Monday, November 28, 2016

Asal Nama Desa Kedungbenda

Peninggalan Lingga Yoni di Desa Kedungbenda
Desa Kedungbenda terletak di Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Desa Kedungbenda di kelilingi oleh dua sungai besar yang menjadi batas administratif-nya, yaitu Sungai Serayu di sebelah Selatan dan Sungai Klawing di sebelah Utara desa. Desa Kedungbenda memiliki luas 397.2 hektare, dengan wilayah yang sebagian besar berupa tanah pertanian. Maka tak heran jika sebagian peduduknya bekerja sebagai petani. Selain sebagai petani, penduduk Desa Kedungbenda juga banyak yang bekerja sebagai penambang pasir, tukang kayu dan tukang nderes (mengambil nira bunga pohon kelapa untuk di jadikan gula merah).

Selain potensi pertanian yang besar, Desa Kedungbenda juga memilki potensi pariwisata yang menjanjikan. Dengan suasana desa yang masih asri, Kedungbenda menyimpan berbagai wisata alam yang menarik. Salah satunya adalah Congot, merupakan sebuah tempat dimana aliran dari Sungai Klawing dan Sungai Serayu bertemu sehingga menciptakan kontras warna yang cantik di antara kedua aliran sungai tersebut. Dengan suasana yang masih hijau kebiruan dari barisan perbukitan di sebelah Selatan menambah cantik pemandangan di area ini.

Selain potensi wisata Congot, Kedungbenda juga memiliki wisata sejarah, yaitu Panembahan Durna/Lingga Yoni. Lingga Yoni merupakan sebuah  situs kuno peninggalan dari masa Hindu-Budha. Bangunan ini memiliki bentuk berupa batu besar dengan panjang -/+ 1 m dan berdiameter -/+ 30 cm. Situs ini sangat berkaitan kental dengan cerita tentang sayembara antara Pandawa dan Kurawa dalam membuat bengawan atau sungai yang berakhir di laut. Bukan itu saja, Desa Kedungbenda juga memiliki wisata air di Sungai Klawing, wisata ini menawarkan panorama sungai Klawing dan Jembatan Linggamas dari atas perahu. Apalagi saat ini pariwisata di Desa Kedungbenda sedang gencar-gencarnya di bangun.

Setalah kita mengetahui berbagai potensi yang terdapat di Desa Kedungbenda, mari kita selidik asal usul desa Kedungbenda agar kita bisa lebih dekat dengan desa ini. “Kedungbenda” mendengar namanya saja kita pasti bertanya-tanya kenapa desa ini di namakan seperti itu. Namun ada beberapa opini yang mengatakan bahwa nama itu diberikan karena banyak masyarakat Desa Kedungbenda pada zaman dahulu yang memiliki banyak harta. Harta sendiri dalam bahasa Jawa sering di sebut juga dengan bendha/bandha.  Dari opini tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa “Kedungbenda” memiliki arti sebagai tempat yang  masyarakatnya memiliki banyak harta.

Lepas dari opini tadi, mari kita cari tahu arti kata “Kedungbenda” dengan cara membedahnya. Kedungbenda terdiri dari dua kata yaitu Kedung dan Bendha. Kedung dalam bahasa Jawa memiliiki arti sebagai bagian dari sungai yang sangat dalam. Banyak orang yang mengasumsikan bahwa jika ada orang yang masuk atau tenggelam kedalam kedung maka dia tidak akan pernah kembali. Wajar saja jika masyarakat berasumsi seperti itu karena memang  kedalaman kedung yang tidak dapat di perkirakaan. Sedangkan bendha/bandha dalam bahasa Jawa memiliki arti harta.

      Dari uraian arti di atas, dapat kita simpulkan bahwa arti atau asal usul nama Desa Kedungbenda karena desa ini merupakan sebuah tempat yang memiliki banyak harta/benda baik yang terpendam atau berupa situs-situs sejarah. Hal itu memang tak dapat di pungkiri sebab sudah banyak benda-benda bersejarah yang di temukan di Desa Kedungbenda.

Benda-benda tersebut kebanyakan di temuakan secara tidak sengaja oleh penduduk desa. Ada yang di temukan saat warga akan membangun pondasi rumah, dan adapula yang di temukan saat warga sedang bertani. Itu membuktikan bahwa desa Kedungbenda memang kaya akan benda-benda bersejarah. Benda-benda bersejarah yang pernah di temukan oleh warga di antaranya adalah berupa koin, alat-alat dapur, dan bebagai jenis gerabah.
Begitulah sejarah singkat Desa Kedungbenda yang sudah dipaparkan diatas. Sumber-sumber referensi yang digunakan untuk menulis sejarah desa ini dari berbagai sumber, diantaranya dari internet dan wawancara. Semoga tulisan ini bermanfaat.
           
Sumber Referensi:
Irkhamudin-story.blogspot.co.id, diakses tanggal 3 Oktober 2016.
Wawancara dengan Bapak Sahedi, 4 Oktober 2016.
Wawancara dengan Ibu Gonem, 4 Oktober 2016.