.
Gate Masuk Sabah Palm
Kami menyusuri jalanan tadi. Jauh. Panas. Dan harus kembali lagi, semoga motor ini kuat menghadapi cobaan berat ini. Saya ambil kiri ketika sudah sampai jalan persimpangan, menyusuri jalanan. Tidak terlalu jauh, akhirnya kami bertemu dengan Gate masuk. Menulis daftar tamu, dan bertanya pada penjaga gate. Akhirnya benar, meski katanya masiih jauh.

Saya dan Bu Aji menyusuri jalanan. Mungkin sama saja jauhnya, sekitar 1 jam perjalanan dengan motor. Rasanya lelah badan ini. Akhirnya saya meminta untuk beristirahat sejenak di sawitan, menunggu orang datang. Lumayan menghemat tanaga. Ketika sedang istirahat, ada petugas gate lewat, yang tadi pertemu dengan saya ketika masuk. Dan dia mengajak, karena sekalian dia mau ke Ofic.
Persimpangan Jalan
Akhirnya sampailah kami ke Sabah Palm. Saya tidak menyangka, di pedalaman sawit yang jauh ini, ada ladang yang luas. Di sini juga ada kilang sawit, menambah keramaian. Tapi sayang, tidak ada CLC disini, yang ada hanya Humana saja. Pantas saja, jarang kawan yang tahu lokasinya, karena memang jauh dan tersembunyi.

Kami memarkirkan motor, menuju ke Ofic. Di Ofic, kebetulan Manager sudah ada di tempat. Saya langsung saja disuruh menemuinya. Perawakannya besar, sepertinya dia orang Tionghoa dan tidak bisa bahasa Melayu. Bahasa kami diterjemahkan oleh Kerani. Kami mengutarakan maksud kedatangan. Dia menyambut baik, tapi tidak bisa saat itu juga, kami dimintai nomor telepon dan akan di hubungi nanti.
Pintu Masuk Ofic
Saya memberikan email Konsulat, dan nomor telepon orang Konsulat. Pertemuan selesai, perjalanan yang jauh dan tersesat hanya diselesaikan 5 menit pembicaraan. Sebelum pulag, kami solat terlebih dulu. Masjid disini juga bagus, meksi masih kayu. Kami menyusuri jalanan yang berbeda, katanya lebih dekat. Di jalan, Bu Aji sempat menikmati sawah tadi, tentunya dengan berfoto, untuk kebutuhan update status media sosialnya.

Sempat tersesat lagi, tapi tidak terlalu jauh. Akhirnya, kami bisa kelaur dari petualngan ini. Saya ajak Bu Aji untuk makan ke Nangoh, karena dari jalan besar tidak terlalu jauh lokasinya. Mengisi perut, dan istirahat sejenak. Jam 4 sore, kami baru pulang. Di rumah, sudah banyak anak-anak yang menunggu untuk mengumpulkan tugas. Hari ini sungguh luar biasa. Cape tapi juga seru. Semoga ada hasilnya, pihak estate menghubungi Konsul. Saya sudah melaporkan keadaan kepada Pak Zul.[]
Lanjut Hari Ke-267 DISINI.