Tuesday, May 9, 2017

Patriot Bangsa dari Kota Perwira: Biografi Usman Janatin, 1943-1968 [Revisi]

Bersama Mbah Siti Rodiyah, kakak Usman Janatin
arifsae.com - Tulisan ini merupakan sebuah proposal untuk mengajukan bantuan kepada pemerintah. Dalam hal ini berkaitan dengan penulisan sejarah lokal. Kali ini saya akan memberikan sebuah isi proposal yang sudah direvisi oleh Dr. Tri Wahyuning M. Irsyam, M.Hum, Dosen UI. Semoga bemanfaat.
                                                      ***

A.    Latar Belakang
Konstelasi politik dunia yang terjadi pada pada era tahun 1960-an memang tidak bisa dilepaskan dengan persaingan antara dua blok adidaya. Blok Barat representasi Amerika Serikat (AS) dengan Liberal Kapitalis-nya dan Blok Timur dengan Uni Soviet Rusia (USSR) sebagai komandan Sosialis Komunis. Perang Dingin atau Cold War, istilah yang sering kita dengar ini menggambarkan rivalitas dua negara adidaya yang “menjual” ideologinya ke wilayah-wilayah negara lain didunia (Sukardi, 2011: 2-3). Kondisi ini, membuat negara didunia dirundung kekhawatiran kalau Perang Dingin ini pecah menjadi “Perang Panas”. Perebutan supremasi antar dua negara adidaya ini terasa hingga beberapa kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, kondisi di Indonesia pada tahun itu menunjukan adanya perjuangan dalam usaha merebut Irian Barat dari Belanda. Pada tanggal 1 Oktober 1962, pihak Belanda menyerahkan Irian kepada pemerintahan sementara PBB, yang kemudian akan menyerahkanya kepada pihak Indonesia pada 1 Mei 1963. Penyelesaian masalah Irian ini tidak bisa dilepaskan dari peran AS. AS sangat khawatir jika Indonesia akan benar-benar jatuh kedalam pengaruh USSR (komunis-red). Kecenderungan ini memang sudah terlihat dari berbagai slogan ideologi dan langkah politik Presiden Sukarno dengan Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis) serta disempurnakan menjadi Manipol-USDEK (Manifesto Politik atas UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin). Untuk menekan meluasnya pengaruh komunisme, AS memberikan bantuan-bantuan ekonomi dalam mengatasi berbagai krisis di Indonesia dengan mengucurkan Dana Moneter Internasional (Ricklefs, 2001: 411-412).
Ketika masalah Irian Barat mendapatkan titik terang, disisi lain, masalah luar negeri yang lain muncul. Permasalahan ini bermula dari rencana pembentukan “Federasi Malaysia”. Pembentukan Federasi Malaysia ini didasari dari persamaan masalah yang dialami dari negara Malaya, Singapura dan Inggris. Malaya cemas dengan penduduk Tionghoa dan implikasinya terhadap rasial dari penggabungan dengan Singapura, pihak Singapura menginginkan sebuah kemerdekaan yang penuh, serta pihak Inggris menginginkan solusi terhadap masa depan wilayah-wilayah jajahannya di Pulau Kalimantan, seperti Sabah, Brunei dan Sarawak (Shuib, 2009: 93-96).
Persepsi Presiden Sukarno terhadap pembentukan Federasi Malaysia ini lain, menurutnya,  pembentukan ini merupakan rekayasa dari Blok Barat untuk menancapkan kekuasaannya dikawasan Asia, khusunya Asia Tenggara. Pembentukan Federasi Malaysia ini akan mengepung Indonesia dari kekuatan neo-kolonialisme dan neo-imperialis (Daras, 2013: 153). Hubungan Indonesia dengan Malaysia yang kemerdekaanya diberikan sebagai hadiah tahun 1957 oleh Inggris tidak berjalan harmonis. Hal ini antara lain disebabkan oleh kehadiran dan campur tangan Inggris. Presiden Sukarno menganggap Malaysia tidak sepunuhnya sudah merdeka atau hanya pura-pura merdeka karena tidak pernah merasakan namanya pahit-getir sebuah revolusi fisik yang pernah dialami Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Daniel Dhakidae (2009: 50), menyatakan Malaysia dalam memperoleh kemerdekaanya diberikan “Merdeka Hadiah”, berbeda dengan Indonesia yang merdeka karena “Merdeka Darah”.
       Berbagai usaha diplomasi dilakukan untuk menyelesaikan ketegangan antara dua negara tetangga ini. Salah satunya, pertemuan antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Malaya, Tengku Abdul Rachman yang dilakukan di Tokyo pada tanggal 1 Juni 1963 (Sutrisno dan Nasution, 2013: 628-629). Hasil dari pertemuan ini sedikit meredakan ketegangan dua negara. Namun, ketika proses perundingan yang hampir mencapai titik temu, Perdana Menteri Tengku Abdul Rachman menandatangai dokumen persetujuan dengan Inggris di London mengenai Negara Federasi Malaysia yang akan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 1963. Realitas yang ada menunjukan bahwa penandatanganan ini merupakan sebuah penghinaan besar bagi kedaulatan Indonesia, seperti yang dikatakan Sukarno.
     Menanggapi hal tersebut, Presiden Sukano kembali menghidupkan semangat revolusi “Indonesia Raya”, dengan menyatakan negara baru itu merupakan boneka nekolim, (neo-kolonialimse dan neo-imperialisme). Langkah berikutnya adalah membangkitkan semangat “Konfrontasi”. Istilah ini pertama kali diungkapkan oleh Soebandrio pada Januari 1963 setelah pasukan Malaya dan Inggris menghancurkan pembrontakan di Kasultanan Brunei di Kalimantan Utara (Cribb dan Kahin, 2004: 248). Kemudian setelah itu, muncul sebuah slogan baru untuk memanaskan semangan konfrontasi itu, yaitu Ganyang Malaysia.
Realisasi dari fenomena tersebut ditunjukkan dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan setiap minggu untuk membangkitkan semangat Anti-Inggris dengan slogan Ganyang Malaysia. Langkah selanjutnya, bisnis-bisnis Inggris dan bisnis ekonomi Persmakmuran lainnya diambil alih selama tahun 1964-1965 (Vickers, 2005: 228-229). Pemerintah Indonesia juga menggabungkan strategi politik konfrontasi dengan diplomasi. Taktik yang sama dilakukan ketika Presiden Sukarno mengambil alih Irian Barat. Menurut Frederick P. Bunnel (dalam Yahya A. Muhaimin, 2005: 156) kebijakan politik ini dilukiskan sebagai “confrontation diplomacy”, suatu campuran manuver yang bersifat berani, cerdik-licik dan tidak dapat diduga.
Untuk mendukung kebijakan Ganyang Malaysia ini, dilancarkan berbagai konfrontasi oleh ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dan sukarelawan serta sebagian dari masyarakat luas berdasarkan seruan Dwi Komando Rakyat (Dwokora), yang berisi tentang mempertinggi ketahanan Revolusi Indonesia dan membantu perjuangan rakyat (Farram, 2014: 8). Salah satu sukarelawan dari kalangan ABRI yang ikut dalam operasi itu adalah Usman bin Haji Muhammad Ali alias Usman Janatin.
Usman Janatin lahir di Purbalingga, sebuah Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang memiliki luas 77.764 hektare ini memiliki pahlawan-pahlawan terbaik bangsa dari kalangan militer, salah satunya Panglima Besar Jenderal Soedirman, tokoh yang pernah menjadi “sentral” militer pada awal kemerdekaan. Maka tidak heran, kabupaten ini mendapat julukan “Kota Perwira”. Sebuah julukan untuk menghormati perwira-perwira yang sudah membela martabat bangsa.
Selain Soedirman, Purbalingga juga mempunyai putera terbaik dari kalangan “perwira” lainnya, yaitu Usman Janatin. Berdasarkan semangat Dwikora, Usman Janatin dan rekan-rekannya mendapatkan tugas untuk melakukan penyusupan ke Singapura. Dalam tugas ini, Usman Janatin sebagai pimpinan atas rekan-rekannya, Harun bin Haji Mahdar dan Gani bin Gani Aroef. Surat tugas yang bernomor SP. KKO No. 05/Sp/KKO/64 dan Spd KOTI No. 288/KOTI/8/64, tertanggal 27 Agustus 1964 ini sebagai dasar mereka untuk melakukan pemboman terhadap berbagai tempat di Singapura (Mujirun, 1974, 1).
Tokoh yang patut mendapat julukan patriot bangsa ini mau menjadi sukarlawan meski nyawa taruhanya. Sikap patriot ini merupakan semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang rela mengorbankan jiwa maupun raganya untuk negara. Sikap rela berkorban ini dimaksudkan untuk membela bangsa dan negara dari berbagai gangguan, baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri. Sikap patriotisme ini juga melekat pada sikap nasionalisme. Artinya, ketika seseorang sudah memiliki sikap nasionalisme maka secara otomatis akan memiliki sikap patriotisme. Itulah definisi patriot bangsa yang dimiliki oleh Usman Janatin dalam penelitian ini.

B.     Permasalahan
Penelitin ini mengkaji tentang biografi[1] Usman Janatin dalam mempertahankan martabat  negara dan bangsa dari gangguan negara lain. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka selanjutnya diajukan beberapa pertanyaan penelitian antara lain:
1.      bagaimana kehidupan Usman Janatin masa kecil hingga menjadi anggota militer?
2.      bagaimana proses keterlibatan Usman Janatin dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia?
3.      bagaimana reaksi dan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap perjuangan Usman Janatin?

C.    Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk, pertama, mendeskripsikan kehidupan Usman Janatin masa kecil hingga menjadi anggota militer, kedua,  mengetahui perjuangan Usman Janatin dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia; dan ketiga, mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap perjuangan Usman Janatin.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.      Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penulisan ini terutama untuk melengkapi kekosongan dalam historiografi Indonesia, khususnya tentang penulisan sejarah lokal yang mengangkat sosok Usman Janatin;
2.      Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang dapat terasa secara langsung setelah selesainya penulisan ini, manfaat-manfaatnya adalah:
a.       membuat peserta didik mengetahui dan meneladani sosok Usman Janatin dalam membela harkat dan martabak bangsa;
b.      memberikan motivasi kepada para guru untuk menuliskan peristiwa sejarah yang ada di sekitarnya yang belum digarap;
c.       sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten agar lebih memperhatikan potensi sejarah lokal yang belum maksimal tersentuh untuk dituliskan.

E.     Tinjauan Pustaka
Sebagai sebuah karya ilmiah, maka diperlukan sebuah tinjauan pustaka, yang merupakan landasan dari pemikiran-pemikiran dengan tujuan untuk memperoleh data-data dan informasi yang menujang dalam penelitian ini (Priyadi, 2013: 139). Saat ini, sumber referensi yang mengangkat sosok Usman Janatin dalam bentuk buku masih tergolong sangat jarang. Tulisan-tulisan yang penulis temui juga hanya tulisan ringkas yang masih menggunakan ejaan yang belum disempurnakan dan juga belum menggunakan metode ilmiah. Beberapa karya terdahulu yang memuat kisah Usman Janatin antara lain:
Pertama, tulisan ringkas yang dibuat oleh Muchtaruddin Ibrahim pada tahun 1993, yang penulis temukan di Museum Usman Janatin. Judul ringkasan ini adalah “Usman Bin Haji Muhammad Ali alias Janatin”. Ditulis di Jakarta dalam rangka proyek inventarisasi dan dokumentasi Sejarah Nasional. Tulisan ringkas ini membahas tentang latar belakang keluarga Usman Janatin, kehidupan keluarga, kehidupan masa kecil dan pendidikan formal yang ditempuh oleh Usman Janatin, termasuk pendidikan militernya.
Karya Murgiyanto yang ditulis tahun 1989, dengan judul “Usman dan Harun Prajurit Setia”, ditulis di Jakarta dan diterbitkan oleh Direktorat Perawatan Personil TNI-AL Subdit Sejarah. Tulisan ini membahas tentang peran Usman dan Harun dalam konfrontasi Indonesia dan Malaysia. Disini juga dibahas mengenai peran sosok lain, yaitu Gani pada saat melakukan penyusupan ke Singapura. Saat mengadakan penyusupan itu, Usman menjadi pemimpin dari kedua rekannya itu.
Karya selanjutnya adalah tulisan dari Herman Mujirun, yang berjudul “Sekilas Kenangan 2 (dua) Pahlawan Serda KKO Bin H. Ali dan Kopral KKO Harun Bin Said” dan diterbitkan oleh Yayasan Sosial Usman-Harun tahun 1974. Tulisan ini membahas secara singkat tentang perjalanan Janatin dalam penugasan didunia militer hingga dia dihukum mati oleh pemerintah Singapura karena telah dianggap melakukan tindakan terorisme.
Persamaan dari tulisan diatas dengan penelitian yang akan dibahas, yaitu sama-sama membahas tokoh Usman Janatin. Meskipun tulisan-tulisan ini hanya berupa ringkasan dan masih menggunakan ejaan yang belum disempurnakan. Perbedaan tulisan yang sudah dipaparkan diatas dengan penelitian yang akan ditulis adalah pada kajian yang dibahas didalamnya. Dalam ketiga tulisan itu, Usman Janatin dibahas secara sepotong-potong. Penulisan terdahulu ada yang tidak membahas masa kecilnya atau tidak dibahas juga mengenai keterlibatan Usman Janatin dalam perebutan Irian Barat.
Penelitian ini juga akan membahas secara komperhensif dan menggunakan pengumpulan data yang beragam, dari wawancara dan studi kepustakaan. Penulisan ini juga akan membahas Usman Janatin dari kecil hingga dianugrahi Pahlawan Nasional. Dalam tulisan terdahulu, hanya membahas sekilas dan ringkas tentang masalah ini dan belum menggunakan metode penelitian sejarah yang diakui secara ilmiah. Oleh karena itu, dengan dilakukannya penelitian ini, maka akan semakin melengkapi tulisan-tulisan yang pernah dibuat terdahulu.

F.     Metode Penelitian
Menurut Kuntowijoyo (1999: 88-89), peneltian yang dilakukan ketika menggunakan metode sejarah ada 5 tahap, yaitu (1) pemilihan topik; (2) heuristik atau pengumpulan sumber; (3) verifikasi atau kritik sejarah, keabsahan sumber; (4) interpretasi; dan (5) historiografi atau penulisan.
Topik dalam penulisan ini mengacu pada sosok Usman Janatin dan perannya dalam konfrontasi antara Indonesia-Malaysia. Setelah memilih topik, peneliti harus mengumpulkan sumber-sumber atau dokumen-dokumen mengenai topik penelitian. Sejarawan bekerja berdasarkan berbagai dokumen, karena dokumen merupakan jejak pikiran dan perbuatan yang telah ditinggalkan oleh orang-orang zaman dahulu (Langlois dan Seignobos, 2015: 25). Begitu pentingnya dokumen dalam sejarah, maka sampai ada istilah no documen no history, tidak ada dokumen tidak akan ada sejarah.
Selain maha penting, tahap pengumpulan data atau heuristik ini merupakan tahap yang paling menyita banyak waktu. Pengumpulan pertama yang dilakukan untuk mencari dokumen yang berkaitan dengan tema/topik yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, dokumen dan sekaligus peninggalan catatan yaitu berupa surat, piagam, serta rekaman wawancara, dokumentasi dan lainnya. Sumber catatan-catatan dan dokumentasi bisa ditemui didalam museum Usman Janatin, berupa surat-surat, piagam, tanda jasa, dan catatan-catatan yang lain. Selain itu, wawancara dilakukan kepada saudara-saudara Usman Janatin yang sebagain besar masih hidup. Ada teman-teman kecilnya juga yang sebagian besar masih tinggal di Purbalingga. Untuk menambah sumber data, dikumpulkan juga berbagai referensi dari buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar yang menunjang tentang penulisan sekitar tahun 1960-an.
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan verifikasi. Verifikasi ada dua macam, otensitas atau keaslian sumber (kritik ekstern) dan kredibilitas atau kebisaan dipercayai (kritik intern) (Kuntowijoyo, 1999: 98). Dalam penelitian ini, kritik sumber eksternal yang dilihat dari berbagai koleksi museum Usman Janatin, apakah materi itu merupakan materi yang memang sezaman, disamping itu bisa dilihat berbagai kertas dengan jenis dan ukuran, bahan, kualitas dan lainnya. Jadi, bisa diartikan bahwa kritik eksternal merupakan kritik secara fisik dan menyesuaikan dengan anak zaman.
Selain kritik eskternal, yang harus dilakukan peneliti adalah kritik internal. Kritik internal ditujukan untuk memahami isi teks atau dokumen. Misalkan, menurut Alwi Shahab (2014: 9) pada era 1960-an situasi panas karena Usman dan Harun akan di makamkan di TMP Kalibata, diperkirakan 1,5 Juta atau sepertiga penduduk Jakarta kala itu turun kejalan memenuhi jalan-jalan yang dilewati jenazah untuk memberikan dukungan dan penghormatan terakhir. Pertanyaanya, apakah ada dokumentasi mengenai banyaknya iring-iringan jenazah ketika kembali dari Singapura? Kalau memang sambutan itu ada, maka bisa diakui kalau foto itu adalah kredible.
Tahap berikutnya, interpretasi. Untuk menghasilkan cerita sejarah, maka diperlukan interpretasi. Interpretasi dalam penelitian ini adalah memberikan makna pada fakta atau dokumen yang telah ditemukan. Dalam kasus konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, sumber tulisan memang banyak ditulis, sehingga semakin banyak data yang didapat maka akan semakin baik dan memudahkan untuk melakukan interpretasi terhadap kiprah Usman Janatin.
Langkah terakhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Pada tahap penulisan ini, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian yang disajikan berdasarkan kaidah-kaidah yan berlaku dalam Ilmu Sejarah.

G.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi kedalam 5 (lima) bab, uraianya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan berbagai isi yang ada dalam proposal. Isi dalam bagian ini mengenai latar belakanga maslah, rumusan, tujuan dan manfaat. Kemuduian untuk lebih mendalam, maka akan ada tinjauan pustaka dan metode penelitian sejarah.
BAB II: KEHIDUPAN AWAL. Pada bagian ini penulis ingin mengetahui kehidupan Usman Janatin masa kecil hingga menjadi anggota militer. Dari sedikit penjalasan tentang Purbalingga Kota Perwira, masa kecil, bangku sekolah, dan kepribadian pada masa remaja. Selain itu, dibahas juga tentang latar belakang keluarga, pilihan Usman Janatin masuk kedalam militer, dan sempat bertugas ke Irian Jaya.
BAB III: KONTRIBUSI DALAM KONFRONTASI. Bab ini membahas sedikit tentang aksi Usman Janatin dalam Konfrontasi dua negara; sebelumnya dibahas tentang latar belakang pembentukan negara boneka, konfrensi Malino, pembentukan Negara Federasi Malaysia, Ganyang Malaysia hinggga pengeluaran Dwikora (Dwi Komando Rakyat) sehingga Usman Janatin mengajukan diri untuk menjadi salah satu relawan dalam konfrontasi itu. Setelah itu, aksi Usman, Harun dan Gani dalam menjalankan misinya menjadi bagian terpenting. Seperti pengeboman Mc Donnal, usaha kembali namun akhirnya tertangkap.
BAB IV: REAKSI DAN AKSI. Bagian ini membahas tentang penahanan dan usaha terakhir pemerintah untuk menyelamatkan Usman Janatin. Sub bab nya meliputi 204 hari di tahan, proses pengadilan, naik banding, eksekusi. Usaha-usaha terakhir pernah dilakukan oleh dua Presiden, yaitu masa akhri Presiden Sukarno dan awal masa Presiden Soeharto, meski semuanya mengalami kegagalan. Bagian ini juga membahas Usman Janatin menjadi Pahlawan Nasional.
BAB V: PENUTUP. Bagian ini merupakan simpulan jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan dalam rumusan masalah.

H.    Daftar Pustaka
Cribb. Robert dan Kahin, Audrey. 2004. Historical Dictionary of Indonesia. Toronto: The Scarecrow Press, Inc.
Dhakidae, Daniel. 2014. “Hubungan Cinta-Benci antara Indonesia dan Malaysia”. Majalah Prisma Vol. 28, No. 2, September 2009, hal 50-53.
Farram, Steven. 2014. “Ganyang! Indonesian Populer Songs from the Confrontation Era, 1963-1966”. Jurnal Bijdragen Tot De Tall-, land- En Volkenkunde 170 (2014) 1-24.
Frederick, William H. dan Soeroto, Soeri. 2005. Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi (edisi ke-tiga). Jakarta: LP3ES.
Ibrahim, Muchtaruddin. 1993. Usman Bin Haji Muhammad Ali alias Janatin. Jakarta: proyek inventarisasi dan dokumentasi Sejarah Nasional.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah (edisi ke-tiga). Yogyakarta: Yayasan Banteng Budaya.
---------------. 2003. Metodologi Sejarah (edisi ke-dua). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Loanglois, CH.V dan Seignobos, CH. 2015. Introduction to the Study of Hostory, Pengantar Ilmu Sejarah (terj).  Yogyakarta: Indoliterasi.
Muhaimin, Yahya A. 2005. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966 (certakan ke-tiga). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mujirun, Herman. 1974. Sekilas Kenangan 2 (dua) Pahlawan Serda KKO Usman Bin H. Ali dan Kopral KKO Harun Bin Said. Jakarta: Yayasan Sosial Usman-Harun.
Murgiyanto. 1989. Usman dan Harun Prajurit Setia. Jakarta: Direktorat Perawatan Personil TNI-AL Subdit Sejarah.
Nugroho, Arifin Suryo. 2009. Srihana-Srihani: Biografi Hartini Sukarno. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Priyadi, Sugeng. 2011. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
--------------------. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ricklefs, M.C. 2001. A History of Modern Indonesia Since c.1200 Third Edition. London: Palgrave Macmillian.
Roso Daras. 2013. Total Bung Karno, Serpihan Sejarah yang Tercecer (cetakan ke-empat). Depok: Penerbit Imania.
Shahab, Alwi. 2014. “Usman-Harun dan Ekspresi Kemarahan Rakyat”. Koran Republika, 13 Februari 2014, halaman 1 dan 9.
Shuib, Shukri, Md. et al. 2009. “The Implications of Cold War on Malaysia State Building Process”. Jurnal Asian Culture and History, Vol 1, No. 2, July 2009, hlm 89-98.
Sukardi, Tanto. 2011. Perang Dingin: Episode Sejarah Barat dalam Perspektif Konflik Ideologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


[1] Menurut Kuntowijoyo (2003: 203) biografi merupakan catatan tentang hidup seseorang, yang menjadi bagian mozaik sejarah yang lebih besar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sejarah adalah penjumlahan dari biografi-biografi dari berbagai daerah. Untuk menuliskan biografi, menurut Leirissa (dalam Arifin Suryo Nugroho, 2009: 9) ada 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi, yaitu (1) harus mampu menghidupkan kembali seorang tokoh dengan cara menceritakan kepribadiannya, kehidupannya, dll (tidak hanya what man is, tetapi why juga); (2) biografi harus mampu menghidupkan tindakan-tindakan dan pengalaman dan pengalaman-pengalaman orang yang dibiografikan, dan (3) harus mampu menempatkan tokohnya dalam kerangkan sejarah.