Tuesday, July 18, 2017

Perwira VS Sehati: Bukan Sekedar di Ganti, tapi ini Masalah Hati


arifsae.com - Tepat tanggal 17 Juli 2017 pukul 17:17, Kabupaten Purbalingga resmi mengganti slogan barunya. Purbalingga, yang sudah 28 tahun (red-1989) menggunakan slogan Purbalingga PERWIRA menjadi Purbalingga SEHATI. 

Sebelum menggunakan slogan PERWIRA, sebenarnya Purbalingga menggunakan slogan TIBAN ABADI (TERTIB, INDAH, BERSIH, AMAN, NYAMAN, ASLI BUDAYA SENDIRI). Pergantian ini ditetapkan oleh Bupati waktu itu, Drs. Soelarno pada era 1988-1989. Namun tak bertahan lama, slogan TIBAN ABADI diganti menjadi PERWIRA hingga kini.

Kali ini, pergantian slogan diaktori oleh Bupati Purbalingga saat ini, Pak Tasdi. Bupati yang sering sekali menorehkan rekor MURI ini kadang membuat kita bangga, dan kadang sampai kita geleng-geleng kepala karena terlalu semangat memecahkan rekor MURI, tapi kali ini situasinya berbeda. Karena pergantian slogan ini, seluruh masyarakat Purbalingga dibuat terkejut, tersetrum, termlongo, tersakiti dan ter-ter lain-lainnya. 

Bagaimana tak merasakan semua perasaan itu, kita sebagai warga Purbalingga tak tahu (atau saya yang kurang info) akan ada perubahan slogan, bahkan terkesan pergantian itu tanpa sosialisasi kepada masyarakat Purbalingga tapi tiba-tiba di launching. 

Dimedia sosial, berbagai reaksi masyarakat Purbalingga bermunculan, terbanyak berbicara tentang sebuah penolakan. Saya tahu, penolakan itu rasanya sakit. #eh.. Itu kan penolakan ketika kamu mengungkapkan cinta, tapi bertepuk sebelah tangan.☺☺

Yuuukk, kita sebagai warga Purbalingga berpikir secara jernih terlebih dulu. Silahkan simak opini saya pribadi, jangan terbawa emosi, Apa malah jangan-jangan yang menolak pergantian slogan itu juga tidak tahu makna PERWIRA dan SEHATI. Jadi mari kita bahas sedikit.
PERWIRA, Sudah Merasuk dalam Jiwa
Tahu arti PERWIRA? Sebelum terjadi penolakan pergantian nama ini, saya yakin banyak dari warga Purbalingga tak tahu akronim kata PERWIRA. PERWIRA merupakan akronim dari PENGABDIAN, RAMAH, WIBAWA, IMAN, RAPI dan AMAN. Kita bahas sedikit maknanya.
  1. PENGABDIAN, berasal dari kata ABDI. Proses pengabdian ini dilandasi untuk mengabdikan dan membaktikan diri demi kemajuan warga Purbalingga. Mengabdikan diri dalam bentuk tenaga, pikiran dan tindakan.
  2. RAMAH,  ramah tamah yang sudah dipraktekan warga Purbalingga menjadi hal sudah terkenal. Ramah dalam sikap dan perkataan, pandai dalam mengolah pergaulan karena sikap ramah dan tamah yang selalu dikedepankan.
  3. WIBAWA, merupakan sikap kepemimpinan, baik dalam sikap dan tingkah laku dalam keadaan sehari-hari. Penuh dengan kharisma dan memiliki pembawaan sehingga sikap dan perilakunya dihormati orang lain.
  4. IMAN, sisi ini yang terpenting, karena iman brkenaan dengan agama, keyakinan terhadap warga yang harus dihormati. Orang yang beriman memiliki ketetapan hati, yang berimbas pada keseimbangan dalam bertindak.
  5. RAPI, rapi memiliki makna enak dipandang mata, teratur dan tertata. Jika dalam hal pekerjaan, maka pekerjaan akan diselesaikan dengan baik. Dan apabila menyangkut penampilan, maka akan enak dilihat dan memancarkan kharisma terhadap orang lain.
  6. AMAN, keadaan Purbalingga seharusnya dilandasi dengan landasan yang jauh dari bahaya dan gangguan. Semua hal-hal yang berkaitan dengan gangguan akan ditindak dengan tegas. Sehingga bisa menimbulkan rasa yang aman dari segenap warga Purbalingga.
Itulah makna PERWIRA, sebuah nama yang sudah melekat dalam segenap jiwa warga Purbalingga. Karena dalam kata itu, tidak hanya terkandung arti dari setiap akronim didalamnya. Namun dalam kata Perwira mempunyai arti "gagah dan berani" atau bersifat kepahlawanan. Biarlah masalah ini kita bahas diakhir, sekarang kita bahas kata SEHATI terlebih dulu.
SEHATI harus dari HATI 
Slogan ini di launching dengan dasar PP Bupati No 66 Tahun 2017. Momen pergantian pun dipilih. Seperti biasa, Bupati Purbalingga memiliki rasa seperti anak muda saat ini, kalau melihat tanggal cantik, bawaanya ingin mempunyai moment istimewa, kalau bahasa anak muda cari gebetan dan "nembak" seseorang.

Tepat tanggal 17 bulan 7 tahun 2017 (170717) ditambah pukul 17:17 slogan ini resmi digunakan. Apa dasar Bupati kita merubah? Lalu maknanya apa? Mari kita lihat dari persepsi Pak Bupati.

SEHATI merupakan akronim SEJAHTERA, HARMONIS, AMAN, TERTIB, dan INDAH. Berikut sedikit maknya setiap katanya,
  1. SEJAHTERA, artinya kebutuhan warga Purbalingga harus terpenuhi lahir dan batin. Dalam hal ini, gaji-gaji Aparatur Sipil Negara akan dinaikan setiap tahun ganjil. Termasuk masyarakat Purbalingga pada umumnya.
  2. HARMONIS, harmonis ini dimulai dulu dalam rumah tangga dilingkungan Pemda Purbalingga, kemudian harmonis dengan para anggota legislatif, tokoh-tokoh penting di Purbalingga, dan antar masyarakat Purbalingga. 
  3. AMAN, seluruh aspek kehdiupan harus dilandasi dengan landasan keamanan. Aman disini baik fisik maupun non fisik. Keutuhan NKRI menjadi landasan utama digunakan kata aman ini, karena akhir-akhir ini banyak masyarakat yang ikut organisasi-organisasi anti-NKRI.
  4. TERTIB, mengandung arti adanya akuntabilitas secara administrasi tapi juga tertib secara konstruksi. Pelayanan masyarakat diutamakan dan pembangunan secara menyeluruh dalam masyarakat harus tertib dan teratur.
  5. INDAH, indah disini tentunya menyangkut pemandangan mata yang harus dirasakan oleh warga Purbalingga. Dalam hal ini, banyak pariwisata menjadi andalan dari Purbalingga untuk memanjakan mata.
Dan ternyata, angka 17 itu juga mempunyai arti, yaitu untuk mewujudkan visi dan misi sesuai RPJMD yang mewujudkan "Purbalingga yang mandiri berdaya saing menuju masyarakat yang sejahtera dan berkarakter mulia". Sesuai slogan visi dan misi pak Bupati. Tapi ini juga tak bagus bagi pendidikan Purbalingga, karena setiap Bupati punya visi dan misi yang berbeda. Kalau setiap ganti bupati ganti slogan, mau jadi apa Purbalingga ini?

Itulah penjelasan singkat tentang kata SEHATI, yang saya ambil dari suarabanyumas. 
PERWIRA vs SEHATI
Sudah tahu kan maknanya? Tapi yang saya rasakan bukan sekedar makna, tapi ini sudah menyangkut masalah "hati". Kadang urusan hati ini lebih rumit dibandingkan hanya dengan retorika dan birokrasi yang tak dimengerti oleh masyarakat. Coba bandingkan suku kata PERWIRA dan SEHATI?

Kata Perwira berarti "gagah dan berani", atau bisa diartikan sebagai sikap kepahlawan. Tak heran penggunaan nama itu, sangat layak, karena di wilayah Purbalingga ini terlahir para pahlawan nasional, yang namanya tak lagi diakui didaerah kita, tapi sudah diakui oleh seluruh rakyat Indonesia. Tentu tak asing dengan nama sang Jenderal Besar Soedirman, Bapak TNI, Pelopor perang Gerliya, dan Pahlawan yang namanya dijadikan nama-nama tempat diberbagai daerah di Indonesia.

Selain Panglima Besar Jenderal Soedirman, ada juga pahlawan Nasional lainnya dari Purbalingga, Usman Janatin namanya. Nama yang saya ambil untuk dijadikan penelitian, dengan judul "Patriot Bangsa dari Kota Perwira: Biografi Usman Janatin, 1943-1968". Saat ini sedang proses penulisan, masa iya, saya mau ganti judulnya jadi "Patriot Bangsa dari Kota Sehati". Lucu tur Wagu kan? Sejarah singkat hidup Usman Janatin bisa dilihat DISINI.

Bukankan kita harus bangga? para perwira-perwira yang mengharumkan nama Indonesia ini terlahir dari kota Purbalingga. Makanya, tak berlebihan nama "Perwira" juga sangat pantas untuk kota Purbalingga. Lalu bagaimana dengan SEHATI?

Dalam bahasa anak muda saat ini, kata ini tak asing ditelinga mereka dalam kehidupan sehari-hari. Maka tak heran, ada nasehat "jangan main-main dengan hati, karena kalau hati sudah terluka itu susah sembuhnya".

Apalagi kalau kita sudah sakit hati, bawaanya Baper (bawa perasaan) terus. Sungguh tak enak disakiti. Maka jangan pernah menyakiti kalau kita tak mau disakiti. Assekkk...

Ah, jadi ngelantur bicara tentang hatinya. Tapi intinya, jangan menghianati dan menyakiti hati. Karena apabila hati ini sudah merasa nyaman, maka logika apapun akan termentahkan.

Sama seperti pergantian slogan nama ini, Pemda sungguh sangat tergesa-gesa mengubah nama yang sudah mengakar dalam hati masyarakat Purbalingga. Jangan karena mengejar target tanggal cantik, akhirnya pergantian slogan ini tergesa-gesa dan terkesan tanpa sosialisasi yang jelas. 

Lebih baik, Pemda mengkaji ulang pergantian ini. Sangat berbahaya apabila nama ini terus dipakai, yang paling terkena imbasnya tentu Pak Bupati sendiri. Masyarakat pasti akan menilai pergantian ini sebagai sebuah hal yang melukai hati mereka. Imbasnya, justru pergantian slogan nama ini menjadi hal yang terbalik dengan makna yang diinginkan. Kita jadi tak merasa aman, menimbulkan kerisuhan ditengah masyarakat. Dan bahaya juga kalau efeknya akan berdampak pada suara Pak Bupati kalau mau mencalonkan lagi???

Kalau alasan Pak Bupati ingin menyamakan slogan ini dengan visi dan misi-nya, maka ini juga merupakan pendidikan politik yang tak baik. Padalah sudah ada 5 pergantian Bupati sebelum kepemimpinan Pak Bupati yang sekarang, dan mereka tak berani mengotak atik nama "PERWIRA" ini. Karena mereka sadar, jabatan mereka punya tenggat waktu, dan nama ini akan melebih masa jabatanya. Jadi apabila setiap pergantian Bupati merubah nama slogan, dari mana kita memantapkan jatidiri?

Menurut Kepala Dinkominfo, pergantian ini ingin mengikuti jejak kota-kota besar lainnya, seperti Solo dengan "The Spirit of Java", Pekalongan dengan Batik, Jogja dengan Istimewanya. Menurut saya, kita sudah memilikinya, dengan kata PERWIRA ini. Kita masyarakat yang terkenal dengan ke-perwira-anya, yaitu sikap kita yang gagah dan berani namun melindungi kebenaran (sifat kepahlawanan) sudah tercermin dari pahalawan besar yang terlahir dari rahim Purbalingga.

Kalau ingin seperti kota-kota besar lainnya, lalu apa hebatnya dengan kata "SEHATI"? bukankan setiap orang memiliki hati dan pikiran yang berbeda? Jangankan seluruh warga Purbalingga, dalam lingkup keluarga juga tak mungkin kita sehati selamanya. Pasti ada perbedaan. Jadi jangan memaksakan kata SEHATI, karena hatiku juga sudah ada yang punya. #ehhhh

Akhirnya tmbul sebuah pertanyaan, apakah memang sangat urgent pergantian slogan ini? Saya rasa tidak. Karena sekali lagi, ini masalah hati, tak akan mempan dihadapi dengan Peraturan Bupati. 

Justru yang lebih urgent saat ini rubahlah HUT Purbalingga. Karena HUT saat ini tak menjiwai semangat kearifan lokal dan tak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Pak Bupati berani???

Coba dilihat lagi? Masa iya, ketika setiap tahunya kita merayakan HUT Purbalingga, maka di sisi yang lain, kita sedang merayakan kekalahan Pangeran Diponegoro yang tak lain adalah Pahlawan Nasional yang gagah berani melawan kolonialisme Belanda. 

Sudahlah, saya tetap bangga menjadi orang Purbalingga yang Perwira. Semoga tulisan ini sampai pada pembaca yang mengerti pentingnya sebuah HATI. Dan akhinrya kita akan SEHATI kembali untuk mengganti slogan nama ini menjadi PERWIRA lagi. []