Tuesday, May 9, 2017

Asal Kata Pacaran


Saat ini, banyak yang mencatut nama cinta demi membungkus bungkusan yang lain.  Sungguh tergesa-gesanya anak muda saat ini yang menyebabkan cinta terasa hambar dan kehilangan kesuciannya. Biasanya istilah untuk menggambarkan cinta versi mereka adalah untuk meluapkan rasa sementara yang entah itu apa namanya. Mereka dengan bangga dan tanpa rasa bersalah mengungkapkan perasaan mereka dengan tujuan untuk mengikat sebuah ikatan yang belum saatnya mereka lakukan. Ikatan itu adalah pacaran. Pacaran merupakan kata yang sangat familiar dikalanagan masyarakat Indonesia. Dari masyarakat pedesaan hingga perkotaan sudah sangat kenal dengan istilah ini.

Dari Mana Asal Pacaran?
    Orang Indonesia memang sudah familiar dengan istilah pacaran. Lalu darimana istilah pacaran berasal? Dalam beberapa sumber, ada beberapa versi menyangkut asal usul pacaran. Tidak bisa dipastikan juga versi mana yang benar, namun bisa dijadikan gambaran buat kita. Pacaran menurut Habib Segaf bin Mahdi, berasal dari zaman Nabi Nuh AS. Kita ketahui, bahwa Nabi Nuh AS, diperintahkan oleh Allah SWT., untuk membuat sebuah bahtera yang akan digunakan untuk mengarungi banjir besar yang melumat seluruh isi bumu. Semua yang taat menaiki bahtera itu, namun kebanyakan justru yang ikar. Sebagian besar dari penumpangnya justru berasal dari pasangan hewan. Hal ini memang dimaskudkan untuk memulai kehidupan yang baru pasca banjir besar.
     Nabi Nuh AS memberikan pesan bahwa jangan dulu ada yang melakukan hubungan badan, dikarenakan bahtera yang dibangun sudah penuh sesak dengan sepasang binatang. Mereka diperbolehkan berhubungan badan setelah bahtera terhenti dan memulai kehidupan yang baru. Namun, ada saja penumpang yang melanggar perintah itu, pelanggar itu adalah sepasang Anjing. Sepasang Anjing ini mencuri-curi kesempatan untuk kawin, tapi ada seekor Kucing yang melihat kejadian itu, sehingga dilaporlan kepada Nabi Nuh AS, setelah diketahu oleh Nabi Nuh AS, sepasang anjing itu diperingatkan untuk tidak mengulanginya lagi. Namun, sepasang Anjing itu tetap melakukan perbuatan yang sama dalam bahtera itu.Wallahu A’lam bi Showab.
        Memang sumber ini perlu dipertanyakan, namun kita bisa mengambil sisi pelajarannya dari kisah tadi, yaitu jangan sampai perbuatan pacaran itu menjurus kepada perbuatan hina, seperti perbuatan dilakukan oleh sepasang hewan diatas. 
      Dari versi lain asal mula pacaran dari tanah Melayu, yaitu berasal dari tradisi masyarakat Melayu pada zaman dulu. Pacaran berasal dari tradisi pacar air, yaitu semacam tanaman pacar yang diberikan pada kuku dan tangan perempuan, warnanya merah bata. Jadi, tradisi Melayu ini berawal dari dua orang yang sedang jatuh cinta dan diketahui oleh keluarganya. Tradisi pantun pada masyarakat Melayu sangat kental, dalam tatadisi ini, sang laki-laki mengirimkan utusan kerumah perempuan dan membacakan sebuah pantun didepan rumahnya. Apabila sang pemilik rumah membalas pantun, maka dengan kata lain, cinta si laki-laki ini diterima.
     Nah, ketika sang perempuan menerima cinta laki-lakinya, maka akan dilanjutkan dengan pemberian pacar air ditangan keduanya. Tanda itu menandakan sebuah ikatan antara dua keluarga. Pacar air itu, biasanya bertahan di tangan sang perempuan selama 3 bulan. Inilah sebetulnya nilai dari tradisi itu. Meski sudah memiliki ikatan, tapi ketika 3 bulan laki-laki tersebut tidak kunjung meminang sang gadis, maka dengan kata lain ikatan itu akan hilang, dan sang perempuan boleh menerima pinangan dari laki-laki lain. Inilah asal muasal dari istilah pacaran.

      Jangan pernah dibayangkan masa 3 bulan itu seperti masa pacaran zaman modern ini, masyarakat Melayu terkenal dengan menjaga kehormatan keluarganya. Jadi selama 3 bulan itu, para laki-laki dan gadis tidak bisa berhubungan dengan bebes. Saat ini, pacaran sudah sangat bergeser maknanya, pacaran diibaratkan sebagai ekspresi perasaan suka antara laki-laki dan perempuan, diawali dengan kata “nembak” dan dilanjutkan dengan ikrar “jadian”, setelah itu mereka “resmi” menjadi sepasang kekasih. Anehnya, masyarakt sekitar sangat familiar dengna kejadian ini. Justru kalau tidak pacaran akan membuat harga diri turun, dianggap tidak laku, dan sisi negatif lainnya.