Thursday, October 6, 2016

Asal Mula Desa Candiwulan dan Legenda Nyai Ronggeng

Kantor Desa Candiwulan
Sekarang desa Candiwulan berada di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Terbentuknya desa ini berawal dari legenda, berikut cerita yang beredar di masyarakat tentang terbentuknya Desa Candiwulan.

Soloboyo Parikesit atau Soloboyo nama panggilannya. Yaitu putra tunggal dari pasangan suami istri Nyai Ratawalu dan Ki Parikesit. Dinamakan Soloboyo karena kedua orang tuanya berasal dari kota Solo dan kota Surabaya. Usia Soloboyo sudah menginjak 30 tahun, tetapi Soloboyo juga belum mempunyai pasangan hidup. Para wanita di desa tempat tinggal Soloboyo tidakada yang mau menikah dengan Soloboyo karena Soloboyo terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, jadi para wanita desa takut apabila menikah dengan Soloboyo, Soloboyo tidak bisa menafkahi dirinya dan anak anaknya kelak. Akhirnya Soloboyo memutuskan untuk merantau keluar desa untuk mencari pasangan hidup yang bisa menerima Soloboyo yang apa adanya.

Soloboyo terus menerus mencari usaha dan doa kepada Allah SWT supaya mendapatkan pekerjaan dan pasangan hidup yang baik hatinya dan baik rupanya. Setelah sekian lama mencari akhirnya Soloboyo mendapatkan pasangan hidup yang bernama Purnamasari. Purnamasari mau menjadi pasangan hidup Soloboyo tetapi Purnamasari meminta satu syarat yang harus dipenuhi oleh Soloboyo. Syarat tersebut yaitu Soloboyo harus mencarikan tempat untuk Purnamasari yang tempat tersebut bisa untuk melihat bulan purnama dengan jelas.

Sudah 5 hari lamanya Soloboyo mencarikan tempat yang diinginkan oleh Purnamasari tetapi Soloboyo tetap belum juga menemukannya. Soloboyo pasrah dan duduk di batu besar yang berada di tengah tengah hutan belantara. Saat Soloboyo duduk, Soloboyo tidak sengaja melihat langit langit, ternyata di langit tersebut ada bulan purnama yang menerangi. Sesudah tau kejadian tersebut, Soloboyo menghadap ke belakang. Soloboyo kaget karena ternyata di belakang dimana tempat ia duduk ada sebuah candi yang ukuranya cukup besar. Candi tersebut kelihatan sangat terang karena terpapar sinar bulan purnama yang menerangi.

Malam ke esokan harinya, Soloboyo mengajak Purnamasari untuk menuju ke tempat tersebut. Candi yang ditemukan oleh Soloboyo tersebut dinamai oleh Soloboyo dan Purnamasari dengan nama candi wulan purnama. Soloboyo sanget bahagia karena akhirnya Soloboyo dapat mempunyai pasangan hidup yaitu Purnamasari.

Satu tahun sesudah Soloboyo dan Purnamasari menikah, Soloboyo membangun satu keraton yang akan digunakan untuk tempat tinggal dirinya dan Purnamasari. Setelah lama kelamaan Soloboyo dan Purnamasari tinggal di desa tersebut,desa tersebut menjadi rame. Banyak orang orang yang datang untuk bertempat tinggal di desa tersebut. Orang orang yabg tinggal di desa tersebut menamakan desa tersebur desa CANDIWULAN karena di desa ini ada candi wulan purnama. Candi wulan purnama tersebut yang menjadi bukti terbentuknya desa Candiwulan.

Setiap tanggal 15, masyarakat desa Candiwulan mengadakan pengajian bulan purnama untuk berdoa kepada Allah SWT untuk meminta keselamatan dan keberkahan masyarakat desa candiwulan. Masyarakat desa Candiwulan mengadakan tradisi DAMEL TUMPENG SEGA KUNING yang lauknya hanya telur rebus untuk memperingati hati jadinya desa Candiwulan. Tumpeng nasi kuning mengibaratkan candi wulan purnama dan Telur rebus mengibaratkan bulan purnama.

Legenda Nyai Ronggeng
Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa yang kini disebut dengan Desa Candiwulan, di desa tersebut tinggalah seorang wanita cantik berparas anggun dan bertubuh molek, dia termasuk bunga desa di desa tersebut dan dia pandai menari. Ketika itu adalah masa dimana kejayaan bagi para penari. Para penari itu biasa dipanggil ronggeng atau nyai ronggeng. Kecantikannya terkenal sampai ke penjuru desa, hampir semua pemuda di desa itu pun jatuh cinta kepadanya. Ia pun bingung bagaimana untuk memutuskan siapa yang pantas mendapatkannya. Mengingat bahwa ia adalah seorang ronggeng yang cukup popular, ia memanfaatkan kepopuleranya dan ia pun tidak ingin jual murah kepada mereka. 

Maka untuk memutuskannya, diadakanlah sebuah sayembara untuk memutuskan secara adil siapa yang berhak dan pantas mendapatkan sang ronggeng ini. Lalu diadakanlah sayembara tersebut, persaingan terjadi sangat ketat di antara para pemuda. Dari sekian banyak pemuda yang mengikuti sayembara tersebut, hanya menyisakan tiga orang pemuda saja. Lalu sang ronggeng pun bingung bagaimana untuk memilih satu dari ketiga pemuda tersebut untuk menjadi pasangan hidupnya. 

Akhirnya diadakanlah kembali sayembara tersebut dan ini untuk yang terakhir, untuk memutuskan satu diantara ketiga pemuda itu yang pantas mendampinginya. Setelah beberapa sayembara diadakan, tidak ada satupun yang mau kalah atau pun menang, ketiga pemuda tersebut masih tetap kuat mengikuti sayembara demi bisa mendapatkan si Nyai Ronggeng. Nyai Ronggeng pun akhirnya bimbang, karena sudah kehabisan akal. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih satu dari ketiga pemuda yang menurutnya paling tepat untuk menjadi pendampingnya. Namun, kedua pemuda yang lain tidak rela dan mereka merasa mereka juga pantas untuk menjandi pasanganya.

Akhirnya terjadilah pertarungan hebat antara ketiga pemuda tersebut, pertarungan pecah. Sang ronggeng menjadi panik karena pertarungan tersebut sudah berlangsung 7 hari 7 malam dan tidak ada yang mau menyerah. Sang ronggeng pun berusaha untuk menghentikan pertarungan itu tetapi tidak bisa. Akan tetapi, ketika mereka sedang bertarung tanpa disengaja dari salah satu pemuda itu terlemparlah sebuah keris yang tanpa disadari keris tersebut mengenai tubuh sang ronggeng. Sang ronggeng itu pun akhirnya jatuh dan mati karena keris itu ternyata keris beracun yang sengaja diberi racun untuk menjaga diri. 

Sontak  ketiga pemuda itupun terkejut dan menghentikan perkelahian tersebut, mereka merasa menyesal, kecewa, dan juga sedih atas kepergianya. Usaha mereka pun sia-sia untuk mendapatkan wanita yang begitu mereka idamkan. Mereka merasa sangat menyesal, namun akhirnya untuk mengenang kecantikan dari Nyai Ronggeng mereka memutuskan untuk memotong tubuh ronggeng itu menjadi tiga bagian, dan masing-masing pemuda itu mendapat bagiannya masing-masing. 

Kemudian bagian kepala diberikan kepada pemuda pertama, ia menguburkannya di sebelah timur desa, lalu bagian tubuh diberikan kepada pemuda kedua, ia menguburkannya di bagian tengah desa, dan pemuda ketiga mendapat bagian tangan dan kaki, ia menguburkannya di sebelah barat desa. Dahulu cerita ini sangat populer didaerah tersebut, tetapi seiring dengan perkembangan zaman cerita tersebut mulai luntur dan banyak orang yang sudah tidak percaya dengan kisah tersebut.

Namun hingga saat ini, makam tempat Nyai Ronggeng itu masih ada dan masing-masing ada di tiap RW, yaitu RW 01, 02, dan 03. Makamnya pun dianggap keramat oleh warga setempat.

Sumber Referensi: 
pujilestari29.wordpress.com., diakses pada tanggal 6 Oktober 2014
http:/alas-news.blogspot.com/2012/03/asal-usul-desa-candiwulan.html?m=1., diakses pda tanggal 15 november 2016.