Sunday, December 13, 2020

Asal Usul Nama Desa Beji

Balai Desa Beji (dokpri)

arifsae.com - Beji merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Desa Beji adalah desa binaan nomor 4 Bupati Purbalingga. Batas-batas Desa Beji adalah sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Pagedangan, di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Karang Sempu (Karang Banjar), di sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Karang Pelus (Sumingkir), di sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa Bojongsari. Desa Beji termasuk desa yang padat penduduk. Sebagian besar mata pencaharian  penduduknya sebagai buruh, pedagang, dan pegawai negeri. Masyarakat Beji adalah pendukung kebudayaan Jawa. Sebagaimana masyarakat pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi dengan dialek yang khas (termasuk dalam kategori dialek “Banyumasan”) karena jika mengucapkan kata-kata tertentu, “bapak” misalnya, maka pengucapan huruf “k” nya sangat kental (kentara). Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo yang pengucapan huruf “k”-nya “nyaris tak terdengar”. Selain itu, ada juga yang menyebutnya sebagai “Jawa Kowek” dan “Jawa Reang”.


Arti kata “Beji” tidak banyak yang mengetahui, bahkan dapat dikatakan generasi mudanya tidak mengetahui secara persis kenapa daerahnya bernama “Beji”. Beji, menurut salah seorang tetua masyarakat Beji, “beji” berarti tengah. Maksudnya suatu daerah yang berada di tengah-tengah. Berdasarkan legenda yang ada di kalangan masyarakat Beji, konon daerah ini dahulu memiliki blumbang (semacam sumur).


Dahulu kala pada zaman kerajaan, ada seseorang wanita pengembara. Ia hidupnya hanya mengembara hingga tua untuk mencari pengalaman hidup yang berharga, suatu hari ia kehabisan bekal dan pasokan air minumnya di tanah Bojongsari (Beji) yang saat itu namanya belum Beji. Di daerah ini wanita itu mencari tempat untuk istirahat dan untuk bersemedi/bertapa hingga beberapa hari. Setelah ia menyelesaikan semedinya, kemudian ia mencari air sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan pengembaraannya. Akan tetapi ia tidak menemukan sumber mata air di daerah itu, kemudian wanita itu meminta air kepada penduduk-penduduk yang ada di sekitar daerah itu, akan tetapi kedatangan wanita itu justru tidak disambut baik dan diusir oleh penduduk setempat. 


Kemudian wanita tersebut sakit hati dan menangis, sambil meninggalkan daerah itu wanita itu bersumpah ”Neng daerah ngene (Beji Tengah) ora mungkin metu tuk maning, kabeh menungso lan kewan neng daerah kene nelangsa langka banyu kaya sing tak rasani aku neng daerah kene.” Sesudah wanita itu mengucapkan sumpahnya, menghilangnya wanita itu juga menandai hilangnya sumber mata air atau tuk (sebutan yang biasa dituturkan oleh warga setempat) . Sejak saat itulah desa Beji daerah tengah tidak bisa mengeluarkan sumber mata air lagi. 


Warga desa yang kebingungan karna tidak adanya mata air yang di daerah mereka tinggal, maka warga di daerah itu mengambil air di daerah yang tidak terkena sumpah dari wanita pengembala itu yaitu di daerah Desa Beji bagian barat, Desa Beji bagian utara, Desa Beji bagian selatan, dan Desa Beji bagian timur hingga ke desa terdekat yaitu Desa Banyu Mudal atau sering dikenal Desa Bojongsari. Di Desa Banyu Mudal biasanya warga Desa Beji mengambil air dari salah satu sumber mata air yang dikenal dengan sebutan TUK SIBIRU.

 

Sumber Referensi: 

Hasil wawancara dengan Tokoh Masyarakat Desa Beji.

Tulisan Nur Fegianto.

UNTUK MEMBELI BUKU ASAL USUL 80 NAMA DESA PURBALINGGA DISINI