Saturday, November 19, 2016

Watulintag di Desa Sokanegara

TPQ di Desa Sokanegara

Desa Sokanegara yang terletak di Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga. Disini terdapat aliran sungai kecil yang mengalir dari Timur ke Barat membelah desa kecil tersebut menjadi 2 bagian. Sungai kecil tersebut biasanya di sebut “kali/sungai plampon” oleh masyarakat sekitar. Di sebuah tepian Sungai Plampon di sebelah Timur terdapat  sebuah keindahan atau keunikan yang tidak biasa, yaitu adanya batu yang jatuh dari langit dan berukuran sangat besar jauh berbeda dengan ukuran batu-batu yang lainnya, besarnya digaris tengah sekitar 4 meter sehingga banyak orang yang penasaran dan ingin melihatnya.

Selain batu tersebut berukuran sangat besar, batu tersebut juga mengeluarkan cahaya yang mampu menerangi seluruh desa ketika malam hari. Tidak hanya penasaran saja, tetapi orang-orang datang untuk menikmati keindahan batu tersebut. Karena batu tersebut jatuh dari langit dan ukurannya sangat besar serta memancarkan cahaya, oleh masyarakat sekitar batu tersebut di beri nama “Watu Lintang” atau dalam bahasa Indonesia disebut “Batu Bintang”. Masyarakat di sekitar menganggap batu tersebut adalah bintang yang jatuh dari langit.

Tidak ada yang melihat kapan persisnya batu tersebut jatuh di desa mereka, yang mereka tau tiba-tiba sudah ada batu tersebut di tepian Sungai Plampon di desa mereka. Sejak adanya batu tersebut, Desa Sokanegara menjadi terang benderang baik saat siang ataupun malam hari, karena di terangi oleh cahaya yang terpancar dari batu tersebut. Hal tersebut membuat orang-orang merasa senang, dan mereka tidak bosan-bosan untuk datang hanya untuk melihat keindahan batu tersebut.

Pada suatu malam cahaya yang terpancar dari watu lintang tersebut tiba-tiba menjadi padam. Hal itu disebabkan karena ada orang yang tidak suka dengan cahaya yang bersinar terang dari batu tersebut, oleh karena itu orang tersebut sengaja ingin mematikan cahaya dari batu lintang tersebut. Orang itu ternyata adalah orang yang mempunyai kekuatan gaib (sihir) dan seorang pencuri, biasanya dipanggil dengan sebutan Malingguna dan Malingsakti.

Disebut Malingguna karena orang tersebut hanya mengambil atau mencuri barang-barang orang yang kikir dan kemudian barang-barang hasil curian tersebut akan dibagikan kepada fakir miskin. Sedangkan Malingsakti adalah orang yang di yakini oleh masyarakat sekitar desa sebagai orang yang memiliki kesaktian dan orang tersebutlah yang telah mematikan cahaya yang terpancar dari watu lintang tersebut menjadi padam.

Setelah kejadian itu berlalu, orang-orang dan masyarakat sekitar desa mulai menyadari bahwa sebenarnya Batu Lintang tersebut padam bukan karena ulah atau perbuatan Malingguna dan Malingsakti yang selama ini mereka yakini sebagai orang yang menyebabkan padamnya cahaya yang bersinar dari batu lintang tersebut. Tapi watu lintang tersebut padam karena kehendak dari Allah Yang Maha Kuasa yang dengan kehendak-Nya membuat desa yang dulunya terang benderang saat malam hari, menjadi gelap gulita kembali seperti sebelumnya.

Hal tersebut karena orang-orang dan masyaraat di sekitar Desa Sokanegara tidak peduli dan tidak pernah memperhatikan  nasib orang-orang fakir miskin yang ada di sekitar mereka, sehingga Allah memberi mereka teguran kepada mereka dengan cara membuat desa mereka kembali gelap gulita dan mereka tidak bisa lagi menikmati keindahan batu lintang yang selama ini mereka kagumi. Orang-orang dan masyarakat fakir miskin yang pernah di tolong oleh Malingguna dan Malingsaktipun merasa sangat bersalah dan menyesal telah menuduh malingguna dan malingsakti sebagai orang yang jahat dan menyebabkan watu lintang menjadi padam. SEKIAN.

Sumber Referensi:
http://alas-news.blogspot.co.id/2012/03/watu-lintang.html., diakses tanggal 30 November 2016.