Thursday, September 20, 2018

Dari Tali Ke Tiang || Hari Ke-377

arifsae.com - Setelah tadi malam menonton "atraksi" Gajah yang jalan-jalan dan berkeliling, praktis tidak ada masalah dalam tidur. Jadi intinya tidak ada masalah, bahkan tidak ada rapat evaluasi yang setiap malam diadakan. Malam ini benar-benar free.
Kera Pagi
Jam 06.00 saya bangun. Tidak ada suara-suara aneh seperti kemarin, tandanya sudah selesai. Mungkin Gajahnya sudah pergi. Mungkin. Pagi ini bukan Gajah, tapi Monyet-Monyet yang datang lagi mencari makanan. Kami hanya menjadikannya tontonan gratis. Lebih mending lah daripada Gajah.
Menikmati Teh
Menikmati pagi dengan minum teh buatan Pak Tria. Belum berangkat kerja, sambil menunggu matahari pagi ditemani Monyet-Monyet itu. Sekitar jam 07.00 ada kabar Gajah datang lagi. Aish. Kami segera menyelamatkan diri lagi. Tentunya menuju ke atas.

Benar saja, tiba-tiba dia datang lagi dengan berjalanan santai. Pesannya, tidak boleh diganggu, biarkan saja lewat, begitu pesan para Rangers. Memang kami tidak terlalu banyak mengeluarkan suara yang menggu. Hanya terpukau melihatnya. 
Gajah "Nenek"
Beberapa saat, Gajah itu menghilang setelah berputar-putar. Setelah aman, kami turun, jam 09.00 harus siap-siap untuk bekerja lagi. Mempersiapkan apa yang perlu dikerjakan sebisanya. Saya, Pak Tria (CLC Spagaya) dan Pak Radin (CLC Pamol, TKB Sekar Imej) bersama-sama menyulam tali.

Tali ini merupakan peninggalan JAIM 4 tahun lalu, kondisinya memprihatinkan. Katanya, pernah dibongkar ditempat penyimpanan disebuah CLC di Tawau karena ketidak tahuan, akhirnya kami harus bersama-sama memperbaikinya. Rencananya akan digunakan lagi. Sempat menjadi bincang-bincang hangat karena pembongkaran tali ini. 
Memperbaiki Tali
Karena besarnya tali, pekerjaan ini tidak sebentar. Kami pagi sampai siang ini fokus dengan tali disini. Saya masak ubi dan mengambil roti untuk sekedar cemilan menemani pekerjaan ini. Kami menggeser tali ke tempat yang lebih teduh, supaya lebih santai mengerjakannya.

Ada pak ketua JAIM 5, Pak Didib dari CLC Jeroco, mantan anggota tahun lalu hidup di pohon dan danau bersama-sama. Dia ingin bernostalgia, juga ingin bincang-bincang santai. Bersama-sama, kami kerja sambil mengolah tawa.
Bincang Santai
Satu persatu kerjaan mulai terlihat hasilnya. Siang hari, jam 12.00 siang kami dipanggil untuk menuju ke lapangan, karena makan siangnya berpindah kesana. Disana sudah ada banyak kawan-kawan yang menunggu. 

Kami bertiga menuju ke lapangan dan mengakhiri pekerjaan tali. Disana suadah berkumpul dan siap menikmati menu telor dan sayur. Kami semua menikmati makanan disini. Bincang-bincang, kerjaan yang tidak terurus di lapangan ternyata masih banyak. Kami yang rencananya akan melanjutkan kerjaan tali akhirnya memutuskan untuk membantu di lapangan mendirikan tiang-tiang.
Membantu Mendirikan Tiang
Sebenarnya bukan bagian kami, tapi karena pendirian bambu ini membutuhkan bantuan banyak orang, jadi semua orang terfokuskan disini. Semoga tidak ada Gajah ditengah-tengah kerja kami. Disikusi dan obrolan tiba-tiba menghangat, setelah ketemu titik kesepakatannya. Kami eksekusi.

Mengangkat bambu-bambu yang tinggi, bersama-sama, awalnya berjalan lancar. Namun, tiba-tiba kecelakaan terjadi, "Blaaaakkk..." Suara bambu yang tinggi menjulang tiba-tiba kehilangan keseimbangan yang akhirnya menimpa kami semua. Sempat terjadi kehebohan disini.
Finish Tiang
Ini gara-gara kami yang tidak hati-hati, akhirnya jatuh. Masing-masing menyelamatkan, karena tidak mungkin menahannya. Tapi ada Pak Sufadli dari CLC Sabah Mas yang mencoba menahan bambu itu, karena tidak mungkin terangkat sendirian, kekuatannya yang tak seimbang, akhirnya bambu menimpanya.

Berbeda dengan kami yang tau kalau akan jatuh, langusng melepaskannya. Kami aman. Tiba-tiba Pak Fadli terkapar, "Aaarrggghhh.." Dia mengerang kesakitan, terpelungkap ditanah. Otomatis kami menghampirnya, takut terjadi apa-apa. Kesakitan terlihat dari erangannya.
Angkat Bambu lagi
Kawan-kawan yang "ahli pijat" seperti Pak Tria langsung menghampiri. Menanyakan apa yang sakit, terlihat Pak Fadli memegangi lengan kirinya. Masih terlihat kesakitan. Kami takutnya kalau tulangnya patah.

Akhirnya beberapa saat dipijat, kata Pak Fadli dia lebih mendingan. Sukurlah. Artinya tidak seperti ketakutan kami. Akhirnya dia istirahat dipondok. Sengaja memang disuruh untuk istirahat.
Menuju ke Bandar Lahad Datu
Kondisi sudah kondusif. Kami melanjutkan pekerjaan di sudut-sudut lapangan. Disaat sedang mendirikan, Pak Fadli menghampiri kami, "Saya tidak apa-apa. Mau bantu-bantu lagi, daripada disana sendiri." Begitu katanya.

Karena dia meyakinkan dirinya tidak apa-apa, kami mempersilahkan dia untuk membantu kembali. Jam 15.00 kami istirahat, setelah semua tiang berhasil didirikan bersama-sama. Badan pegal-pegal, lelah, letih dan kurang bergairah mengampiri.
Sampai di Lahad Datu
Saya, pak Tria dan Pak Radin kembali ke rumah. Niatnya mau melanjutkan pekerjaan tali, tapi rasanya badan ini tidak bisa dibohoni. Mata akhirnya mengajak tertidur, bersama kawan-kawan, kami tertidur diasal tempat. Memulihkan tenaga yang seharian bekerja.
Bakso Beranak dan Teh Tarik
Tiba-tiba ada Pak Fakhri dan Pak Yana yang datang ke rumah, mereka baru datang setelah survey tempat. Teman-teman menjulukinya sebagai, "Pasukan Garuda", entah apa maksudnya. Sebenarnya, kami membutuhkan tenaga banyak dilapangan tadi, tapi mereka tetap fokus dengan tugas nya. Tidak salah.

Kami bangun sore hari, kira-kira jam 18.00. Rasa badan terasa segar. Tiba-tiba, kawan-kawan yang dari lapangan datang. Pak Bima dan rombongan datang dan dengar-dengar akan pergi ke bandar, untuk cuci baju dan cari makan. Keluar gua. Setelah sekian lama. Tentu saja saya ikut.
Siap Makan
Sempat terjadi beberapa kali nego-negoan, karena banyak kawan-kawan yang karena tidak betah, akhirnya mengajukan untuk ikut keluar. Sedangkan mobil yang dipakai sebagai operasional hanya 2 mobil. Terutama ibu-ibu, akhirnya dengan berbagai pertimbangan ada 2 ibu-ibu ikut. Mereka sebenarnya baru datang, tidak tau kalau beberapa hari diteror Gajah. Mungkin takut.

Mereka adalah Bu Evo dari CLC Nusantara dan Bu Fika dari CLC Kundasang. Pak Bima, Daeng, Juang, Rudi dan Fadli, Tria segera keluar Taliwas. Pak Radin tertinggal, karena dia sempat menghilang mandi tidak ada. Perjalanan tidak ada kendala. Kami sampai di Lahad Datu jam 20.00 malam. Menuju ke bascame yang di bandar, menurunkan Bu Evo dan Bu Fika. Kami lanjut ke Hotel RD. 
Beranak, Bakso Langka
Akhirnya melihat hotel lagi, setelah bebrapa hari di hutan. Kami memesan kamar 217 di Hotel RD. Langkah awal tentu mandi dulu, membersihkan diri. Selanjutnya membawa baju-baju yang akan dicuci sekalian mencari makan malam.

Kami mencuci baju, tidak peduli, hanya memasukan baju yang kotor-kotor, tidak sempat memeriksa apa saja isinya. Sehingga saat mencuci baju, ada korek yang tertinggal berbunyi. Sempat jadi perhatian orang-orang sekitar.
Pak Daeng dan Pak Fadli
Sambil mencuci, saya diajak makanan yang tidak biasa. Makanan yang jarang tditemukan disiini: Bakso Beranak. Saya pesan itu, saking laparnya. Memang benar, baksonya besar. Tapi masalah rasa, entah. Kami menikmati makanan mewah yang tidak kami temui di hutan.

Masalah rasa, tetap beda dengan yang di Indonesia. Tapi cukup kenyang untuk makan ini, karena memang besar. Menurut saya, terlalu banyak aci. Cukup nikmat lah. Makan sudah, baju beres dicuci. Tinggal istirahat dikamar empuk. Kami pulang ke kamar jam 23.00 malam. Saya istirahat. Mereka seprti biasa, begadang.[]
Lanjut Hari Ke-378 DISINI.