Wednesday, September 19, 2018

Gara-Gara Gajah di JAIM 5 || Hari Ke-376

arifsae.com - Jam 01.00 malam. Ngantuk. Saya mundur dari permainan kartu. Udara malam yang dingin ini menarik mata untuk tidur. Memposisikan tidur seadanya dilantai, saya siap memejamkan mata. Tiba-tiba dipejaman mata yang masih setengah jadi itu...

"Brak..bakkk.." Tiba-tiba suara pintu terbuka paksa dan kawan-kawan berebut masuk kedalam. Saya tiba-tiba terbangun, dan bertanya-tanya dalam hati, "Ada apa ini? Apa ada yang salah?" Suasana semakin kacau.
Gajah Datang
"Gajah..Gajah.." Suara kawan-kawan yang baru masuk terdengar dengan tergesa-gesa. Ternyata, acara main kartu ditengah malam ini dibubarkan Gajah yang datang tiba-tiba dengan menyeruduk meja. Untung ada meja, yang jadi penghalang antara kawan-kawan. Kalau tidak, serudukan Gajah itu bisa langsung tertuju ke kawan-kawan.
Panik Melanda
Kawan-kawan yang lain juga terbangun, panik melanda semuanya. Bayangkan saja, seekor Gajah. Gajah yang dinobatkan sebagai hewan darat terbesar didunia ada disini, dengan nafsu ingin mengamuk. Malam-malam pula.

Saya sendiri belum melihat Gajah itu. Karena kondisi gelap. Kami berdiri didekat jendela, mengintip keluar. Saya penasaran, berdiri dipaling depan. Takut tapi sekaligus penasaran. Mengintip keluar rumah, tiba-tiba sosok yang dibicarakan kawan-kawan benar-benar terlihat.
Mulai Kerja Lagi
Kami semua panik. Mencekam. Gelap. Pintu segera ditutup. Kami bersembunyi digelapnya ruangan, sambil melihat Gajah yang masih penasaran dengan kondisi sekeliling. Lama dengan kondisi itu. "Jangan-jangan JAIM 5 ini akan berantakan, bisa-bisa batal." pikirku.

Setelah suasana menekam, dan Gajah pergi. Kami kelaur dengan rasa panik. Menyalakan mobil dilakukan untuk mengusir Gajah itu. Ketika keluar rumah, perlengkapan dan makanan diacak-acak semua. Berantakan seperti kena gempa bumi. Bahkan, makanan yan kami masak seperti Bubur Kacang ijo juga habis dimakan.
Di Danau
Kami semua kelaur rumah, mengungsi ditempat aman. Kebetulan disamping bascame ada rumah-rumah para pekerja yang tinggi. Kami berkumpul disitu semua. Namun, entah apa yang terjadi. Gajah itu tiba-tiba balik lagi, pergi dan balik lagi. Entah apa yang dia cari.

Para Rangers (sebutan untuk petugas) memberikan kunci rumah untuk mengungsi. Letaknya dilantai 2. Bisa menjadi tempat yang aman untuk sementara. Kami semua naik keatas, sambil mengawasi Gajah itu lagi. Barang-barang seperlunya diangkut keatas untuk perlengkapan tidur.
Gajah di Danau
Akhirnya jam 02.00 pagi kami baru bisa istirahat. Ternyata, Gajah disini disebut "Nenek". Kawan-kawan sudah diatas, sedangkan saya, Pak Surya dan Pak Arifin tetap tidur dibawah, tempat awal tadi terjadi. Kami mengunci pintu, karena sudah tidak ada lagi kawan-kawan yang masuk. Kami semua baru bisa tidur.

Kami pikir setelah dipanggilkan Rangers semua sudah beres dan aman. Namun, jam 06.00 sayup-sayup suara panik terdengar lagi. Ternyata Gajah itu masih berada disekitar rumah. Hanya berkeliling sekitar, lalu balik lagi. Hari ini akan berbeda dengan hari kemarin. 
Berjalan Santuy
Kami bertiga bangun karena suara gaduh disamping rumah. Dan benar saja, kali ini Gajah itu terlihat dengan jelas. Kalau kemarin malam samar-samar, sekarang dari ujung belalai sampai kaki terlihat jelas. Sosok nenek yang mengacaukan acara malam ini.

Kegiatan Gajah itu masih sama, mengobrak-abrik barang-barang disekitar. Bolak-balik, mondar-mandir, kegiatan pagi ini hanya melihat pergerakan Gajah ini. Sampai jam 09.00 pagi, setelah dirasa aman, barulah kami keluar. Kawan-kawan yang masak, masak dibawah lalu membawa hasil masakan keatas untuk makan bersama-sama. 
Masih Sempat Foto
Sambil menikmati makanan bersama, bercerita kejadian semalam. Memanglah, kalau pas kejadian boro-boro bisa becanda, untuk bernafas saja terengah-engah. Tapi kali ini kami bisa menertawakan kejadian tadi lama. Dan benar saja, mereka yang selamat srudukan itu terselamatkan meja yang menghalang. Kalau tidak ada meja, mungkin kata mereka, "habis".

Dan, dengan kesepakatan bersama, habis makan kita akan mulai bekerja. Katanya, Gajah sudah pergi. Semoga saja. Kami bersiap-siap. Tim kami siap untuk menuju ke danau sambil perasaan was-was kalau tiba-tiba ketemu dengan Gajah, bisa benar-benar horor. 
Lari Kabur
Jam 10.00, saya memulai membereskan barang-barang yang akan dibawa untuk ke danau. Kami memotong bagian-bagian bambu terlebih dulu. Saya bersama Pak Radin dan Pak Tria bekerjasama untuk memotong itu. Gotong-gotongan bersama-sama untuk membawa bambu cukup jadi pemanasan kali ini. 
Bincang Santai
Mau ke danau, tapi lupa membawa bahan makanan. Saya dan Pak Tria bersama-sama mengambil bahan makanan di bascame, karena dia kokinya, barang-barang apa yang dibutuhkan memang jadi tanggung jawabnya. Setelah selesai mengambil bahan makanan, segera meluncur ke danau.

Namun, di jalan kami berpapasan dengan mobil Rangers, dan mereka menawarkan tumpangan untuk ke danau. Tentu saja kami bersedia, kebetulan akan bawa bambu-bambu yang kalau digotong pasti akan memakan waktu. Untunglah. 
Mengolah Makanan

Para Rangers juga mengatakan kalau Gajahnya sudah tidak terlihat lagi, jadi kami lebih aman untuk menyelesaikan tanggungan kerja. Tapi kami dipesani untu selalu waspada. Sampai di danau, menurunkan barang-barang, dan kami duduk-duduk dulu. Banyak kawan-kawan yang mukannya panik berlebihan. 

Sambil duduk, terbesit pikiran untuk memageri jalan yang menuju ke pondok. Jaga-jaga kalau Gajah itu datang lagi. Sebagai langkah antisipasi, tentu akan sangat menakutkan kalau tiba-tiba datang dan langsung menyerang. Tidak ada jalan keluar, karena sekeliling danau semua.
Hujan Lebat Turun
Karena dirasa semua aman, kami memulai kerja lagi. Menceburkan diri ke danau. Memulai mengikat tali-tali yang kemarin belum sempat selesai. Tentu saja masih diselingi dengan cerita-cerita Gajah yang mengundang gelak tawa dan juga horor. 

Udara hari ini begitu panas. Kami istirahat jam 12.00 siang ketika matahari benar-benar berada dipuncak. Duduk-duduk dengan santai dan bersiap untuk memasak hasil bahan makanan yang tadi kami bawa. Namun di tengah-tengah persiapan, tiba-tiba suara Pak Juang, "Ada nenek, ada nenek."
Beres-Beres Barang
Seketika kondisi jadi hening. Horor seketika. Kami seperti tidak punya kata-kata lagi. Langkah yang akan kami lakukan juga tidak jelas. Karena jalan kabur hanya satu. Kami hanya diam. Pak Radin mengeluarkan hape, mencoba merekam adegan ini. Saya juga tak mau kalah, ikut merekam.

Tapi sepertinya yang lain terlihat panik, untuk merekam kami tidak diperbolehkan. Tapi ini moment, tidak bisa dilewatkan begitu saja. Masih terus melihat pergerakan Gajah yang berjalan dengan pelan namun gagah. Pelan. Pelan. dan pelan. Kawan-kawan berusaha memakai bajunya satu demi satu, sedangkan saya masih sibuk merekam.
Bekerja Sebisanya
Sampai di pintu gerbang pondok, Gajah itu terlihat berhenti. Menengok pada kami. Kelihatanya ingin masuk. Untung saja, penghalang yang kami buat tadi menghalanginya untuk masuk. Kalau tidak, habis kita disini. Karena tidak bisa masuk, pelan-pelan Gajah itu turun ke danau. 

Suasana semakin panik, Gajah itu berenang. Karena cukup dalam, hanya belalainya yang kelihatan. Bahkan sampai berenang dibawah kami. Tiba-tiba, tanpa komando ada yang teriak, "lari". Spontan kami lari kocar kacir, membawa peralatan pokok yang wajib dibawa: baju.
Masak Sore
Saya yang tanpa persiapan, dan hanya memakai celana dalam akhirnya ikut lari. Bahkan Pak Tria sampai terjatuh karena melompati penghalang itu. Saya cukup bisa melewatinya. Kami berlari sekuat tenaga, sekencang-kencangnya. Saya sempat menengok sebentar kebelakang. Gajah itu mencoba untuk mengejar kami, untung ada lumpur yang memperlambat gerakannya.

Saya berlari sekencang-kencangnya, dan tak melihat kebelakang lagi. Mungkin karena jarang lari, nafas ini habis ditengah jalan. Berhenti beberapa kali, tapi akhirnya sampai dilapangan yang banyak kawan-kawan lain berkumpul. Kami memberitahukan kalau Gajah itu muncul lagi. Sempat berfikir Gajah yang lain, tapi bisa dipastikan kalau Gajah yang mengejar adalah yang tadi malam. 
Kondisi di Rumah
Sesampainya dilapangan, kami duduk. Bercerita sambil diselingi gelak tawa geli. Disana juga ada Bang Jack, menurutnya, Gajah itu merupakan hasil rescue dari tempat lain yang terkena jerat, dan saudara-saudaranya mati terbunuh. Katanya, Gajah itu sangat dendam kalau melihat manusia.

Karena kondisi tidak memungkinkan, akhirnya kami membantu sebisanya dilapangan. Dan kawan-kawan yang awalnya menyuruh jangan merekam-rekam, kini justru paling semangat meminta hasil rekaman itu. Tapi pesan saya, tidak boleh disebar keluar Taliwas. Apalagi kalau anak-anak tahu, bisa-bisa bubar semua acara JAIM 5.
Siap Makan
Sampai sore hari, kegiatan dipusatkan dilapangan. Sampai hujan turun dan hanya membuat makanan disana, sempat bumbu-bumbu kurang, kami ambil dirumah. Dan memasak di ponodk lapangan. Kami makan bersama dari hasil sayuran dan seblak, saya ikut membantu.

Hujan turun lagi. Kawan-kawan yang lain melakukan pekerjaan sebsanya, bahkan ada yang hujan-hujanna. Niatnya mau masak lagi, namun gas kecil yang dipakai habis, jadi akan dibawa ke bascame dan melanjutannya disana.
Gajah Menyerang Lagi
Jam 19.00 malam kami pulang, beres-beres disana. Saya membantu Pak Tria memasak yang tadi belum selesai dilapangan. Disini jadi tukang masak, meski hanya membantu, meski saya termasuk orang yang jarang memasak, disini jadi banyak ilmu tentang masak-masakan.
Menonton Pertunjukan
Saya mandi dulu sebelum makan bersama dengan kawan-kawan. Nikmat. Meski tidak mewah. Ada sayur, sambal dan lainnya. Cukup untuk mengobati rasa lelah dan menantang hari ini. Gajah benar-benar membuat pekerjaan hari ini berantakan.

Dan, benar saja, Gajah itu malam harinya datang lagi. Tapi kali ini, kami yang sudah pindah semuanya keatas hanya menonton antraksinya. Kami sudah siap dengan serangan-serangan seperti kemarin malam. Jadi hanya menonton gerak-geriknya. Seolah-olah dikebun binatang aslli. Akan sangat sulit menemukan moment ini di Jawa. Hanya di JAIM 5, pengalaman berharga ini saya dapatkan. Entah besok akan berlanjut lagi atau tidak, karena setelah berputar-putar Gajah itu menghilang.[]
Lanjut Hari Ke-377 DISINI.