Thursday, June 28, 2018

Rekreasi History, Edukasi dan Religi di Masjid Agung Demak

Naya, Ikhsan dan Akhsan
arifsae.com - Sore itu mati lampu dan hujan. Gelap yang menyelimuti sore itu dikagetkan dengan suara Lik Okta, "Ngesuk sida? Melu ya?"

"Lah, tapi bojoku ngaboti koh."

Sambil menengok ke istri, Lik Okta meyakinkan, "Geh, Arif kue butuh refresing."

Kata-kata yang akhirnya meluluhkan hati istri untuk menginjinkanku ikut ke Demak. Katanya, tujuan ke Demak kali ini untuk mendatangi Masjid Agung Demak, sebuah masjid para wali yang menjadi icon kota Demak. Alasannya, untuk memenuhi janji dan mengajak Mbah Puteri yang ingin ke Masjid Agung Demak.
                                                    ***
Pagi hari ini (26/06/18) saya sudah siap-siap. Begitu juga istri dan Naya yang akhirnya juga ikut. Kami rombongan menuju ke Demak jam 6 pagi, setelah semua seabreg-abreganya dibawa akhirnya kami berangkat juga.

Perjalanan lancar, hanya sempat satu kali tersesat, untung saja ada Mba Assisten Google yang siap menunjukan arah. Meski jalanan macet, tapi kami menikmati perjalanan dengan canda tawa dan obrolan keluarga.
Masjid Agung Demak dari Depan (dokpri)
Akhirnya, siang itu, tepat jam 12.30 kami sampai ke salah satu masjid tertua di Indonesia ini. Pemandangan ramai orang terlihat, ada yang sedang melaksanakan solat diluar, juga ada yang melakukan solat di luar masjid. 

Saya langsung mengambil air wudhu bagian laki-laki, tepat disisi kanan. Untuk tempat wudhu perempuan disisi kiri. Saya langsung mengambil wudhu, air wudlu ini begitu sejuk, karena memang kondisi saat itu sedang panas-panasnya.
Tempat Wudhu Laki-Laki (dokpri)
Melihat atap-nya yang anggun itu, saya menjadi teringat pesan dosen dulu ketika ke Masjid Demak ini, "tiga bagian atap masjid menggambarkan, Iman, Islam dan Ihsan." 

Arsitektur masjid ini sangat kental dengan nuansa Jawa nya. Biasanya, masjid modern menggunakan kubah, namun masjid ini berbentuk limas bersusun tiga. Jadi masjid ini merupakan cerminan budaya Jawa yang masih menjadi acuan masjid-masjid diberbagia daerah di Indonesia.
Sisi Kanan Masjid (dokpri)
Diserambi depan, ada banyak jamaah yang sedang melaksanakan solat. Mungkin mereka merupakan rombongan dari daerah yang jauh dan ingin mengadakan ziarah ke sini. 

Tidak jarang juga, mereka tiduran, karena udara memang panas. Dan disinilah udara sejuk menawarkan kenyamanannya. Mereka biasanya berasal dari jauh, sehingga wajar saja banyak yang tiduran, bahkan mungkin tidur benaran.
Pengunjung Tiduran (dokpri)
Sehabis mengambil air wudhu, saya masuk. Begitu terasa kesakralannya. Ada 4 tiang utama. Tiang ini disebut "saka guru" yang konon berasal dari serpihan-serpihan kayu yang disusun, sehingga dinamai sebagai saka tatal. Saka tatal ini dipercaya dibangun oleh 4 wali dalam satu hari.

Sedangkan bagian serambi berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut sebagai Saka Majapahit. Didalam juga ada "Pintu Bledeg", yang memuat Candra Sangkala. 

Menurut info, bacaanya Naga Mulat Salira Wani, dengan makna 1388 Saka atau 887 Hijriyah, kalau tahun masehinya 1466 M. Tahun dimana masjid ini didirikan. Masih banyak bagian-bagian masjid yang antik dan kharismatik.
Depan Masjid Demak (dokpri)
Masjid ini didirikan pada masa Raden Patah, raja pertama Kasultanan Demak pada abad ke-15. Bersama para wali, Raden Patah mendirikan masjid ini untuk menjadikan pusat persiaran penyebaran agama Islam waktu itu. Masyarakat setempat percaya bahwa masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya para wali songo.

Ketika selesai melaksanakan solat Duhur, saya keluar. Memang saya tidak mau memfoto bagian dalam, karena ada larangan menggunakan kamera didalam. Saya mengikuti dan menghormati arahan itu. Saya duduk sebentar, melihat menara yang menjulang tinggi.
Menara Masjid (dokpri)
Menara ini berada dihalaman sisi selatan. Bahan bangunannya berasal dari baja siku. Kaki menara berukran 4x4 meter serta ketinggian 22 meter. Atap menaranya berbentuk kubah dengan hiasan bulan sabit serta lengkungan-lengkungan yang ada pada dindingnya.
Situs Kolam Wudlu (dokpri)
Situs Kolam Wudlu (dokpri)
Mata ini beranjak kearah kiri. Ada sebuah situs kolam air wudlu yang sudah diberi pagar pembatas dan tidak boleh dipakai lagi. Kolam ini awalnya dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid untuk menjadi tempat berwudlu.

Wisata history ini tidak lengkap kalau tidak sekaligus untuk berziarah ke makam kasultanan. Wisata religi ke makam kesultanan ini berada tepat disisi kolam wudlu. Saya masuk dengan melepas alas kaki dan dibawa masuk, karena didalam sana ada tempat untuk menaruh alas kaki peziarah.
Pintu Masuk ke Makam Raden Patah (dokpri)
Sebelum pintu masuk, ada berbagai informasi yang dipajang didepan. Salah satunya silsilah Raden Patah dan informasi tentang Haul Agung. Ada juga beberap dokumentasi masjid masa lalu dan beberapa peninggalan masjid yang masih terjaga hingga saat kini. 
Silsilah Raden Patah (dokpri)
Barulah setelah puas melihat-lihat informasi, saya masuk kedalam. Untuk masuk kedalam, tidak dikenakan biaya, hanya saja kita diarahkan untuk seikhlasnya memberikan infak dikotak. Lebih baik sendal atau sepatu bawa, karena pintu keluarnya berbeda arah.
Pintu masuk menuju makam (dokpri)
Tidak perlu waktu lama berjalan, saya sudah sampai di kompleks makam Raden Patah. Makamnya berbentuk kijing sederhana dari bahan pualam kuning dibagian luar tungkub makam Sulatan Trenggono.

Batu kualam kuning yang dijadikan makam Raden Patah adalah untuk menggantikan batu andesit yang sudah lama. Tapi sayang, ini justru menghilangkan kesan kuno dari makam ini, jadi sedikit mengurangi kesakralannya.
Rak Sandal (dokpri)
Berdoa (dokpri)
Salah Satu Makam (dokpri)
Disekitar makam, ada beberapa makam-makam lainnya. Seperti makam Adipati Unus, Pengeran Sekar Sedo Lepen, Pangeran Mekah, Pangeran Ketib dan makam adik kandungnya, Raden Kusen Adipati Terung. Para peziarah dengan khusuk berdoa dan membacakan tahlil.

Setelah berdoa sebentar, saya diarahkan untuk memasuki pintu keluar. Dipintu keluar ini juga banyak orang yang meminta-minta meminta sumabangan dari pengunjung. Tapi saking banyaknya, jadi bingung mana yang harus dikasih dan mana yang diacuhkan. Banyak juga yang masih sehat secara fisik.
Belanja Oleh-Oleh (dokpri)
Berjalan sebenatar sudah disuguhi berjejer tempat belanja dan oleh-oleh khas Demak. Tinggal beli saja sesuai selera, kalau saya hanya lihat-lihat saja, istri terutama yang paling antusias. Dasar emak-emak, tidak bisa lihat barang-barang, apalagi ada diskonnya.😆

Berjalan sebentar, saya sudah keluar dari kompleks oleh-oleh khas Demak, dan memutar untuk kembali ke depan masjid lagi. Dijalan, saya menemkan tempat informasi, disinilah seharusnya menjadi tempat untuk menanyakan segala sesuatu tentang Masjid Agung Demak.
Pusat Informasi (dokpri)
Sebenarnya masih ada satu tempat lagi yang belum sempat saya datangi, yaitu Museum Masjid Agung Demak. Didalamnya menyimpan berbagai benda purbakala yang merupakan jejak sejarah para wali dan eksistensi Masjid Agung Demak hingga kini.

Sayang, tempat ini sedang tutup. Tidak bisa didatangi untuk hari ini. Letaknya berada disebelah utara situs kolam wudlu bersejarah.
Museum (dokpri)
Sayang Tutup (dokpri)
Inilah perjalanan sehari yang mengesankan. Daripada jalan-jalan kemana-mana yang tak jelas, mending mengajak anak untuk rekreasi sekaligus wisata religi dan memberikan edukasi kepada anak. Jadi dapat jalan-jalannya, dapat pula nilai pendidiiaknnya.

Mungkin lain kali saya bisa berkunjung ke museum ini. Sebenarnya dulu waktu mahasiswa pernah berkunjung ke museum ini, tapi foto-fotonya lupa dimana sekarang.😏 Untuk lebih melengkapi koleksi, saya sempatkan foto terlebih dulu sebelum mengakhiri jelajah multi fungsi ini.
Alun-alun Demak (dokpri)
Foto diambil Naya (dokpri)
Mama dan Naya (dokpri)
Lokasi masjid ini di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Jawa Tengah. Untuk makanan, tenang saja, banyak penjual dipintu masuk, apalagi kalau sore hari, akan sangat ramai pengunjung. Sebagian besar mereka hanya duduk dan bersantai dialun-alun. So, tunggu apalagi, kapan berkunjung ke Masjid Agung Demak ini?[]