Thursday, December 29, 2016

Seputar Sejarah Alun-Alun Purbalingga

Sudut Alun-Alun Purbalingga

Alun-alun (pada zaman dahulu ditulis aloen-aloen atau aloon-aloon) merupakansuatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang dikelilingi oleh jalan dan dapat digunakan kegiatan masyarakat yang beragam (id.wikipedia.org).Alun-alun itu juga dimiliki Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.Alun-alun Purbalingga merupakan salah satu landmark yang ada di Purbalingga.Alun-alun Purbalingga pada saat ini(2016) sangat berbeda/berubah dari Alun-alun purbalingga pada zaman dahulu.Alun-alun di setiap kota pasti berubah penampilannya dan fungsinya (bisa bertambah atau berkurang) karena terus mengikuti zaman.

Salah satu yang menonjol dari alun-alun di Purbalingga adalah adanya kedua beringingin besar yang dari dahulu sudah ada tetapi saat ini kedua beringin tersebut sudah tidak ada lagi karena tumbang (beringin depan masjid Agung Darussalam)terkena bencana alam angin besar dan beringin disebelahnya di tebang karena untuk mencegah terjadinya tumbang seperti beringin disebelahnya.Perkembangan alun-alun sangat tergantung dari evolusi pada budaya masyarakatnya yang meliputi tata nilai, pemerintahan, kepercayaan, perekonomian dan lain-lain.

Alun-alun memang sangat identik dengan pusat kota. Bahkan Alun-alun sudah menjadi salah satu identitas bagi kota-kota di Pulau Jawa yang berlangsung sejak masa Pra-Kolonial. Secara pasti kapan dan dimana Alun-alun pertama dibentuk memang tidak ada catatannya. Namun menurut informasi yang bersumber dari Wacananusantara.org, pada rentang abad ke-13 sampai 18 atau pada masa Majapahit hingga Mataram, Alun-alun selalu menjadi bagian dari suatu kompleks Keraton.

Keberadaan Alun-alun dalam Keraton Majapahit pernah dituliskan Mpu Prapanca dalam Negarakertagama. Dalam pola masyarakat tradisional masa lalu Keraton ini merupakan pusat pemerintahan atau pusat kebudayaan. Nah, Majapahit disebutkan memiliki 2 bidang tanah luas berbentuk segi empat di salah satu sisi Keratonnya. Satu berfungsi sebagai pesta rakyat dan lainnya untuk kegiatan sakral seperti Penobatan Raja. Serta terdapat kompleks pemujaan didalamnya.

Sementara itu pada masa Mataram, Alun-alun juga digunakan sebagai tempat rakyat biasa bertemu Raja guna meminta pertimbangan atas sebuah perselisihan. "Aktivitas ini disebut dengan pepe", ujar Triatmo, penulis Babad Purbalingga. Dalam prosesnya diterima atau tidaknya pepe seseorang ini akan disampaikan oleh seorang gandek atau prajurit yang menjadi penyampai pesan sebelum rakyat bertemu langsung dengan Raja-nya.

Tidak hanya itu, Alun-alun pada masa Pra-Kolonial juga kerap dijadikan sebagai tempat berlatih perang para prajurit yang dikenal dengan istilah gladi yudha, sebagai pusat perdagangan rakyat sampai hiburan. Dalam beberapa artikel menyebutkan hiburan yang paling sering dipertontonkan adalah rampog macan (mengeroyok harimau) atau sodoran (perkelahian antara banteng dengan harimau). Dan sejak masuknya Islam di Pulau Jawa, pusat pemujaan yang semula ada di dalam Alun-alun, berubah menjadi didirikannya Masjid di sebelah barat Alun-alun. Jadi pada awalnya Alun-alun difungsikan sebagai lambang keagamaan, pemerintahan, keprajuritan, perekonomian sampai tempat berkumpulnya rakyat atau hiburan.

Di Purbalingga, Alun-alun bunder menjadi salah satu landmark yang cukup populer. Dalam sejarahnya, identitas inipun sudah ada berbarengan dengan didirikannya Pendopo Kabupaten saat Ki Arsantaka menyarankan putranya, Dipayuda III untuk memindahkan pusat Pemerintahan dari des Karang Lewas, Kutasari menuju desa Timbang saat itu. Kini desa Timbang hanya sebuah dusun di wilayah desa Purbalingga Kidul. "Kira-kira tahun 1759", kata Triatmo.

Tempat yang lebih datar dan subur serta dekat dengan sumber air Klawing menjadi beberapa pertimbangan dipindahnya pusat pemerintahan itu. Sehingga kemudian tempat ini dikenal dengan sebutan Purbalingga. Purba artinya semula, Lingga dari kata Linggar maksudnya dipindah. Ini seperti yang tertuang dalam salah satu bait dandanggula yang menyatakan tentang asal-usul nama Purbalingga. Dan pusat pemerintahan yang baru inipun menerapkan konsep tata kota yang setipe dengan Keratonan yang ada.

Begitulah sejarah singkat alun-alun Purbalingga,semoga bisa menambah wawasan pembaca.Sekian yang dapat saya sampaikan tentang sejarah alun-alun di kota Purbalingga,Jawa Tengah dari dahulu sampai sekarang.Saya mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam pengetikan dan pengejaan kata.Terima Kasih.
               
Sumber Referensi :
http://langgamlangitsore.blogspot.co.id/2015/08/alun-alun-purbalingga.html