Tuesday, June 12, 2018

Mission Impossible dari Direktorat Sejarah : Refleksi Buku dan Laporan Usman Janatin

Buku dan Laporan Usman Janatin
arifsae.com - Aku masih ingat, kenangan puasa tahun 2017 lalu : bimtek sejarah lokal dari Direktorat Sejarah. Mungkin lebih tepatnya, penyaluran dana bantuan penulisan sejarah lokal. Ya, tahun lalu dengan ke-nekad-an yang di perhitungkan, aku beranikan diri mengajukan proposal bantuan itu. 

Dan alhamdullilah proposalku menjadi bagian dari 12 MGMP se-Indonesia yang mendapatkan bantuan itu.

Tentu saja bendera MGMP Sejarah Kabupaten Purbalingga menjadi organisasi yang sangat membantu goal-nya proposal itu. Bulan Juni 2017 menjadi titik start untuk melangkah ke proses penelitian. 

Tapi disisi lain, aku diterima di Sekolah Indonesia Luar Negeri di Malaysia bulan sebelumnya. Dengan waktu yang bersamaan, semua urusan harus terselesaikan: peneltian dan persiapan keberangkatan. Plus, beban menyelesaikan bantuan blockgrand yang juga diterima MGMP, aku kebetulan sebagai sekertarisnya.

"Apakah aku bisa menyelesaikannya?" itulah sebersit pertanyaan yang muncul dibenakku. Tapi ini tantangan. Aku suka itu. 

Proses penyelesaian laporan MGMP dikebut secepat mungkin, untung saja banyak teman-teman yang membantu. Sedangkan urusan peneltian, aku dan istri harus pontang panting mencari data, ke Jakarta, Yogyakarta, dan Purbalingga sendiri. 

Waktu yang hanya 1 bulan harus dimaksimalkan, karena Agustus 2017 aku harus sudah di Malaysia.

Dengan usaha dan doa, data yang sudah ku peroleh dari hasil berburu itu aku kumpulkan, tapi tidak mungkin untuk menulis kan disaat aku harus melengkapi syarat-syarat keberangkatan ke Malaysia yang seabreg dan ribet njlimet. 

Akhirnya, aku rekam data itu dengan kamera, satu persatu. Lembar demi lembar aku video dan biarkan hardisk eksternal memikul beban berat itu.

Dari data yang tersimpan itu, aku bawa ke Malaysia. Disanalah aku harus menyelesaikan penulisan buku ini. Lagi-lagi aku harus berbagi waktu dengan kesibukan yang ada ditempat kerja baru. Untung saja, ada satu kawan yang siap membantu: Jarwanto guru SMA Negeri 1 Kejobong. Dialah yang menjadi penghubung antara jarak.

Termasuk ketika pelaporan di Jakarta, yang tidak memperbolehkan aku untuk menghadirinya. Dialah yang menjadi wakil untuk melaporkan hasil penelitiannya. Meski banyak revisi, semua teratasi dengan kordinasi. Tentu saja laporan keuangan tidak bisa aku selesaikan sendiri, dan Bu Umu Hanifah-lah yang menjadi penyelamat. Beliaulah yang dengan cekatan membantu pelaporan kuangan.

Desember 2017 laporan buku dan keuangan terselesaikan. Meski dengan beberapa revisi, semua sudah teratasi. Proses berjalan,  tanggal 1-5 Juni 2018 tim inspektorat berencana akan melakukan audit keuangan. Aku sudah pasrah kalau didatangi, karena teman-teman yang lain sudah didatangi terlebih dulu.

Namun, audit yang sudah ditunggu-tunggu itu tak menyasar ku. Entah karena alasan apa. Aku syukri saja, karena hanya setengah dari penerima bantuan yang menjadi target audit itu. Padahal saat itu aku masih di Malaysia. Dan baru pulang tanggal 9 Juni 2018 ini.

Saat ini, aku lihat hasil kerja kerasku. Jujur saja, meski sudah selesai dari Desember 2017 lalu, baru kali ini bersentuhan langsung dengan hasil kerja kerasku: buku dan laporan keungan. Aku pandangi. Indah dan gagah.

Semoga dilain waktu, bisa meneliti sejarah lagi, terutama sejarah di tempat kelahiran ini, Purbalingga Perwira.[]