Sunday, December 11, 2016

Asal Nama Desa Makam

Kantor Kepala Desa Makam, Rembang

arifsae.com - Pada awalnya, Perdikan Cahyana hanya terdapat satu demang saja yaitu “Ki Lurah Saratiman”. Pada saat itu Perdikan Cahyana masih berada dibawah Kerajaan Demak. Setelah itu  Belanda mulai berkuasa di Indonesia, ia membagi Perdikan Cahyana menjadi 21 kademangan dan juga memindahkan Perdikan Cahyana berada dibawah Keraton Surakarta. 21 Kademangan tersebut berada di Kecamatan Rembang dan Kecamatan Karangmoncol. Demang yang berada di Desa Makam ada 8 demang yaitu : Makam Wadas, Makam Bantal, Makam Kamal, Makam Tengan, Makam Jurang, Makam Duwur, Makam Kidul, Makam Panjang.

Tiap-tiap demang memiliki cara kepimpinan yang berbeda-beda antara demang yang satu dengan yang lain nya. Dan setiap demang memiliki wilayah kekuasaannya masing-masing. Kata demang tersebut “Masyarakat siapa pun yang nantinya membutuhkan tempat tinggal atau sawah bilang saja ke saya”. Demang juga berkata “Wani Nglungakena Aweh Ndodokena” yang artinya adalah berani memindahkan dan juga harus berani memberikan tempat penggantinya.

Jadi, Demang lah yang mengatur tempat tinggal para warganya. Selanjutnya, ada juga cerita dari Kalen Sprit (Saluran Irigasi) yang menghadap ke arah Demang Makam Bantal. Orang tersebut meminta sawah dan harus hari ini juga diberikan, lalu Mbah Demang menjawab “Iya nanti  akan saya berikan”. Tetapi orang tersebut datang lagi dan meminta kepada Mbah Demang harus hari ini diberi Seakan-akan ini adalah permintaan terakhir (Akan mati esok) semua keiinginannya harus dipenuhi. Dan ternayata, Keesokan harinya orang tersebut benar-benar meninggal dunia. Meninggalnya Mbah Demang Makam Bantal mungkin ini hanyalah sebuah kebetulan bukan berarti sakti.

Pada suatu malam Mbah Demang sedang melihat keadaan di malam hari. Ditengah Jalan beliau tidak sengaja bertemu seorang ibu-ibu dengan 2 anaknya yang masih kecil dan salah satu anak nya sedang buang air besar. Pada saat Mbah Demang lewat si ibu dengan 2 anak nya yang masih kecil mengira bahwa Mbah Demang itu adalah suami nya yang sedang ronda, lalu ia meminta tolong kepada Mbah Demang untuk menceboki anak nya dan Mbah Demang pun menceboki anak kecil tersebut. Sesampainya di rumah, orang yang dikira suami nya ternyata tidak masuk-masuk kedalam rumah. Tidak lama kemudian suami nya pulang. Istri nya bertanya “Kenapa tidak masuk-masuk ke rumah?” lalu, suami nya menjawab “Aku saja baru pulang ronda”. Si istri bingung sendiri dan berfikir kembali didalam hati nya dia berkata “lalu orang tadi siapa?” dan bertanya kepada suami nya “Apakah kamu tadi waktu ronda lewat sini?” suami nya menjawab “Tidak”.

Keesokan hari nya dia mencari info dan ternayata orang kemarin adalah Mbah Demang Makam Bantal. Mbah Demang Makam Bantal adalah seseorang yang sangat religius dan apabila beliau berbicara tutur kata nya sangat halus. Pada saat Demang Makam Wadas, sawah digarap oleh warga secara bergiliran atau bergantian yang biasa dinamakan dengan “Kemakmuran, Ubengan=Putaran=Bergantian”. Apabila warga tersebut sudah menggarap sawah hasilnya pun untuk mereka dan memanfaatkan nya, Karena Demang sudah punya sawah yang untuk digarap sendiri. Setiap hasil panen, nanti dibagi 10 bagian, 9 bagian milik demang dan yang 1 bagian nanti dibagikan kepada fakir miskin (Yatim piatu,para janda,dll). Cara inilah yang disebut dengan “Sepuluh Gugur Sangga”

Pada zaman itu demang-demang sangat melindungi para janda dan mereka menjamin untuk urusan sandang dan pangan serta biaya pernikahan apabila si janda akan menikah lagi.

Sumber Referensi:

http://thepoez.blogspot.co.id/2015/11/asal-usul-desa-makam.html?m=1., diakses tanggal 20 November 2016.