Wednesday, November 30, 2016

Menanam Air Sebagai Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan: Naskah Lolos Parlemen Remaja 2016

Sertifikat Parlemen Remaja 2016
Naskah ini merupakan siswa bimbingan dan lolos mewakili Provinsi Jawa Tengah dari 4000-an peserta. Kegiatan diadakan selama 5 hari dan bersidang di DPR-RI
Dalam konteks mikro (keluarga), ketahanan pangan dapat diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan pangan, mudah diperoleh setiap saat oleh seluruh anggota keluarga, aman dikonsumsi, dengan harga yang terjangkau. Dalam konteks makro (bernegara), pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi warga negara untuk dapat mempertahankan hidup, oleh karena itu kecukupan pangan merupakan hak azasi manusia yang wajib dipenuhi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 UUD 1945.
Pengertian pangan menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 bahwa, pangan dalam arti luas mencakup makanan dan minuman, hasil-hasil tanaman pangan dan ternak serta ikan, baik produk primer maupun sekunder (olahan). Namun di negeri kita, pengertian pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok di sebagian besar masyarakat kita.
Sedangkan pengertian Ketahanan Pangan menurut Undang – Undang Nomor 18 tahun 2012 disebutkan bahwa, ketahanan pangan adalah “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.
Indonesia sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk yang besar, tentu menghadapi tantangan yang besar pula dalam memenuhi kebutuhan pangan warga masyarakatnya. Jika tidak ada keseimbangan antara besarnya jumlah penduduk dengan besarnya kebutuhan pangan penduduknya atau dengan kata lain ketersediaan pangan lebih kecil dibanding kebutuhannya, maka dapat menimbulkan ketidak-stabilan ekonomi. Bahkan jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dapat menimbulkan gejolak sosial yang dapat mengganggu stabilitas nasional. Pengalaman telah membuktikan, pada tahun 1977/1978 terjadi krisis moneter ditandai dengan mahalnya harga sembako (sebagai indikator gangguan ketahanan pangan) yang kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi. Berdasarkan nilai strategis dan pengalaman, maka kebijakan pemantapan ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan nasional sehingga selalu menjadi fokus utama dalam pembangunan di sektor pertanian.

Tantangan Ketahanan Pangan
     Sesungguhnya banyak aspek saling terkait yang menjadi tantangan dalam rangka mewujudkan peningkatan ketahanan pangan. Disini saya hanya akan ketengahkan 3 (tiga) aspek yang menjadi tantangan paling serius untuk mewujudkan peningkatan dan pemantapan ketahanan pangan. Kecenderungan global yang terjadi saat ini dan kemungkinan masih akan berlanjut di masa datang antara lain, (1) semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan tanaman pangan sebagai akibat terjadinya laju konversi lahan/tanah yang makin meningkat untuk kepentingan non-pertanian. Misalnya pemukiman baru, prasarana industri, fasilitas transportasi, dan infrastruktur publik lainnya. (2) semakin menurunnya ketersediaan dan kualitas air untuk kegiatan produksi pertanian dan tanaman pangan lainnya. Serupa dengan berkurangnya lahan, semakin meningkatnya kebutuhan air untuk kegiatan non-pertanian di perkotaan dan industri yang membutuhkan air dalam volume yang besar, akan secara langsung mengurangi volume air yang tersedia untuk pertanian, bahkan tidak hanya menghambat laju produksi pangan, tetapi juga bisa menghancurkannya karena rendahnya upaya untuk memelihara/menjaga kualitas air dan lingkungannya (terjadinya pencemaran). (3) semakin sulitnya memprediksi apalagi mengendalikan dinamika perubahan iklim yang selalu fluktuatif (tidak tetap atau berubah-ubah). Salah satu isu yang paling populer mengapa perubahan iklim secara ekstrim sering terjadi adalah adanya pemanasan global (global warming). Yaitu meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, atmosfir, dan lautan, sebagai akibat meningkatnya emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang menyelimuti bumi, termasuk bumi Indonesia.
  Terhadap 3 (tiga) aspek yang saya ketengahkan tersebut, dengan mempertimbangkan karakteristik sumberdaya pertanian Indonesia saat ini dan perspektif  besaran maupun pentingnya persoalan, maka selayaknya kita (warga masyarakat tanpa kecuali) harus melakukan suatu gerakan massal yang diwujudkan dalam  perbuatan untuk memperkecil tantangan/ancaman yang dapat menghambat upaya peningkatan ketahanan pangan. Meski begitu kompleks tantangan yang kita hadapi, namun kita bisa memilih prioritas mana yang akan di dahulukan.
     Mencoba menelaah dan memahami ketiga aspek tantangan tadi, serta denganmempertimbangkan cakupan dan keterjangkauannya dari berbagai segi, misalnya pertimbangan urgensi (yang kita anggap penting dan mendesak), sederhana, bisa dilakukan siapa saja di lingkungan sendiri, tidak menelan anggaran besar dan lain-lain, maka saya menganggap bahwa aspek air adalah yang terpenting untuk menjadi prioritas penanganannya.

Mengatasi kelangkaan Air dengan Menanam Air
     Air merupakan elemen penting yang menjamin eksistensi kehidupan di bumi. Tidak sebatas bagi kehidupan manusia saja, tetapi juga bagi mahluk lain yang bernama tanaman dan hewan. Kondisi air saat ini menjadi perhatian dunia, karena akses, kuantitas, dan kualitas air semakin menurun oleh berbagai sebab. Termasuk Indonesia yang memiliki curah hujan cukup tinggi, namun jika musim kemarau tiba masih saja ada daerah yang mengalami kekeringan. Mengapa ? Karena masih ada diantara kita yang membiarkan kehadiran air dan membiarkan prosesnya kepada alam tanpa mau berbuat sesuatu untuk menjaga kelestarianya. Padahal kita tahu bahwa kelangkaan air mempengaruhi keamanan dan ketahanan pangan serta angka harapan hidup manusia.
Untuk mengurangi konsumsi air yang berlebihan, dapat diusahakan penghematan penggunaan air agar tidak terbuang percuma. Disamping penghematan, ada cara lain yang sudah banyak dibahas oleh para ahli, yaitu dengan konservasi air. Konservasi air adalah, cara untuk melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air untuk mempertahankan kelestarian atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup.
Sebagai sebuah gagasan, saya ingin ketengahkan sebuah cara yang mungkin dapat dikategorikan sebagai konsep konservasi air yang paling sederhana, namun dapat memberikan hasil maksimal jika dilakukan dalam sebuah gerakan massal. Cara tersebut, ada yang menamakan “Menanam Air” ada juga sebagian yang memberi istilah Menabung Air. Namun dalam tulisan ini kita sepakati saja dengan sebutan “Menanam Air” sesuai sebutan yang dipakai oleh pencetusnya. Konsepnya sederhana dan sudah banyak dibahas oleh berbagai kalangan, terutama akademisi namun belum tersosialisasi secara meluas kepada masyarakat umum. Disisi lain, pola-pikir sebagian masyarakat yang awam dengan dunia pertanian, menganggap bahwa kelangkaan air itu bukan menjadi tanggungjawab mereka.
Yang dimaksud “Menanam Air” yaitu menangkap air hujan agar terserap ke dalam tanah. Air hujan yang pada dasarnya merupakan air bersih, dialirkan ke dalam tanah melalui lubang resapan yang disebut resapan bioporiyang kemudian akan tersimpan di dalam tanah. Cara ini pertama kali dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata seorang peneliti dan dosen di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Insitut Pertanian Bogor (IPB).
Resapan Biopori adalah sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah. Biopori sendiri adalah istilah untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas micro organisme yang terjadi di dalam tanah.
Cara membuat lubang biopori cukup sederhana. Yaitu membuat lubang berbentuk silindris secara vertikal ke dalam tanah, dengan garis tengah antara 10 – 20 cm dengan kedalaman tertentu. Namun karena konsepnya sederhana maka kedalaman lubang di buat tidak terlalu dalam tapi juga tidak terlalu dangkal. Misalnya antara 80 – 100 cm. Agar lubang peresapan biopori nantinya berfungsi, maka lubang yang sudah dibuat tadi diisi dengan sampah organik (sampah yang bisa diurai, bukan sampah plastik atau sejenisnya). Setelah terisi penuh, tutuplah lubang resapan biopori yang kita buat tadi dengan tanah sisa galian lubang. Catatan : agar resapan biopori ini bisa berfungsi dalam waktu yang lama, sebaiknya penutup lubang resapan dibuat kuat misalnya dengan bahan semen (cor). Jika sewaktu-waktu diperlukan untuk mengisi ulang sampah organik, akan mudah dibuka. Karena sampah organik yang sudah berada di dalam lubang lambat laun akan berkurang volumenya karena terurai oleh micro organisme, maka perlu diisi kembali.
Prinsip kerja resapan biopori yang sudah berisi sampah organik, lambat laun akan memicu biota tanah seperti cacing, semut, rayap, dan akar tanaman yang ada disekitar resapan biopori akan membentuk rongga-rongga (lubang) di dalam tanah. Rongga-rongga tersebut berisi udara dan akan menjadi jalan menyalurkan air yang tertampung untuk kemudian meresap ke dalam tanah.
Manfaat menanam air hujan dengan cara ini antara lain, (1) meningkatkan jumlah atau volume air yang tersimpan di dalam tanah. (2) mengurangi laju penurunan tanah. Dengan teresapnya air tanah yang melimpah, akan mencegah masuknya air laut yang menyebabkan pengeroposan struktur tanah. (3) mengurangi ancaman terjadinya banjir. Dengan menanam air, berarti mengurangi volume air yang mengalir di permukaan tanah yang berpotensi menjadi penyebab bencana banjir. (4) mengubah sampah organik menjadi kompos. Sampah tersebut akan diurai oleh biota dan micro organisme tanah seperti cacing, rayap, semut, dan lainnya menjadi kompos atau humus yang berguna bagi kesuburan tanah. Selain itu sampah yang diurai tadi akan cepat diemisikan ke atmosfir, sehingga mengurangi emisi gas karbon dioksida (CO2 dan metan) yang menjadi biang pemanasan global (global warming).

Kesimpulan
       Menanam Air akan menjadi efektif, jika kita mau merubah pola pikir yang ditindaklanjuti dengan perbuatan nyata. Membuat lubang resapan biopori secara massal adalah salah satu alternatif untuk mengatasi kelangkaan air, yang bisa dilakukan oleh siapapun di lingkungan sendiri, murah, dan sederhana (tidak menuntut pemikiran dan kaidah teknologi yang njlimet). Agar gagasan ini bisa terwujud, tentunya dukungan pemerintah juga dibutuhkan, terkait fasilitasi pemetaan penyediaan daerah terbuka dan daerah resapan air serta instruksi ke daerah daerah.
___________________________________________________________
Daftar referensi :
10/10/2016 ;http://www.wwf.or.id
10/10/2016 ;http://alamendah.org
11/10/2016 ;http://geografi­geografi.blogspot.co.id/
11/10/2016 ;http://news.metrotvnews.com
11/10/2016 ;http://www.pu.go.id

Achmad Suryana ; 2005. Makalah. Semiloka Nasional Bidang IPTEK. Kebijakan, Kendala, dan Tantangan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional.