Saturday, November 16, 2013

Sunan Giri: Aktor Berdirinya Negara Islam Demak



Nama kecil Sunan Giri adalah Jaka Samudra ayahnya Maulana Ishak Syekh Awalul Islam dari Pasai, Ibunya Sekardadu, putri Raja Blambangan Lahir sekitar 1443 M, Masa kecilnya mengenyam pendidikan di Pesantren Ampel Denta, setelah menginjak remaja bersama Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) ditugaskan Sunan Ampel belajar ke Mekkah dan selanjutnya menempuh pedidikan di Negara Islam Pasai oleh Bapaknya Maulana Ishak.
Setelah selesai menempuh pendidikan di Pasai, Raden Paku (Gelar yang diberikan oleh Sunan Ampel) melaksanakan pesan dari ayahnya, Syekh Maulana Ishak untuk mendirikan pusat dakwah Islam di wilayah Gresik (Sepertinya Syekh Maulana Ishak ingin anaknya melanjutkan dakwah Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik), tapi ia diminta oleh Syekh untuk mencari tanah yang sama persis dengan tanah yang di berikan Syekh dalam bungkusan. Di kisahkan selama 40 hari ia bertafakur meminta petunjuk dari Allah SWT, selesai bertafakur ia pergi mengembara. Di sebuah perbukitan di Desa Sidomukti, Kebomas, ia kemudian mendirikan Pesantren Giri. Sejak itu Raden Paku dikenal dengan Sunan Giri. Dalam bahasa Sansakerta, “giri” berarti Gunung. Syahdan, pesantren Giri terkenal ke seluruh penjuru Jawa, bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Menurut Babad Tanah Jawi murid Sunan Giri menyebar sampai ke Cina, Mesir, Arab dan Eropa.
Di daerah Gresik dan sekitarnya, Kewalian Giri Kedhaton sangat dihormati dan ditaati. Bahkan untuk urusan politik pun diserahkan kepada kewalian Giri Kedhaton, sehingga disana juga berdiri sebuah komunitas yang “mirip kerajaan”. Pada masa Majapahit, Kewalian Giri Kedhaton merupakan oposisi yang merisaukan para penguasa Majapahit. Kewalian Giri mendapat sokongan dari para pedagang di sepanjang Pantai Utara Jawa. Tak urung, Majapahit melakukan penyerangan ke Kewalian Giri sebanyak dua kali. Namun kedua serangan itu kandas alias gagal.
Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian Negara Islam Demak. Ia adalah aktor yang menjadi bagian dalam merencanakan berdirinya Negara Islam serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer.
Dalam Babad Demak dikisahkan, ketika panglima bala tentara Islam Sunan Ngudung syahid dalam peperangan dengan Majapahit, suasana memprihatinkan melanda seluruh balatentara Islam. Sunan Bonang yang bertindak sebagai Panglima tertinggi Angkatan Perang Islam memilih Sunan Kudus, putra Sunan Ngudung, sebagai panglima perang menggantikan ayahandanya. Dalam penunjukan itu Sunan Bonang berkata kepada Sunan Kudus bahwa ia akan didampingi oleh Sunan Giri dalam penyerangan ke Majapahit beserta para wali lainnya.
Tidak hanya Sunan Giri yang menyertainya tetapi seluruh kekuatan Laskar Giri Kedhaton juga ikut serta. Sunan Giri tidak saja mengirimkan pasukannya tetapi juga dialah yang memerintahkan Bupati Sumenep, Pamekasan, Balega dan Panaraga agar mengerahkan tentaranya ikut dalam barisan Islam. Dalam peperangan itu pasukan Islam mendapat kemenangan besar. Masa Hindu berlalu kemudian tergantikan dengan Islam.
Ketika Kerajaan Majapahit runtuh 1478 M, para wali memproklamasikan berdirinya Negara Islam Demak dan diputuskan Bintoro sebagai pusatnya. Sunan Giri dipercaya untuk meletakan dasar-dasar negara masa perintisan selama 40 hari. Setelah 40 hari, Sunan Giri memangku jabatan, ia menyerahkan tampuk kepemimpinan Islam kepada Raden Fatah, putera Raja Majapahit, Brawijaya Kertabhumi.
Ketika Sunan Ampel ketua para Wali wafat, Sunan Giri diangkat sebagai penggantinya. Atas usulan Sunan Kalijaga, ia diberi gelar Prabu Satmata. Menurut De Graff, lahirnya berbagai kerajaan Islam seperti Demak, Pajang dan Mataram, tidak lepas dari peranan Sunan Giri dan penerus Giri Kedaton. Pengaruhnya, kata sejarawan Jawa itu, melintas sampai ke luar Pulau Jawa seperti Makasar, Hitu dan Ternate. Konon, seorang raja barulah sah kerajaanya kalau sudah direstui oleh Sunan Giri.