Saturday, July 22, 2017

Jogja Lebrary Center: Surga Arsip Koran, Majalah, dan Jurnal era 1945 hingga 2000-an

Jogja Library Center dari Depan
arifsae.com - tanggal 17 Juli 2017, tepat ulang tahun istri saya. Tak ada kado istimewa dan tak ada rencana merayakanya. Bukannya tak cinta, tapi kita memaknainya dengan cara kita. Tanggal itu juga, saya dan keluarga berencana untuk mengunjungi sebuah tempat.

Tempat ini merupakan tempat kumpulan arsip-arsip kuno yang masih tersimpan rapi. Dari artikel, koran, buku bahkan jurnal hingga majalah tertata rapi disini. Tepat ini bernama Jogja Lebrary Center (JLC) yang merupakan kepanjangan tangan kanan dari Arsip ġaerah Yogyakarta.

Gedung ini merupakan gedung dua lantai dan sudah termasuk kedalam cagar budaya yang dulunya adalah toko buku dan penerbit "Kolf Bunning", makanya kesan kuno jelas terasa ketika pertama kali melihatnya.

Kami menuju ke Jogja bersama keluarga. Tidak terlalu lama jarak tempuh dari kota kami (Purbalingga) menuju Jogja. Sekitar 4 hingga 5 jam perjalanan kami lewati. Tujuan saya kesini tentu ingin mencari referensi berupa surat kabar dan koran era 1960-1968. Untuk apa? Saya sedang meneliti dan menulis biografi Usman Janatin. Siapa dia? Kalau penasaran silahkan lihat DISINI.

Kami sampai Jogja sekitar pukul 08.00. Tempat JLC ini berada disekitaf Jalan Malioboro. Pusat oleh-oleh yang menyediakan kepuasan untuk melampiaskan dahaga belanja. Komplek JLC tak jauh dari DPRD Yogyakarta,  sekjtar 300M. 

Setelah memarkirkan mobil di Hotel Inna Garuda, saya berjalan kaki menuju ke JLC, karena memang tak jauh. Hanya menyebrangi jalan. 

"Akhirnya,  sampai juga. Inilah tempat surga koran lawas, tempat yang sudah lama saya incar". Begitu kataku dalam hati. 

Ketika memasuku JLC, kondisi masih sangat sepi. Karena memang pelayanan dimulai dari pukul 08.00. Ketika membuka pintu, pemandangan yang tak terkira terlihat.  "Bersih,  rapi,  tenang", menjadi hal yang tak bisa dihindarkan. 
Keadaan dari Pintu Masuk
Ketika pertama masuk, petugas akan meminta kita mengisi daftar pengunjung. Sambutan yang ramah ini membuat suasana yang nyaman lebih terasa lagi. Setelah menulis daftar pengunjung, saya dimintai identitas dan disuruh meletakan tas dan barang bawaan untuk djtaruh diloker. 

Setelah proses itu selesai, tinggal terserah kita mau menjelajahi arsip-arsip tahun 1945 sampai sekarang. Berbagai koleksi koran seperti Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Kompas, Bernas dan Suara Karya ada disini.

Ada juga koleksi majalah, seperti Djoko Lodang, Penyegar Semangat, Gatra. disini juga ada koleksi khusus Jepang, yaitu Kyoto Book Corner.

Kalau kita mau mencari salah satu koran ada pilihan alternatif pencarian. Ada dua macam model pencarian,  pertama,  secara digital.  Dan yang kedua, secara manual. 
Koleksi yang Tertata Rapi
Untuk yang digital,  memang koran-koran yang sudah sangat rapuh termakan usia,  dan biasanya korannya sudah sangat lawas, era 1940-an hingga 1998. Kita bisa mencari ini dengan menyalakan komputer dan silahkan bergelut dengan mouse.  Yang penting "wani mumet". Hahaaa

Aturan yang harus dipenuhi dan wajib dilaksanakan bahwa kita tidak boleh memindahkan file digital ke flasdisk, tidak boleh menyalakan internet. Yang boleh kita lakukan adalah memfoto dan memvedio secara mandiri. Berani mumet kan?

Untuk yang digital, memang tidak semuanya ada. Hanya koran-koran tertentu yang didigitalkan. Kalau mau lebih lengkap, kita lihat koleksi di rak dan mencari secara manual. Pencarian secara manual ini justru lebih mudah dan lebih lengkap. Karena tulisan tahun-tahun sudah terpasang dibagian depan koleksi. Jadi kita dimanjakan dengan mencari taun-taun itu. 

Aturan secara manual juga tak sulit. Tinggal kita ambil, baca sepuasnya dan yang terpenting kita mau menaruh ketempat semula. Untuk membuka koranya kita juga harus hati-hati, karena ada beberapa yang sudah sangat rapuh. 
Salah satu Koleksi dari Kedaulatan Rakyat
Tidak hanya koran saja. Di JLC ada juga koleksi yang khusus membahas tentang sejarah Yogyakarta. Tepatnya dilantai 2. Setelah puas mencari dilantai 1, saya melanjutkan untuk menuju kelantai dua. 

Suasana yang rapi sangat terasa. Ada beberapa ruang pertemuan, yang disediakan kalau kita mau berdiskusi. Semuanya bertema klasik. Karena bangunan ini juga merupakan bangunan kuno. 

Koleksi diatas masih belum didigitalisasi,  karena memang lebih banyak koleksi majalah dan buku kuno tentang Yogya. Silahkan menikmati keindahan dan surga arsip koran disini. Sepuasnya dan GRATIS TISS, Tanpa dimintai biaya apapun, yang penting "wani mumet", istilah yang diberikan istri saya. 

Tempat yang memang dicari-cari bagi siapa saja yang ingin kembali kepada memori masa lalu. Semoga kedepannya, tempat ini yang masih terkepung dideretan toko Malioboro bisa bertahan dan menjadi pendidikan bagi anak cucu kita nantinya. []