Friday, June 8, 2018

Dari Central Market ke Stasiun Senen || Hari Ke-305

arifsae.com - Hari ini tidak saur, seperti biasa. Tapi Pak Majid nampaknya ingin saur, tapi tidak bisa. Hanya minum saja untuk saur. Mempersiapkan perjalanan yang akan melelahkan ini. Kali ini kami ingin jalan-jalan terlebih dulu ke Central Market. Lokasinya dekat dengan dengan penginapan.

Jam 09.00 kami siap-siap untuk belanja. Sekedar mencari oleh-oleh untuk keluarga. Tadi malam sebenarnya sudah disini, tapi jam sudah menunjukan malam hari, jadi tempat ini tutup. Nama tempat ini adalah Central Market atau Pasar Budaya atau Pasar Seni. 
Pasar Seni Central Market

Dulu tempat ini dikenal sebagai Pasar Besar Kuala Lumput yang menjual ikan, daging, sayur-sayuran dan berbagai berang kebutuhan sehari-hari. Tentu saja untuk memenuhih kebutuhan para pekerja Bijih Timah yang berada di sini pada zaman dulu.

Pada tahun 1985, pasar ini berubah fungsi. Menjadi penjual segala aksesoris dan barang-barang oleh-oleh khas Kuala Lumpur. Disini juga sebagai pusat budaya atau seni, karena itulah namanya Pasar Seni atau Budaya. Barang-barang disini murah-murah, katanya.
Pintu Masuk Central Market
Disini juga ada stasiun LRT yang bernama "Stasiun Pasar Seni". Disini berbagai oleh-oleh disediakan, termasuk batik khas Malaysia. Ada juga batik tulis yang disediakan, ada juga barang-barang antik dan artifak Asia. Penjualan itu berjejer rapi dan ramah menanti para pembeli yang sedang lalu lalang.

Dulu, ketika pertama kali dibangun tahun 1885 tempat ini merupakan cabang dari Royal Selangor Pewter. Tempta ini adalah produk barang Piuter yang tertua dan terbesar di dunia pada zamannya. Bangunan yang kuno dan berciri khas arsitektur Inggris itu jelas sekali dari luar.
Central Market
Kami berjalan untuk menuju ke Central Mareket. Karena jarak penginapan tidak terlalu jauh. Sayang, setelah sampai disana, belum ada yang buka. Central Market juga masih tutup. Disana memang tepat waktu, kalau buka jam 10.00 berarti juga teng jam segitu buka.

Banyak orang juga yang sedang berfoto untuk menunggu Central Market buka. Ada juga orang-orang yang berlogat Indonesia. Mungkin sama juga seperti kami, mereka mau belanja oleh-oleh. Sempat jalan lewat samping, disini juga ada jualan. Masih banyak yang belum buka.
Pintu Masuk Belum Buka
Jam 10.00 sudah siap-siap penjaga membukakan pintunya. Kalau di Indonesia mungkin toko buka itu jam 07.00 atau jam 08.00 tapi disini beda. Ada yang jam 10.00, bahkan di Sabah ada juga yang jam 11.00 baru buka tokonya. Aneh.

Segera kami masuk. Benar saja, bangunannya masih terlihat sangat antik. Orang-orang sudah mulai membuka tokonya. Ada juga yang belum dibuka, mungkin orangnya belum datang. Banyak barang yang memanjakan mata, tapi Pak Majid bilang, "Nanti saja, lihat-lihat dulu, bandingkan dengan toko yang lain." Okelah, ada benarnya juga.
Dalaman Central Market
Kami berjalan, pelan-pelan saja. Melihat-lihat barang. Sudah banyak yang menarik hati, terutama souvenirnya. Setelah membandingkan beberapa toko, akhirnya saya menemukan yang murah. Saya beli banyak, teringat kata Pak Devi ketika di Brunei dulu.

Dia mengatakan, "Kalau ke suatu tempat, belilah oleh-oleh icon yang tidak ada ditempat lain. Kita tidak tau kapan lagi kita kesini." Pesan itu kadang terngiang. Memang benar, uang bisa dicari, tapi moment belum tentu diulang lagi.
Cek Out dari Deddy House
Saya menghabiskan RM 300, sudah dapat baju, souvenir dan lainnya. Bila dibandingkan dengan Sabah, oleh-olehnya lebih murah disini. Kami puas berbelanja. Saatnya pulang, pulang yang sebenarnya, ke Indonesia tercinta.

Jam 11.00 kami cek out. Membereskan barang-barang, dan siap menuju ke Stesen Centra untuk ke Bandara. Untuk kesana, tentu saja Grab jadi pilihan utama. Langsung saja kami menuju tempat pembelian tiket untuk menuju ke Bandara.
Menuju ke KLIA
Tiket hanya RM 12 satu orang. Kami menuju ke bandara, perjalanan selama 1 jam. Menikmati perjalanan sambil melihat gedung-gedung besar pencakar langit yang ada di Kuala Lumpur ini. Indah. Semoga kapan-kapan bisa kesini lagi. Bersama orang-orang tercinta.

Sampai bandara juga. Saatnya mencari maskapai pesawatnya. Agak aneh, namanya KLIA. Ternyata itu maskapai Eropa, lupa nama negaraya. Kami mencari counter nya untuk Cek In tiket. Tapi ternyata hanya online saja, selesai.

Sampai Bandara
Karena jadwal terbang jam 15.40, kami mencari masjid dulu untuk istirahat dan sholat. Untuk mencari masjid disini tidak gampang, harus bejalan jauh terlebih dulu. Suasana lebaran juga sudah terasa. Banyak foto-foto ucapan Aidul Fitri terpampang di sekitar bandara.

Di Masjid juga banyak orang-orang yang tertidur. Masjid yang nyaman dan bersih juga jelas terlihat. Oran-orang yang tertidur mungkin yang masih lama menunggu. Banyak dari Eropa, banyak juga yang dari Pakistan atau Timur Tengah.
Mencari Masjid
Selesai solat, kami duduk. Agak lama. Karena jadwal pesawatnya juga masih lama. Melihat pesawat besar, memandang jauh, "Akhirnya pulang juga." Kami menuju ke pesawat, sempat bingung, ternyata naik bus dulu untuk ke terminalnya. Untung saja tidak kesasar.

Pengalaman baru. Pertama kali naik kereta bandara. Memang tidak lama, dekat saja, hanya menit sudah sampai. Kami mencari lokasi pesawat. Agak lama mencari tapi akhirnya ketemu juga. Ternyata disana saya bertemu dengan Pak Rangga, guru tahap 6.
Mari Mecari Pesawat
Kami berbincang-bincang. Ternyata dia juga mau pulang dengan menggunakan pesawat yang sama. Sempat bincang-bincang juga, dia baru punya masalah, anak didiknya kena kasus di Imigresen. Anaknya ketika akan pulang ke Sabah tidak diperbolehkan.

Entah bagaimana endingnya. Ketika menunggu, banyak yang sudah berbicara dengna bahasa Indonesia. Asli bahasa Indonesia. Sungguh hal yang mewah mendengarnya. Bahkan ada juga yang berbicara dengna bahasa Jawa. Benar-benar sudah berbau Indonesia.  
Menunggu Pesawat
Kami masuk ke pesawat setelah jam 15.40. Pesawat kali ini bagus, besar dan sangat nyaman. Banyak orang-orang Eropa yang menaikinya, mungkin karena maskapai nya dari Eropa. Mereka tentu saja akan menuju ke Jakarta. Pelayanan pesawatnya juga bagus, ada televisinya.

Nyaman lah intinya. Perjalanan terasa dekat karena sepanjang jalan saya melihat film Rampage. Film gorila putih yang berubah jadi monster, saya pernah menonton, tapi seru, jadi saya tonton ulang.
GraPARI
Akhirnya perjalanaan sampai dengan selamat. Kaki ini pertama kali menginjak ke Indonesia setelah terakhir kali tanggal 8 Agustus 2017. "Inilah Indonesia, Inilah Indonesia." Kata-kata yang seolah-olah baru pertama kali menginjakannya.

Rasanya aneh, senang dan bahagia. Ini benar-benar sudah di Indonesia. Orang-orangnya, suasanya, dan logatnya. Rasanya luar biasa. Pas juga sedang buka puasa. Untung tadi saya membawa bekal makanan di pesawat untuk buka puasa. Sambi mengantri di Imigrasi, sambil makan dijalan, yang terpenting membatalkan dulu.
Menunggu di Stasiun Senin
Pertama kali kami mencari yang menjual kartu. Karena kami masih memakai kartu Digi dari Malaysia. Tapi ada kejadian yang membuat Pak Majid panik, uangnya tertelan di ATM ketika akan mengambil uang. Makannya, kami mencari penjual kartu terdekat. 

Kami menemukan, tapi ada saja kendala. Untung saja Pak Rangga menyimpan kartu. Pak Majid juga tidak enak, inilah yang membuat saya berubah 100 % dengannya. Biarlah. Mungkin sudah dari kemarin rasa-rasanya tidak enak. Mereka akan menuggu di bandara sampai besok, saya memilih untuk menunggu di stasiun Senen.
Menunggu di Senen
Setelah solat, saya pamitan pada mereka. Saya menggunakan Grab untuk ke Senen. Mahal juga, uang yang harus saya keluarkan Rp. 160.000, dan sudah menggunakan Rupiah. Perjalanan 1,5 jam. Saya sempat bincang-bincang dengna supirnya.

Dia meminta untuk mengcencel orderannya. Mungkin dia tidak mau rugi. Okelah, tidak apa-apa. Saya sampai, ingin makan apa saja, makan banyak, karena dari tadi saya belum makan nasi. Saya makan Nasi Padang. Nikmat luar biasa. Mungkin karena ini pertama setelah sekian lama.

Saya menunggu di tempat penungguan setelah selesai makan. Tapi di usir setelah jam 23.00 malam. Terpaksa harus menunggu diluar stasiun, bersama orang-orang yang lain. Mereka juga tertidur. Saya begadang. Memilih untuk tidak tidur. Menjadi gelandangan. Untuk siap-siap menunggu kereta yang akan mengantarkan saya kepada orang-orang tercinta. Menikmati liburan, menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang. Selamat datang Indonesia. Selamat liburan.[]
Lanjut Hari Ke-306 DISINI.