Sunday, February 19, 2017

Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX [Resensi]

Buku Koleksi Pribadi

Identitas buku :
Judul Buku      : Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut, Sejarah Kawasan Laut                                     Sulawesi Abad XIX
Penulis            : Adrian B. Lapian
Penyunting      : JJ Rizal
Penerbit          : Komunitas Bambu
Kota Terbit      : Jakarta
Tahun terbit    : Cetakan Pertama, Agustus 2009.

Resensi Buku:
Buku ini merupakan bagian-bagian dari desertasi AB Lapian yang ditulis sekitar tahun 1986 hingga 1987 di Universitas Gadjah Mada. Buku ini merupakan dobrakan besar dalam historiografi Indonesia yang mengacu pada studi orang-orang kecil. Orang-oang kecil yang dimaksud adalah mereka yang juga mempunyai peran dalam sejarah, bukan hanya kalangan “elite” yang sudah biasa menempati penulisan sejarah pada umumnya.
Tentunya hal ini menjadi lumrah, karena promotor dalam disertasi AB Lapian ini merupakan inisiator sejarah dari versi orang kecil, Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, yang juga merupakan pendobrak penulisan sejarah dari disertasi tentang Pembrontakan Petani di Banten. Ada yang mengatakan, Apabila Sartono Kartodirdjo merintis sejarah dari sudut pandang orang kecil di darat, maka AB Lapian merintis penulisan sejarah dari sisi laut, tema yang sama sekali baru waktu itu.
Bab pertama dalam buku ini membahas tentang pendahuluan selayaknya disertasi, mengenai metodologi dan teori tentang penulisan. Kemudian pada Bab II, memulai dengan keterangan fisik yang ada diwilayah Laut Sulawesi, seperti pulau-pulau, semenenjung, bentuk pegunungan dan dataran yang mengenai laut. Seetlah itu, penduduk sekitrar kepuluan itu juga dibahas, terutama penduduk yang bercirikan khas kemaritiman. Pada akhir Bab II, memberikan pengantar keadaan laut Sulawesi sebelum abad XIX untuk membuka pada bab-bab berikutnya.
Selanjutnya pada Bab III, mengkhususkan pada perhatian tipe ideal orang laut. Penjelasan tentang orang laut yang dalam arti sebenarnya, yaitu orang yang mempunyai budaya semurni-murninya dalam kebudayaan bahari. Dalam wilayah Laut Sulawesi, definisi orang laut dikenal dengan berbagai nama, seperti Bajau atau Bajo, Sama, Samal, Samal Laut. Disamping itu, ada juga suku yang disebut sebgai Talaud, Tondano atau Tolour, Maranao, Ilanau atau Iranum, dan lainnya. Semua penyebutan itu merupakan arti dari orang laut, meskipun mereka bermukim dan bertempat tinggal menetap didarat.
Pada Bab selanjutnya, Bab IV membicarakan tipe ideal Bajak Laut. Istilah bajak laut sulit diterjemahkan kedalam salah satu bahasa Eropa Barat. Fenomena bajak laut ini sudah dikenal sejak ada berita tentang pelauarana dan perdagangan lintas laut. Malah pada masa awal sukar dipisahkan antara perdagangan dan perbajakan dilaut. Dimasa awal pun, kawasan Asia Tenggara bisa dilacak dari tahap awal masa historis. Bajak laut bisa dikatakan sebagai orang yang mencari rezekinya dilaut bebas untuk menghindari atau keluar dari ikatan-ikatan dengan sistem politik yang berlaku.
Pada Bab V, membahas khusus tentang tipe ideal Raja Laut. Dalam hal ini, diperluakan sebauh istilah Raja laut. Raja laut tidak dapat bertindak sendiri tanpa pengikut atau anak buahnya. Oleh sebab itu, perlu kerjasama antara Orang Laut yang biasanya menempati strategis. Orang Laut biasanya dipakai untuk menyusun armada tempurnya. Tetapi adakalanya kebutuhan akan tenaga dikapal dipenuhi dengan adanya tenaga budak. Dalam hal ini Raja Laut bekerjasama dengan Bajak Laut yang bertindak sebagai leveransir budak belian.
Saingan berat dari pada Raja Laut pribumi adalah kekuatan-kekuatan yang sudah ada di Laut Sulawesi dan menganggap dirinya sbeagai Raja Laut juga. Mereka pada abad XIX menjadi Adiraja Laut kerena berhasil menggunakan tekhnologi baru dalam dalam bentuk tenaga uap dalam pelayarannya. Disatu pihak, ada persaingan-persaingan antara kekuatan kolonial dan kerajaan-kerajaan pribumi.
Di wilayah Laut Sulawesi ada pula usaha agen jabatan Raja Laut yang diserahkan kepada orang Barat. Pada abad ini, negara-negara Barat seolah saling berlomba mencari daerah Jajahan, seperti Spanyol, Inggris dan Belanda. Disamping itu ada juga negara lain yang mencoba bercokol disini, seperti Prancis, Jerman, Belgia dan Italia. Pada abad XIX ada Amerika Serikat di kepulauan Filiphina.
Demikian ringaksan lima bab dalam buku ini. Kelebihan buku ini mengangkat sisi sejarah dari sudut pandang laut, yang justru tidak dilirik oleh sejarawamn lainnya pada masanya. Justru isu ini yang menjadi poros dalam penulisan sejarah era Presiden Jokowi daam visinya menjdikan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia. Untuk memahami tentang kehidupan maritim di Laut Sulawesi, kita perlu membuka karya fenomenal ini lagi. Demikian resensi buku "Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX". Kekurangan resensi ini seluruhnya ada pada saya, tanpa mengurangi kebanggaan memiliki karya luar biasa ini. Terimakasih.;)