Thursday, October 17, 2013

Contoh Proposal Fasilitasi Penulisan Sejarah Lokal 2017

PATRIOT BANGSA DARI KOTA PERWIRA:
BIOGRAFI USMAN JANATIN
(Penguatan Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran Sejarah Lokal
Melalui Keteladanan Tokoh Usman Janatin)
A.    Latar belakang
Siapa yang kenal dengan nama besar Jendral Sudirman? Hampir seluruh pelosok negeri ini mengenalnya. Jalan-jalan dihampir seluruh Indonesia menggunakan namanya, dan tak jarang dijadikan jalan utama. Jasanya dalam memimpin Indonesia dalam perang Gerilya dalam Revolusi Fisik tahun 1948 menjadikannya sebagai tokoh sentral dalam kemiliteran. Keberaniaanya memilih berjuang diluar diplomasi Sukarno-Hatta membuat perjuangannya ini menjadi penyambung nyawa Proklamasi 1945. Karena jasa-jasanya ini, Jendral Besar Sudirman diangkat menjadi pahlawan nasional. Tidak ada yang menyangkal jasa-jasanya untuk Indonesia ini.
Lalu bagaimana ketika penulis menyebut nama, Usman Janatin? Kesan pertama mungkin terasa asing. Atau bahkan belum pernah mendengarnya? Memang nama Usman Janatin baru muncul kembali awal tahun 2014 kemarin, itupun karena protes Singapura kepada penamaan Kapal perang Usman-Harun. Lalu apa hubungannya dengan Panglima Besar Jendral Sudirman? Kedua pahlawan bangsa ini berasal dari kota yang sama, yaitu Purbalingga sang Kota Perwira. Mereka juga berasal dari kalangan militer dan sama-sama menyandang predikat pahlawan nasional, bedanya nama Usman Janatin tidak sebesar nama Jendral Sudirman. Tentu jasanya tidak bisa dibandingkan secara apple to apple, karena mereka berdua hidup pada masa yang berbeda dan peran yang berbeda pula. Tapi satu kesamaanya adalah, mereka berdua rela mengorbankan seluruh hidupnya untuk satu nama, Indonesia.
Dalam penulisan sejarah, Usman Janatin pun tak terlalu memikat sejarawan Indonesia untuk menuliskannya. Dalam pencarian penulis, hampir tidak ada buku atau sumber yang mengangkat sosok Usman Janatin ini. Sangat minim nya sumber sejarah mengenai Usman Janatin menjadikan generasi muda saat ini, terutama wilayah Purbalingga, masih asing dengan nama tersebut. Ironis. Bahkan museum Usman Janatin yang didirikan pada tahun 2015 juga tak terawat dan jarang pengunjungnya. Karena faktor itu, penulis ingin mengangkat sosok Usman Janatin menjadi sebuah buku dalam bentuk biografi untuk mencatat sosok tokoh yang pernah menjadi patriot bangsa dalam membela harkat dan martabat bangsa Indonesia didunia internasional.
Awalnya Usman Janatin muncul pada awal tahun 2014 silam, waktu itu, publik di Indonesia dikagetkan dengan sebuah protes dari negara Singapura. Protes itu ditujukan karena pemberian nama Usman-Harun sebagai pemberian salah satu dari tiga kapal perang tipe F2000 Corvatte yang didatangkan Indonesia dari Inggris. Lengkapnya menggunakan nama KRI Usman-Harun 359, kapal kedua diberikan nama KRI Bung Tomo 357 dan KRI John Lie 358. Pemberian nama dua kapal terakhir tidak mendapatkan tanggapan negatif, namun khusus nama kapal pertama, protes keras dilayangkan oleh Singapura kepada pemerintah Indonesia. Memang terlihat berlebihan, namun alasan bagi Singapura karena pemberian kapal dari TNI Angkatan Laut itu melukai perasaan rakyat Singapura.
            Awal mulanya kapal itu sebenarnya pesanan dari Kesultanan Brunei Darrusalam yang dipesan dari tahun 1995 dalam kondisi yang benar-benar baru. Pemberian nama ketiga kapal itu awalnya bernama KDB Jerambak-30 (yang menjadi KRI Bung Tomo), KDB Nakhoda Ragam-28 (menjadi KRI John Lie 358) dan KDR Bendahara Sakam-29 (kemudian menjadi KRI Usman-Harun 359). Kelas kapal ini dikategorikan menjadi kelas Corvette offshore patrol atau patroli lepas pantai. Pemesanan kapal oleh Brunai beralasan karena memanasnya konflik klaim China mengenai Laut China Selatan. Negara-negara ASEAN seperti Brunai, Malaysia, Vietnam, dan Filipina memang berbatasan langsung dengan China. Ditambah lagi dengan kelakuan China yang sering menunjukan kekuatannya di sekitar Laut China Selatan.[1]
            Namun penggunaan ketiga kapal ini tidak dioperasikan secara maksimal. Kontrak yang sudah disepakati dengan BEA System Maritime-Neval Ships, Inggris ini awalnya disepakati sejak tahun 1995. Ditengah jalan pembuatan kapal ternyata Brunai memutuskan tidak mau menerima kapal baru pesenanannya tersebut, padahal administrasi pembayaran sudah dibayar secara lunas. Menurut Brunai, alasan pembatalan itu dikarenakan tidak memiliki personil untuk jenis kapal perang seukuran panjang 89 meter, lebar 12,8 meter dan draught 3,6 meter itu. Dengan kapal yang berukuran sebesar itu, personil yang dibutuhkan mencapai 80-an orang.
            Dalam perjanjian yang dilakukan oleh Brunai dengan BEA Syistem Maritime-Neval Ships ini rencananya akan diserah terimakan pada tahun 2007 kepada Angkatan Laut Kesultanan Brunei Darussalam. Namun karena alasan diatas, akhirnya pihak Brunei memesan jasa pembutan kapal kepada German Lurssen, Jerman. Pihak German Lurssen akhirnya diminta untuk mencari pembeli baru untuk pemesanan ketiga kapal yang sama sekali belum digunakan itu. Disinilah akhirnya pihak Angkatan Laut Indonesia hadir dan mengakuisisi kapal yang terasa baru namun gagal dipakai pemesan pertamannya itu.
            Sekilas munculnya nama Usman Janatin pada 2014 kemarin menjadikan momentum yang pas untuk menjadikan sosok ini diabadikan dalam bentuk buku yang bisa dinikmati oleh kalangan masyarakat banyak. Sehingga para pemuda Purbalingga tidak ahistoris dalam memahami sosok yang ternyata sudah diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1968 itu. Praktis setelah itu, namanya perlahan-lahan tenggelam oleh pergantian zaman. Penulis pernah menemui kakak kandung Usman Janatin, Ibu Rodhiyah, untuk mengajak peserta didik mengenal sosok Usman Janatin lebih dekat. Namun cara ini nampak belum maksimal, perlu cara yang lebih tepat yaitu menuliskannya secara komperhensif. Sehingga nantinya, sosok Usman Janatin menjadi contoh keteladanan nilai-nilai nasionalisme dan menjadi pelengkap pembelajaran sejarah lokal bagi mereka yang mengenyam pendidikan disekolah, khusunya sekolah menengah atas.
B.     Tujuan
Tujuan yang akan diharapkan tercapai dalam penulisan sejarah lokal mengenai sosok tokoh Usman Janatin adalah:
1.      Menuliskan secara komperhensif Biografi Sosok Usman Janatin untuk pembelajaran sejarah lokal di Purbalingga.
2.      Menggali Nilai-Nilai Karakter dari Patriotisme Usman Janatin untuk generasi muda Indonesia umumnya dan Purbalingga pada khususnya.
C.    Bentuk Bantuan
Bentuk bantuan yang diusulkan dalam penyusunan proposal ini adalah Bantuan Fasilitasi Komunitas Sejarah Lokal untuk Guru (MGMP) Sejarah yang mengangkat sosok Usman Janatin dalam pembelajaran sejarah.
D.    Kemanfaatan
Pemanfaatan dalam bantuan ini akan dirasakan kepada masyarakat Purbalingga terhadap pengenalan sosok Usman Janatin dalam perjuanganya. Dalam penulisan sejarah, sosok Usman Janatin sangat jarang ditulis, bahkan di kota Purbalingga, nama Usman Janatin masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Purbalingga, terutama kalangan muda.
Apabila buku ini ditulis, mungkin akan menjadi buku pertama yang khusus membahas tentang biografi sosok Usman Janatin. Sehingga kedepannya akan menjadi referensi dan kekayaan sumber sejarah untuk pembelajaran sejarah lokal bagi pelajar di Purbalingga pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Buku yang diusulkan tercetak akan dibagikan keperputakaan dan sekolah-sekolah yang ada di Purbalingga.
E.     Tahapan Kegiatan
a.       Konsultasi
Tahap pertama, apabila proposal ini disetujui maka akan diadakan sebuah konsultasi dan kordinasi terlebih dahulu dengan Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang direncanakan dilakukan 3 kali pertemuan konsuktasi, atau mengikuti jadwal dari Direktorat Sejarah.
b.      Persiapan
Selelah mengadakan kegiatan konsultasi dan kordinasi dengan Direktorat Sejarah, maka selanjutnya akan disiapkan seluruh keperluan-keperluan yang mendukung penulisan biografi sosok Usman Janatin untuk memperkaya sejarah lokal ini. Diantaranya adalah mempersiapkan laptop, sebagai sarana menulis, kemudian printer dan keras sebagai alat pendukung untuk mencetak tulisan agar mudah dikoreksi (list harga lihat pada bagian sumber dana).

c.       Pencarian Referensi dan Wawancara
Sebelum melakukan penulisan biografi ini, penulis tentunya mencari sumber referensi dengan cara membeli buku, jurnal, majalah yang secara online dan langsung. Ditahap ini, penulisan sejarah mencakup pemilihan topik, pencarian data, verifikasi dan interpretasi. Sehingga nanti sumber teori dalam penulisan sejarah ini menjadi lebih lengkap lagi. Kemudian diadakan wawancara yang dilakukan kepada teman, keluarga dan kerabat Usman Janatin yang sebagian besar saat ini masih hidup. Termasuk saudara kandung Usman Janatin yang masih sangat sehat sampai saat ini berusia 67 Tahun.
d.      Penulisan
Penulisan yang dilakukan menggunakan laptop dengan berlandaskan data-data dan sumber-sumber yang sudah didapat. Dalam penelitian sejarah diistilahkan sebagai Historiografi, yaitu sejarawan menuangkan data yang dikumpulkannya melalui tulisan. Penulisan menggunakan tata cara ilmiah yang menjadi pegangan dan diakui oleh kalangan akademik.
e.       Pelaporan
Tahap kegiatan yaitu pelaporan, pelaporan yang dibuat yaitu pelaporan karya tulis dan pelaporan keuangan untuk penggunaan sumber dana yang diberikan kepada penerima dana. Selain itu, pelaporan juga direncanakan dengan diterbitkannya tulisan ini menjadi sebuah buku yang bekerjasama dengan penerbit Mer-C Publising, karena penerbit ini pernah bekerjasama dengan penulis sebelumnya ketika mengumpulkan tulisan-tulisan (lihat lampiran karya tulis).

F.     Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Untuk menjaga dan menjamin penulisan fasilitasi sejarah lokal ini akan dilakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.Evaluasi yang akan dilakukan oleh Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dan pelaporan akan dilaksanakan pada akhir Desember 2017 yang dibuat secara bertahap, mulai daripersiapan sampai dengan laporan akhir kegiatan. Laporan meliputi pelaksanaan kegiatan, hasil-hasil kegiatan, dan laporan penggunaan dana. Laporan juga merupakan pertanggungjawaban kegiatan dan laporan pertanggungjawaban keuangan kepada Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.