Tuesday, November 8, 2016

Asal Nama Desa Bojong Penisihan

Kantor Kelurahan Bojong
    
arifsae.com - Desa Bojong Penisihan berada di Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini memiliki banyak kekayaan alam yang bermanfaat dan daerahnya pun masih asri dan segar. Sebagian Penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani. Daerah ini berbatasan dengan Desa Toyareka yang berada di sebelah Barat, dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Toyareja sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan desa Kedungmenjangan.

Menurut sumber dari Mbah San Marji Slamet yang kini berusia 83 tahun mengatakan, bahwa sekitar tahun 1940-an banyak sekali petinju-petinju handal yang dulu di sebut Ujungan. Ujungan merupakan tradisi atau pertarungan dengan cara saling memukulkan ke arah lawan dengan kayu besar. Biasanya tradisi ini dilakukan di lapangan,  tradisi atau pertarungan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui desa mana yang paling unggul. Awal mula penamaan desa Bojong ini dimulai dari adanya pertarungan atau tradisi yang dilakukan oleh petinju-petinju handal dari desa Toyareka dan Wirasaba, namun petinju dari Toyareka dapat dikalahkan oleh petinju handal Wirasaba.

Kemudian petinju Toyareka yang sekaligus dijuluki sebagai  Demang atau Penatus atau Lurah itu melarikan diri dan mencari daerah yang sekiranya aman untuk bersembunyi. Dan Demang itu pun  menemukan suatu daerah yang masih berupa pekarangan dan masih seperti hutan, selepas itu banyak orang-orang yang sering menyisih atau menjadikan daerah itu sebagai tempat persembunyian dari serangan musuh, dan jarang terdapat orang mati yang terbunuh di daerah itu, bahkan tempat ini dijadikan sebagai tempat persembunyian dari penjajah Belanda dan Jepang pada masa itu. Setiap orang mengganggap bahwa daerah itu adalah daerah yang paling aman sebagai tempat persembuyina dari segala macam bahaya.

Akhirnya masyarakat pada masa itu menamakan daerah tersebut dengan nama “Penisihan” yaitu  Nisihan dalam kata Jawa yang berarti tempat untuk Menyisih atau tempat untuk bersembunyi. Awalanya desa ini hanya bernama desa Penisihan namun karena daerah ini berada tepat dibelakang daerah desa Bojong akhirnya disambung menjadi Desa Bojong Penisihan. Setelah itu Demang membuat jalur dari perbatasan Desa Bojong sampai ke Desa Toyareka. Dan pada saat itu keadaan jalannya masih sangat sederhana di setiap pinggir jalan hanya dibatasi dengan bambu (Pring Nggendani). Desa ini dibentuk pada masa Pemerintahan Bapak Presiden Ir. Soekarno.

Dulu di desa ini juga banyak sekali tradisi-tradisi seperti adanya tradisi iha. Tradisi ini adalah kebiasaan para lelaki yang suka berambut panjang, yang sering mengadakan acara atau Nayuban yang biasa disebut Lengger. Tradisi yang tidak boleh dilanggar juga terdapat didesa ini seperti tradisi tidak boleh mencari Jodoh dengan warga Desa Mewek karena melangkahi Kali Keramean yang menjadi jarak antara desa Mewek dengan Desa Bojong. Konon katanya yang melanggar tidak akan nyaman berkeluarga dan salah satu keluarganya  pasti akan ada yang sakit-sakitan. Hal ini juga masih dipercayai sampai sekarang dan buktinya juga sudah ada dan diketahui oleh masyarakat desa ini. Tradisi ini juga berlaku untuk anak perempuan yaitu hanya memakai selembar kain atau  jarit yang digunakan sebagai baju sehari hari di desa ini.

Desa Bojong Penisihan ini juga mempunyai peninggalan berupa Babad Jawa yaitu babad Jebug Kesuma yaitu untuk dimainkan di pertunjukan Ketoprak. Babad ini adalah pemberian dari salah satu wali sanga pada masa itu. Babad di desa ini juga memiliki musuh yaitu dengan Babad Sokaraja. Demikian asal usul dari Desa Bojong Penisihan. 

Referensi:
Wawancara dengan Mbah San Marji Slamet pada 05 Oktober 2016.