Wednesday, January 18, 2017

Kearifan Cinta: Skenario Drama

Sumber Gambar
SCENE 1. INT. RUMAH DIKA – DAY
Hari Minggu. Musik rock terdengaar keras dari spiker dilaptop. Dika (L/17) tiduran dikamar sambil memainkan smartphone. Kamarnya berantakan. Koleksi lagu-lagu rock tersimpan rapi dilaptop. Dari band rock lokal sampai mancanegara dia punya. Tiba-tiba Alif (L/17) datang.
ALIF     : Bro, tak panggil-panggil ga denger si? (beat) Eh..Udah punya lagu Helloween terbaru belum?
DIKA      : Udah basi (terus melihat smartphonya).
ALIF      : Aku mau donk?
DIKA      : Cari sendiri sana, dilaptop D, file Tugas Sekolah, terus kemusik, terus lagu Barat, tinggal pilih disitu.
Alif beranjak dari tempat duduknya. Mengotak-atik laptop, sesuai dengan petunjuk Dika. Setelah selesai Alif duduk didekatnya Dika lagi.
ALIF      : Bro...
DIKA      : Hemmm.
ALIF    : File-file nya brantakan banget si. Dimasukin ditugas sekolah lagi. Apa kamu ga bingung dicampur kaya gitu?
DIKA      : Ga. Aku apal naruh file-file nya.  Itu emang sengaja aku taruh difile sekolah, biar kalau ada tugas, sambil ndengerin lagu rock gitu.
ALIF      : Yaudah. (beat) Oya bro, kamu punya file musik atau video lagu daerah? Jaipong kek, Lengger kek?
Dika menghentikan memainkan smartpon-nya. Dia melihat ke Alif pelan-pelan. Tatapanya aneh.
DIKA      : Apa?
ALIF    : Yaelahh...kamu punya file tentang musik atau vedio kesenian tradisional ga?
DIKA      : Maksudku, kenapa kamu tanya itu?
ALIF    : Apa kamu belum ngerjain tugas Bahasa Jawa? Kita kan disuruh mencari musik tradisional dan membuatkan makalahnya.
DIKA      : Ga sudi aku. Kamu yang ngerjain. Download sana?
ALIF      : Bakso nya Bu Warti ya? Nanti aku mau ngerjain.
DIKA      : Gampang itu. Besok.
Alif bergegas setelah ada bakso untuk imbalanya.
ALIF   : Masa seorang Dika yang gila musik ga punya musik tradisional si?
DIKA      : Emangnya aku kakek-kakek? Dengerin musik Tradisional. Ga gaul banget.
ALIF      : Wah, ga cinta budaya sendiri kamu Dik?
Menatap dengan tengil kearah Alif.
DIKA      : Kaya kamu suka musik tradisional aja?
ALIF      : Yee..masih mending aku, mau ngerjain tugas.
DIKA      : Lah, kalau ga ada tugas?
Alif hanya senyum. Beberapa saat kemudian download-nya sudah selesai. Alif Mengambil flasdisk dan memindahkannya.
ALIF    : Yaudah bro, aku pulang dulu. Tak kerjain dirumah aja. Jangan lupa besok bakso loh.
DIKA      : Yoi (sambil terus memainkan smartphon-nya).

SCENE 2. EXT. KANTIN SEKOLAH – DAY
Istirahat Sekolah. Alif dan Dika memesan bakso dikantin Bu Warti (P/55). Mereka menyrobot pembeli yang dari tadi ngantri.
DIKA     : Bu,,bu,,Bu Warti...itu buat saya dulu ya? laper banget ni..
BU WARTI  : Tapi ini buat Mba Mila (P/16) mas?
Sambil melirik sekilas Mila yang pesen sudah terlebih dulu.
DIKA      : Udah ga papa bu. Sama dia pasti boleh kok..
Sambil mengambil bakso dari bakinya. (Bu Warti geleng-geleng kepala). Alif dan Dika duduk dimeja dan menyantap dengan lahap.
DIKA      : Habisin bro.
ALIF      : Siap. Aku nambah krupuk sama gorengan ya?
DIKA      : Ambil sepuasnya.
ALIF      : Wasssekkkkkkkkk....
Ditengah makan bakso. Bel berbunyi. Tapi mereka masih asik makan dan ngobrol.
ALIF      : Bro, masuk yuh.
DIKA     : Nanti aja ah. Ini kan pelajaran Sejarah. Gurunya juga paling telat. Kaya ga biasa aja. Paling kita “dihipnotis” dan tertidur. Hahaha.. (beat) Udah tunggu 5 menit lagi. Belum turun makanannya nih (sambil pegang perut).
5 menit kemudian mereka beranjak membayar.
DIKA      : Bu Warti, udah ni. bakso dua.
BU WARTI  : Ga nambah apa-apa mas (sambil senyum)?
DIKA      : Ga bu.
BU WARTI  : Oh, kalau ga nambah 15 ribu mas.
Sambil menyerahkan uang. Kemudian mereka pergi kekelas. Tapi ditengah jalan Alif bertanya.
ALIF      : Bro, kamu ga bayar kacang ama gorengannya ya?
DIKA      : Ah, cuma kacang sama gorengan inih.          
Alif hanya menggut-manggut. Mereka menuju kelas..
Beberapa hari kemudian Dika dan Alif terus melakukan kebiasaan itu, “meski” hanya makanan ringan.

SCENE 3. EXT. LINGKUNGAN SEKOLAH – DAY
Pada suatu hari. Ada kerumunan keramaian yang tak diduga. Banyak anak-anak sekolah menyalami seorang bapak. Bapak muda itu menuju kekantin dengan didampingi kepala sekolah. Semua heran, dan bertanya-tanya.
ALIF      : Bro, bro, ada apa tu? Koko rame banget?
DIKA      : Kita lihat yuk..
Mereka menuju kekantin. Dari pembicaraan disekitar kerumunan, bapak itu adalah Pejabat Penting dari Pemerintahan Pusat. Bapak itu sedang menyalami Bu Warti dengan cara mencium tangannya. Bu Warti sekarang menjadi perhatian. Ibu kantin ini yang jadi langganan Dika dan Alif untuk makanan-makanan jajan “gratis”.
ALIF      : Ko mau bapak-bapak itu kekantin sekolah ya? Kan bisa makan direstoran yang enak-enak?
DIKA      : Keren ya? tapi kok pakai cium tangan segala si.
Kejadian itu berlangsung cukup lama. Dan bapak itu ngobrol santai dengan Bu Warti didampingi pejabat sekolah. Mereka melihat dari kejauhan.

SCENE 4. INT. RUMAH DIKA – NIGHT 
Malam harinya, Dika mengobrak-abrik tasnya. Dia telepon ke Alif. Memencet-mencet smartphone dan menaruh ditelinga.
ALIF      : Ada apa si bro?malam-malam telepon? Ngantuk ni?
DIKA      : Bro, brooo... kamu liat dompetku ga?
Alif kaget. Dan beranjak dari tempat tidurnya.
ALIF      : Ya ga lah. Kamu terakhir taruh dimana?
DIKA      : Taruh disaku. Tapi tadi pas Bapakku minta STNK mobil udah ga ada. Aku dimarahi nih sama bapakku.
ALIF      : Tenang dulu bro. Tenang. Coba dicari dulu.
Telepon ditutup. Dika terlihat pusing. Bingung. Dan campur aduk, karena didompet ada sejumlah uang dan surat-surat penting, seprti STNK motor dan mobil dan juga ATM bapaknya.
BAPAK     : Dik, ketemu ga?
DIKA      : lagi dicari pak. Bentar.
BAPAK     : Aduh, gimana si kamu? Kalau sampai hilang, motor dan fasilitas lainnya bapak cabut.
DIKA      : Yaahhh...pak. Jangan gitu dong...
BAPAK     : Makannya harus ketemu, itu ada STNK mobilnya.
DIKA      : Iya pak, ini lagi dicari.
Dika semalaman mencari-cari dompetnya. Belum ketemu juga. Dia khawatir kalau fasilitasnya diputus. ‘Hidup dan mati’nya terancam karena dompet nya hilang.

SCENE 5. INT. DIKELAS – DAY
Pagi-pagi, ketika Dika sampai dikelas, Dika diberitahu kalau dipanggil guru. Kemudian dia bergegas menemui guru.
PAK GURU  : Kamu kehilangan dompet?
DIKA      : Iya pak, kemarin.
PAK GURU  : Coba warna apa? Isinya apa?
DIKA      : Warna hitam. Ada uang 1 juta, surat-surat kendaraan, ATM, dan lain-lain pak.
Kemudian Pak Guru menyerahkan dompetnya ke Dika.
PAK GURU  : Kemarin Bu Warti menyerahkan dompet kamu. coba dicek isinya.
Dika memeriksa dompetnya dengan seksama.
DIKA      : Masih utuh semua. Uangnya juga masih genap pak.
PAK GURU  : Cobalah nanti temui Bu Warti. Terimakasihlah kepadanya yang menyerahkannya ke saya.
DIKA      : Iya pak. Terimakasih.
Dijalan, Dika terlihat merenung. Ibu kantin yang sering diambil makanannya menemukan uang dan mengembalikannya tanpa kekurangan apapun. Dia terlihat kosong tatapannya, sambil berjalan menuju kekelas.

SCENE 6. INT. DIKELAS – DAY
Saat pelajaran Dika terlihat tidak fokus. Dan ketika istirahat Alif mengajak kekantin.
ALIF      : Bro, dompetnya ketemu kan?
Sambil menghampiri Dika. Dika terlihat melamun.
ALIF(CONT’D): Woyy...ngalamun si.
DIKA      : Eh..iya...apa Bro?
ALIF      : Dompetnya ketemu kan?
DIKA      : Ketemu. Masih lengkap semuanya. (beat) Bu Warti yang menemukan dan mengembalikannya.
ALIF      : Masa Bro? Yaudah ayo kita kekantin. Ucapkan terimakasih.
DIKA      : Aku malu Bro. Kita sering makan kacang, goreng-gorengan, jajan-jajanan tapi ga bayar. (beat) nanti pulang sekolah aja kekantinnya.
Alif mengagguk dan menepuk pundaknya Dika.

SCENE 7. EXT. PULANG SEKOLAH - DIKANTIN – DAY
Setelah pulang sekolah, Alif dan Udin menuju Kantin. Mereka pelan-pelan berjalan, menuju kekantinnya Bu Warti. Dika mau mengurungkan niatnya, tapi Alif mendorong Dika.  
DIKA      : Iii..bu?
Bu Warti menengok kearah Dika.
BU WARTI  : Loh mas Dika, mas Alif. Sini-sini duduk. Mau pesen bakso? Pasti belum makan ya? Tadi istirahat ko ga kelihatan.
Mereka duduk.
DIKA      : Bu, saya mau mengucapkan terimakasih.
Ibu kantin menghentikan aktivitasnya.
DIKA(CONT’D): Terimakasih karena sudah menemukan dompet saya bu.
BU WARTI  : Iya sama-sama, tapi itu bukan ibu yang menemukan. Ibu hanya meneruskan, yang menemukan pertama Mba Mila yang kemarin bakso nya kamu rebut. Ucapkanlah terimakasih kepadanya.
DIKA      : Siapa bu? Mila?(Sambil bertatapan dengan Alif).
BU WARTI  : Iya.
Diam sesaat.
DIKA      : Satu lagi bu. Anu..anu..Ini..Bu..saya mau..mauu mi..minta maaf.
BU WARTI  : Loh, minta maaf buat apa?
DIKA      : Sa..saya sering makan jajan tapi ga bayar bu.
Bu warti menatap Dika dalam-dalam. Lumayan lama. Dika dan Alif kelihatan sudah pucat.
BU WARTI  : Hehehe...Oh, itu. Ibu sebenarnya sudah tau.
DIKA      : (kaget) Apa bu? Sudah tau? Tapi..tapi...
BU WARI   : Kamu, Alif dan siswa yang lainnya sudah saya anggap seperti anak sendiri. Bagi ibu, yang pendidikannya rendah seperti ini, suatu kehormatan memberikan kontribusi untuk membangun bangsa ini, dengan menyediakan makanan untuk mengisi tenaga kalian ketika belajar.
Dika dan Alif bertatapan sambil melongo.
BU WARTI(CONT’D) : Ibu harap. Suatu saat kalian sadar. Kalau makanan yang diambil tidak benar itu akan mengotori darah kita. Ibu betul-betul menjaga itu. Apalagi ketika memberikan makanan kepada anak-anak ibu.
Dika dan Alif berkaca-kaca.
DIKA     : Terimakasih bu (sambil tertunduk). (beat) Kami janji akan mencoba berubah.
Selang beberapa saat. Alif memecahkan keheningan.
ALIF      : Oya bu. Kemarin kok kekantinnya ibu?
BU WARTI  : Oh itu. (beat) Itu anak ibu.
Alif dan Dika saling bertatapan dan melongo lagi.   
ALIF      : Anaknya ibu? Pejabat pemerintah pusat itu bu?
BU WARTI  : Iya. Kenapa? Kaget? Tadi sudah ibu bilang, ibu selalu memberikan makanan “bergizi”. (beat) bergizi bagi ibu itu bukan cuma sehat tapi juga halal. Ibu selalu menghalangi perut anak ibu dengan makanan haram, meskipun hanya gorengan.
Dika dan Alif mengangguk.
BU WARTI (CONT’D): para koruptor itu awalnya dari hal-hal kecil, seperti telat masuk kelas, ga mau ngantri menunggu sesuatu, atau ambil makanan meski harganya hanya 500 rupiah (sambil tersenyum).
Dika dan Alif Menunduk, dan tambah berkaca-kaca.
BU WARTI (CONT’D): Berkali-kali ibu diajak ikut tinggal ke Jakarta oleh anak ibu, tapi untuk saat ini, ibu masih sanggup bekerja dengan suami ibu. Ga betah suasana Jakarta yang panas. Dan ibu lebih memilih berdagang seperti ini. Ibu tidak bisa diam dirumah. Kalau diam dirumah malah pegel-pegel. Yaa..Mumpung belum terlalu tua. Hehehe...
DIKA      : Terimakasih sekali bu atas inspirasinya. Saya berjanji akan memperbaiki diri. Kami pamitan dulu (sambil mencium tangan).
Mereka meninggalkan kantin itu dengan sejuta inspirasi. Tapi Bu Warti memanggil mereka.
BU WARTI  : Eh..eh...Mas, kayanya Mba Mila sedang latihan menari di aula sekolah. Tadi ada yang beli jajanan ibu, katanya untuk latihan menari.
DIKA      : Ohh, iya bu. Terimakasih banyak..

SCENE 8. INT. AULA SEKOLAH – DAY
Alif dan Dika menuju aula. Mereka menjumpai anak-anak yang sedang latihan tari Jaipong untuk pentas kegiatan Festival Gunung Slamet. Sebuah kearifan lokal Purbalingga yang menampilkan pengambilan TUK SIKOPYAH dan diarak dengan iring-iringan. Mereka sampai di aula. Mila menghentikan sejenak musiknya, Mila menghampiri mereka berdua.
DIKA      : Mila ya? Maaf, ganggu.
MILA      : Iya. Ga papa kok. Kenapa?
DIKA      : Aku mau ngucapin terimakasih. Katanya dompetku ditemukan kamu.
MILA      : Oh, itu. Ga masalah. Kan kalau bukan hak kita memang harus dikembalikan. (beat) ga ada lagi yang mau diomongin kan? Aku mau latihan lagi ya..
Alif dan Dika mempersilahkan, setelah Mila bergabung dengan teman-temannya lagi, Alif berbisik.
ALIF      : Dik, Mila cantik ya?Cantik luar dalam pokoknya.
Dika lalu tersenyum. Sambil merangkul Alif meninggalkan aula sekolah untuk pulang kerumah.

SCENE 9. INT. RUMAH DIKA – NIGHT
Sejak kejadian itu, Dika sering melamun. Kelakuannya juga berubah drastis. Seperti tidak mau pakai mobil lagi untuk hanya jalan-jalan, menyerahkan ATM bapaknya dan kalau berangkat pun hanya bawa uang saku secukupnya. Orang tuanya sempat heran. Ditempat tidur, Dika membayangkan Mila.
DIKA(S.O):Mila? anaknya cantik, baik, jujur lagi...hemmm...
Dipegang smartphone-nya. Dika BBM Alif.
DIKA      : Bro, file lagu daerahnya masih ga?
ALIF      : WHAATTTTTT?
DIKA      : Serius ni. Kamu masih nyimpen ga?
ALIF      : SEORANG DIKA TANYA LAGU DAERAH?
DIKA      : Ditanya koh. Masih ga?
ALIF      : Iya..iya. Masih ni.
DIKA      : Besok bawa.
ALIF      : Cieee. Ada yang lagi jatuh cinta ni ye...
DIKA      : Besok bawa!!!
ALIF      : Siap. Siap bro...

SCENE 10. EXT. KANTIN – DAY
Dikantin. Setelah waktu istirahat pertama.
DIKA      : Bakso bu. Biasa.
Ibu kantin sudah siap dengan baksonya.
BU WARTI  : Mau diambil lagi baskonya?
DIKA      : Hehehe. Ga bu. Buat siap si itu?
Bu Warti menunjuk kearah pojokan kantin. Mila dipojokan sendiri. Setelah selesai mengantar pesanan, Bu Warti menyiapkan bakso lagi. Selesai. Dika kemudian membawa bakso menuju kearah Mila. Alif memilih untuk duduk disisi lain.
DIKA      : Boleh aku duduk disini?
MILA      : Silahkan.
DIKA      : Oya, nanti latihan Tari Jaipong lagi?
MILA      : Iya. Nanti habis pulang sekolah. Festival Gunung Slamet kan sebentar lagi. Kami ingin menyumbangkan tenaga semaksimal mungkin. Ini kan salah satu budaya kita, jadi harus kita jaga.
DIKA      : Oh iya. Boleh aku minta file-file tarian Jaipong atau lagu daerah lainnya?
MILA      : Boleh.
DIKA      : Kenapa kamu suka tarian-tarian tradisional?
MILA      : Kenapa??? Indonesia itu kaya budaya loh, dan Tari Jaipong salah satu warisan budaya kita. Kalau bukan kita yang melestarikan kebudayaan, siapa lagi? Menunggu budaya kita diklaim negara lain baru kita marah?
DIKA      : Tapi kan, aku ga bisa nari?
MILA      : Apa menjaga kearifan lokal itu hanya dengan menari? Kan ga. Masih banyak yang bisa kita lakukan.
DIKA      : Emmmm...Boleh ga aku belajar tentang kearifan lokal lebih dalam lagi?
MILA      : Boleh, dengan senang hati. Kita sama-sama sedang belajar kok
DIKA      : Eeee...Punya PIN BB? WA atau no HP?
Disaat Mila mengeluarkan smarthpon-nya. Tiba-tiba ada sesosok cowo menghampiri Mila. Dika menatap kearah cowo itu dan kemudian kearah Mila. Diam sesaat...BERSAMBUNG...

PARA PEMAIN
DIKA          : 17 TAHUN, SISWA, APATIS TERHADAP TARIAN TRADISIONAL, PENEMU JATIDIRI.
ALIF          : 17 TAHUN, SISWA, TEMAN DIKA, IKUT-IKUTAN, SETIA KAWAN.
BU WARTI      : 55 TAHUN, IBU KANTIN, ANTIKORUPSI.
MILA          : 16 TAHUN, SISWI, JUJUR, PECINTA KEARIFAN  LOKAL
BAPAK DIKA
PAK GURU
BAPAK PEJABAT