arifsae.com - Sudah janjian dengan bang Amir tadi malam kalau hari ini saya dan Pak Radin akan ikut ke Bandar. Tapi kami minta di jemput di Andamy, karena sudah janjian juga dengan Bu Aji di Gate. Saya dan Pak Radin menuju Andamy jam 7 pagi setelah mempersiapkan sesuatu.
Di Bandar, kami akan janjian dengan Pak Kim dan Pak Majid. Mereka juga hari ini sudah menuju ke bandar dengan cara mereka sendiri-sendiri. Saya mendatangi Bu Aji, dan meminta untuk membawa motor ke rumahnya, sedangkan kami ikut peiret Bang Amir. Jam 8 dia datang, yang memulai petualangan hari ini.
"Hari ini benar-benar refresing ya," kata Pak Radin. Memang benar, ini memang benar-benar waktunya untuk berlibur dan membersihkan otak dari segala beban kerjaan. Memang tidak semuanya. Tapi kali ini perjalanan akan terasa berbeda karena tanpa harus berfikir belanja barang sekolah dan keperluan sekolah.
Perjalanan pagi ini benar-benar beda. Udara yang sejuk ditambah udara AC yang dingin menyebabkan kami begitu menikmati suasana ini. Perjalanan selama 1,5 jam tak terasa, sebelum sampai ke Bandar, saya meminta untuk mengambilkan projektor yang dulu pernah di perbaiki dengan Pak Wawan.
Tapi karena modelnya sudah berbeda, dan tak bisa diperbaiki lagi maka saya hanya membayar RM 30 untuk biaya ongkos bongkar. Sudah tidak bisa diperbaiki, bayar pula. Tapi itulah disini. Nyatanya, tidak benar-benar bebas dari urusan sekolah, masih ada sedikit-sedikit. Tapi tidak apa-apa, memang itulah kewajiban.
Setelah dari Multimedia, saatnya menuju Bandar. Jam 10 kami baru kami sampai. Di sana sudah ada Pak Majid dan Pak Kim, mereka sudah langsung menuju ke doby-doby, atau tempat cuci pakaian. Bagi mereka, selain jalan-jalan, cuci baju di bandar juga merupakan kegiatan wajib yang tak bisa dilewatkan begitu saja.
Sambil menunggu cucian selesai, kami makan di Restoran Sri Minang. Tidak seprti namanya, restoran ini tidak seperti restoran minang yang menunya beragam, tapi menunya biasa saja. Saya pesan Ayam Penyet, makanan favorit. Tentunya diselingi dengan tawa dan bincang-bincang keakraban.
Kali ini mencoba hotel baru, kalau biasanya di City Star, kali ini pilihannya jatuh ke Center Hotel. Mungkin karena letaknya ditengah-tengah. Tapi tidak seperti di City Star yang bisa dinego, hotel ini tidak bersahabat. Banyak aturan. Dan tidak bisa dijadikan langganan seterusnya.
Mengapa? Karena harus membayar RM 10 untuk passport. Itulah kebijakan disni. Kalau di City Star tidak, karena sudah kenal petugasnya. Belum lagi ditambah RM 10 lagi lagi. Jadi total harus bayar RM 20 untuk biaya itu saja, belum lagi hotel. Ahh, pokoknya mengecewakan.
Meski kecewa, tapi kegiatan jalan-jalan harus dilanjutkan. Pak Radin berencana membeli Samsung A8, sempat membandingkan harga-harga di beberapa toka. Setelah beberapa toko dicari, akhinrya kami harus kembali ke toko pertama, karena itulah yang paling murah. Meski tidak terlalu banyak, tapi lumayan. Saya sendiri akhrinya membeli Keyboar untuk diasangkan dengan Tab S2, senjata untuk mengetik dimanapun. Cocok untuk ngeblog.
Akhirnya dia ganti hape baru. Ternyata, dia sedang ulang tahun, tentu saja kami minta makan-makan. Kalau di bandar, belum lengkap rasanya nonton. Malam hari kami nonton film Black Panther, yaitu film-film marvel yang melengkapi The Avanger. Rame jelas, seru pasti. Selesai nonton, kami hanya bincang-bincang di hotel Sambil makan cemilan Pizza yang di beli Pak Kim. Bercerita banyak hal. Terutama Pak Majid, yang berkisah tentang percintaanya dengan Bu Niki.[]
Di Bandar, kami akan janjian dengan Pak Kim dan Pak Majid. Mereka juga hari ini sudah menuju ke bandar dengan cara mereka sendiri-sendiri. Saya mendatangi Bu Aji, dan meminta untuk membawa motor ke rumahnya, sedangkan kami ikut peiret Bang Amir. Jam 8 dia datang, yang memulai petualangan hari ini.
Menunggu Bang Amir |
Perjalanan pagi ini benar-benar beda. Udara yang sejuk ditambah udara AC yang dingin menyebabkan kami begitu menikmati suasana ini. Perjalanan selama 1,5 jam tak terasa, sebelum sampai ke Bandar, saya meminta untuk mengambilkan projektor yang dulu pernah di perbaiki dengan Pak Wawan.
Tapi karena modelnya sudah berbeda, dan tak bisa diperbaiki lagi maka saya hanya membayar RM 30 untuk biaya ongkos bongkar. Sudah tidak bisa diperbaiki, bayar pula. Tapi itulah disini. Nyatanya, tidak benar-benar bebas dari urusan sekolah, masih ada sedikit-sedikit. Tapi tidak apa-apa, memang itulah kewajiban.
Setelah dari Multimedia, saatnya menuju Bandar. Jam 10 kami baru kami sampai. Di sana sudah ada Pak Majid dan Pak Kim, mereka sudah langsung menuju ke doby-doby, atau tempat cuci pakaian. Bagi mereka, selain jalan-jalan, cuci baju di bandar juga merupakan kegiatan wajib yang tak bisa dilewatkan begitu saja.
Sambil menunggu cucian selesai, kami makan di Restoran Sri Minang. Tidak seprti namanya, restoran ini tidak seperti restoran minang yang menunya beragam, tapi menunya biasa saja. Saya pesan Ayam Penyet, makanan favorit. Tentunya diselingi dengan tawa dan bincang-bincang keakraban.
Kali ini mencoba hotel baru, kalau biasanya di City Star, kali ini pilihannya jatuh ke Center Hotel. Mungkin karena letaknya ditengah-tengah. Tapi tidak seperti di City Star yang bisa dinego, hotel ini tidak bersahabat. Banyak aturan. Dan tidak bisa dijadikan langganan seterusnya.
Hotel Cental |
Meski kecewa, tapi kegiatan jalan-jalan harus dilanjutkan. Pak Radin berencana membeli Samsung A8, sempat membandingkan harga-harga di beberapa toka. Setelah beberapa toko dicari, akhinrya kami harus kembali ke toko pertama, karena itulah yang paling murah. Meski tidak terlalu banyak, tapi lumayan. Saya sendiri akhrinya membeli Keyboar untuk diasangkan dengan Tab S2, senjata untuk mengetik dimanapun. Cocok untuk ngeblog.
Keyboar Baru |
Lanjut Hari Ke-209 DISINI.