Sunday, December 20, 2020

Metode Iqro dan Metode Qiroi Part 7 #SeriBiografiKHAsadHumam

Cover Buku

arifsae.comTulisan ini adalah rangkaian buku "Mengenal Tokoh Penggagas Buku Iro". Bagian ini adalah lanjutan dari bagian Part 6 DISINI. Tulisan ini adalah lanjutan bab berikutnya. Semoga bermanfaat...

***

Lahirnya metode Iqro tidak bisa diepaskan dari kondisi sosio kultur dalam diri KH As’ad. Lingkungan yang membentuk pola pikirnya adalah lingkungan Muhammadiyah. Lewat organisasi inilah akhirnya KH As’ad berkenalan dengan KH Dahlan Zarkasyi, tokoh yang menggagas metode Qiroati. Beliau menggagas metode Qiroati tahun 1963 karena melihat pengajaran Al Quran yang tidak tartil, terutama tidak adanya ilmu tajwid.


Hubungan silaturahmi antara KH Dahlan Zarkasyi dengan KH As’ad Humam pada awalnya berlangsung dengan akrab. Pertemuan itu berawal dari tahun 1973, ketika KH As’ad Humam pertama kali bertemu dengan KH Dahlan Zarkasyi, yang merupakan rekan bisnis H Humam dahulu. KH As’ad Humam gemar pijat, dan kebetulan KH Dahlan juga membuka praktik pijat sehingga berawal dari silaturahim ini kemudian KH As’ad Humam mengenal metode Qiroati.


Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan KH As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al Quran. Mulailah KH As’ad Humam bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada KH Dahlan Zarkasyi. KH As’ad mulai mengembangkan metode Qiroti, sering juga kedua tokoh itu berkirim surat untuk saling berkoreksi, sehingga KH As’ad akhirnya memberikan masukan kepada metode Qiroti.


KH As’ad juga berkunjung dengan rombongan Team Tadurus AMM ke Semarang. Namun sejak kunjunga itu, surat-surat kedua tokoh itu menyiratkan perbedaan pandangan. Dan sepertinya ketidak sepahaman dari kedua tokoh ini dikarenakan kesalahan persepsi, dimana KH As’ad Humam lebih  fokus membicarakan kemajuan yang dicapai dengan metode Qiroati dan beberapa penambahan, sementara itu KH Dahlan memfokuskan pada permasalahan   mengenai pengakuan penggunaan metode Qiroati miliknya.


Beberapa kali berbalas surat, yang disimpulkan oleh AMM bahwa, (1) beliau (KH Dahlan) mengharapkan infaq untuk Mujawiddin; (2) nama beliau (KH Dahlan) dicantumkan dalam buku Iqro; (3) beliau   (KH   Dahlan)   mengharap   kiriman buku   Iqro   untuk menyebarluaskan; (4) beliau berjanji untuk tidak akan mengatakan bahwa buku Qiroati lebih baik dari pada buku Iqro.


Hanya saja dikarenakan metode Qiroati lebih dahulu ada, maka kesan penjiplakan itu seperti benar- benar dilakukan oleh KH As’ad Humam, dan menurutnya pemberitaan bahwa Iqro menjiplak Qiroati menjadi sebuah fitnah. Namun juga bukan tidak  mungkin bahwa  pihak KH Dahlan mempunyai  keinginan lebih dalam hal pengakuan sebagai inspirator, ataupun bisa jadi mengenai keuntungan materiil dari buku Iqro yang dianggap menjiplak buku Qiroati.


Karena perselisihan yang semakin berlarut, KH As’ad Humam rupanya memilih untuk semuanya diserahkan kepada Allah SWT, dan menyatakan bahwa klaim-klain dan tuduhan KH Dahlan tidaklah wewenang manusia untuk menilainya.  Ini terlihat dari beberapa coretan mengomentari kata-kata dalam surat dan puisi-puisi berisi nada kekecewaan dari KH  Dahlan dengan kata-kata  yang positif, dan tidak jarang disertai beberapa ayat pengingatan.


Bagi KH As’ad Humam,  yang terpenting adalah  bagaimana  menyusun  sebuah metode  yang  paling mudah serta yang terpenting adalah bagaimana mengajak sebanyak- banyaknya, anak-anak terutama, untuk bisa membaca Al Quran. Ia juga tidak mempermasalahkan dan tidak ambil pusing dengan anggapan penjiplakan tersebut meski dalam beberapa kesempatan dihujat. Dahulu menurutnya banyak kalangan  yang menentang metode Iqro, terutama di Semarang, namun kini mereka justru memakai metode Iqro. Bahkan sudah digunkan diseluruh Indonesia.[]

Bersambung...Part 8 DISINI.