Rumah Sementara di Atas Danau |
arifsae.com - Tak seperti biasanya, pagi-pagi ini tak seperti biasa. Kali ini bangunnya agak siangan. Santai, sempat juga membuat teh dan masak mie dan menanak nasi. Meskin kami tahu, hari ini kegiatan terakhir untuk melakukan outbond.
Memang anak-anak yang ikut dibagi menjadi beberapa gelombang, tidak langsung satu hari. Karena keterbatasan waktu, akhirnya diringkas beberapa kegiatan. Kemarin saja, awalnya ketika meniki tantangan di outbond ini, semua anak dicoba untuk menaikinya. Tapi lagi-lagi memang tidak mungki, karena disamping personilnya kurang, juga hanya ada satu saja.
Pa Wawan yang Menawan |
Akhinrya, kemarin yang menaiki dari awalnya semua, dikurangi menjadi 5 anak setiap kelompok, dan menjadi 3 saja. Lumayan jadi mempersingkat waktu untuk berada dihutan. Sebelum memulai aktifitas, Pa Bima datang menggunakan motor dan mendengarkan beberapa keluhan. Juga Pa Tria yang datang terlambat, ternyata dia tadi malam tak ketenda karena menemui anak dan istrinya.
Keseruan berlanjut. Semangat untuk hari terakhir disini. Tidak seperti biasanya, ketika pertama disini, kondisi lingkungan juga lebih baik. Lintah juga tidak terlalu banyak. Hanya satu dua yang bisa teratasi.
Ada-ada saja hari ini. Dari cerita tentang anak-anak yang masih tereleset mengatakan pasword atau para kakak panitia yang mencoba menaikinya. Anak-anak juga banyak yang mengeluhkan karena tidak bisa menaiki semuanya. Tidak seperti hari pertama yang memperbolehkan, memang karena keterbatasan waktu sehingga harus dipangkas.
Siang hari ketika sudah selesai sekitar jam 1 siang. Memang seharusnya acara seesai jam 12, tapi memang kodisi dihutan tak seperti ditempat lain yang bisa diatur waktunya. Kami beristirahat sejenak dan menyatap makan siang. Tapi baru buka makanan siang, ternyata ada suara anak-anak sedang melanjutkan perjalanan.
Allahuakbar, makanan saja belum habis. Anak-anak sudah memulai kegitaan. Kami terpaksa siap-siap. Mata kantuk yang tak tertahan membuat saya pindah kesungai. Entah kenapa, karena mungkin terlalu lelahnya, saya tak terasa tidur selama satu jam dipinggir sungai.
Tapi karena bebrapa teriakan, akhirnya saya terbangun juga. Pusing rasanya. Panas cuacanya, baru makan pula, ditambah ngantuk yang luar biasa. Tapi saya paksakan untuk membantu lagi. Kegiatan ini akhirnya selesai juga. Kini giliran kakak-kakak pembiina mencoba satu persatu.
Kejadian ini juga menimbulkan gelak tawa yang meriah. Kakak-kakak yang dari awal hanya memarahi ketika para anak-anak akan naik, kini justru merasakan sendiri. Ternyata memang tidak mudah. Ada juga yang kram, terpeleset bahkan ada juga yang tak berani. Saya paksakan, harus berani.
Setelah Pa Wawan mencoba, saya juga harus mencoba. Memang benar, tidak semudah yang dibayangkan. Melihat kebawah seperti mau muntah. Karena memang jaraknya yang tinggi. Terlebih lagi, ketika mau turun, itu pengalaman paling mendebarkan. Tapi setelah dicoba asik ternyata.
Selesai juga hari ini. Dilanjutkan seperti biasa, kami mengolah cerita, memadukan kesan. Setelah mengistirahatkan diri ditenda, kami mandi. Mandinya dikali yang dingin namun bisa menguatkan badan. Hari ini ditutup dengan curhatan didanau. Malam terakhir, kisah dari cinta, cita-cita hingga derita yang pernah dialami kami diceritakan disini.
Rembulan malam yang tertutup gerimis hujan menambah suasana yang menawan. Hari ini betul-betul berkesan. Karena saking jarangnya kami ikut kegiatan dilapangan, kami sampai dijuluki manusi hutan. Saya nikmati, mari mengukir memori ini dihati.[]
Ada-ada saja hari ini. Dari cerita tentang anak-anak yang masih tereleset mengatakan pasword atau para kakak panitia yang mencoba menaikinya. Anak-anak juga banyak yang mengeluhkan karena tidak bisa menaiki semuanya. Tidak seperti hari pertama yang memperbolehkan, memang karena keterbatasan waktu sehingga harus dipangkas.
Siang hari ketika sudah selesai sekitar jam 1 siang. Memang seharusnya acara seesai jam 12, tapi memang kodisi dihutan tak seperti ditempat lain yang bisa diatur waktunya. Kami beristirahat sejenak dan menyatap makan siang. Tapi baru buka makanan siang, ternyata ada suara anak-anak sedang melanjutkan perjalanan.
Allahuakbar, makanan saja belum habis. Anak-anak sudah memulai kegitaan. Kami terpaksa siap-siap. Mata kantuk yang tak tertahan membuat saya pindah kesungai. Entah kenapa, karena mungkin terlalu lelahnya, saya tak terasa tidur selama satu jam dipinggir sungai.
Tidur di Kali |
Kejadian ini juga menimbulkan gelak tawa yang meriah. Kakak-kakak yang dari awal hanya memarahi ketika para anak-anak akan naik, kini justru merasakan sendiri. Ternyata memang tidak mudah. Ada juga yang kram, terpeleset bahkan ada juga yang tak berani. Saya paksakan, harus berani.
Setelah Pa Wawan mencoba, saya juga harus mencoba. Memang benar, tidak semudah yang dibayangkan. Melihat kebawah seperti mau muntah. Karena memang jaraknya yang tinggi. Terlebih lagi, ketika mau turun, itu pengalaman paling mendebarkan. Tapi setelah dicoba asik ternyata.
Selesai juga hari ini. Dilanjutkan seperti biasa, kami mengolah cerita, memadukan kesan. Setelah mengistirahatkan diri ditenda, kami mandi. Mandinya dikali yang dingin namun bisa menguatkan badan. Hari ini ditutup dengan curhatan didanau. Malam terakhir, kisah dari cinta, cita-cita hingga derita yang pernah dialami kami diceritakan disini.
Mari Mencoba |
Lanjut Hari Ke-56 DISINI.