Sunday, January 3, 2021

Asal Usul Nama Desa Rabak

 

Desa Rabak (dokpri)

arifsae.com - Desa Rabak terletak di sebelah selatan Kabupaten Purbalingga dan masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kalimanah. Desa Rabak berbatasan dengan Desa Gambarsari Kecamatan Kemangkon (sebelah timur), sebelah selatan Desa Karang Tengah Kecamatan Kemangkon, sebelah barat berbatasan dengan Desa Jompo Kecamatan Kalimanah, dan sebelah utara dengan Desa Blater Kecamatan Kalimanah. 


Desa Rabak terbagi menjadi 6 RW dan 26 RT. Di Desa Rabak sendiri mayoritas warganya beragama Islam. Desa Rabak sendiri bisa dibilang memiliki tempat yang strategis jika dibandingkan dengan desa-desa di sekitarnya. Hal itu dikarenakan Desa Rabak yang terdiri atas 70% tanah pertanian  yaitu sekitar 147 Ha dari luas desa sebesar 196,22 Ha. Sebagian besar warga Desa Rabak memiliki mata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu, Desa Rabak sering disebut juga sebagai Desa Pertanian.


Desa Rabak sendiri memiliki satu sejarah tentang awal mula berdirinya Desa Rabak, yang sekarang ini mungkin sudah sedikit demi sedikit terlupakan. Dahulu kala, Perang Diponegoro mempunyai pengaruh yang sangat besar khususnya di Jawa Tengah. Pada awalnya, Pangeran Diponegoro beserta para prajuritnya hendak menuju ke Batavia atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Kota Jakarta.


Pada masa itu, Adipati Banyumas dan wilayah Banyumas masih dikuasai oleh Belanda. Mendengar kabar bahwa Pangeran Diponegoro beserta prajuritnya hendak menyerang Belanda di Batavia, Adipati Banyumas mengirim tentara Belanda dengan tujuan untuk menghadang dan menghentikan pergerakan dari Pangeran Diponegoro dan prajuritnya.


Pangeran Diponegoro beserta para prajuritnya bertemu tentara Belanda di daerah Klampok. Peperangan pun tak dapat dihindarkan. Berhubung tentara Belanda telah memiliki senjata, sedangkan prajurit Pangeran Diponegoro masih menggunakan senjata tajam dan tergolong tradisional, seperti tombak, keris, klewang, dll. Karena hal itulah prajurit Pangeran Diponegoro kurang mampu menghadapi tentara Belanda. Sebagian prajurit Pangeran Diponegoro lari ke arah utara, sedangkan Pangeran Diponegoro diikuti sebagian tentaranya lari ke Cilacap menuju ke Barat menuju Batavia.


Prajurit Pangeran Diponegoro yang berlari menuju utara, semuanya membangun desa, desa yang dibangun antara lain: Desa Karangtengah, Desa Jompo, Desa Rabak, Desa Blater, dan Desa Sidakangen. Desa Rabak sendiri termasuk ke dalam desa yang dibangun oleh prajurit Pangeran Diponegoro, prajurit itu bernama Adipati Singabangsa atau masyarakat Rabak memanggilnya sebagai Eyang Singabangsa. Eyang Singabangsa sendiri lahir di Desa Semarang. Kemudian ia mengabdi sebagai prajurit Pangeran Diponegoro.


Desa Rabak sendiri dibangun oleh Eyangsingabangsa dari arah timur disebelah kanan dan menuju ke arah barat. Ketika telah selesai ke arah barat, Eyang kembali membangun desa ke arah kiri. Maka bentuk Desa Rabak menjadi segiempat atau bujur sangkar. Pada masa itu, masih banyak terdapat bencoleng atau penjahat. Sehingga Eyang Singabangsa membangun jalan dengan semacam strategi, sehingga ketika di suatu tempat terjadi musibah, masyarakat Rabak yang lain dapat langsung membantu warga yang terkena musibah.


Setelah Eyang Singabangsa dan para prajurit Pangeran Diponegoro yang selesai membangun desa-desa, mereka pun berkumpul dan mengadakan syukuran dengan memburu banteng. Banteng yang telah diburu tersebut kemudian “diteteli” atau dicincang. Namun Eyang Singabangsa hanya mengambil daging banteng yang menempel di kulit. Karena Eyang Singabangsa menyukai kulit banteng, pembangun desa-desa yang lain mengusulkan kepada Eyang Singabangsa supaya desanya dinamakan Rabak, dimana Rabak tersebut berarti kulit banteng.


Sumber Referensi :

http://rabakpurbalingga.blogspot.co.id/ diakses pada10 Oktober 2016.

Wawancara dengan Bapak Khamidi pada 16 Oktober 2016.

Penulis Rahmat Nur Said