Saturday, August 26, 2017

Jangan Kuliah di UNY,...

arifsae.com - Selalu ada cerita tentang cita dan asa di masa muda. Tak jarang, episode meraih cita dan asa ini menyapa dengan cinta dijalan-jalan yang penuh dengan bunga kehidupan. Terkadang perasaan ini diwarnai dengan perasaan melankolis apabila menyaksikan keindahan yang mengandung segudang rasa optimis. Iya, ke-optimisan itu pertama kali saya lihat setelah mengakhiri baju putih abu-abu di SMA, anugrah Allah itu terkumpul dalam pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dari ratusan ribu pendaftar di seluruh Indonesia, saya termasuk dalam 101.906 siswa yang dinyatakan diterima SNMPTN Tahun 2017 ini.

Inilah langkah awal saya untuk meraih sebuah cita-cita. Allah membukakan pintunya dengan mudah, mempersilahkanku masuk dengan ramah. Rasa syukur jadi sebuah kewajiban yang senantiasa harus tercurahkan. Saya beritahu orang-orang tercinta, terutama kedua orangtua. Mereka bahagia mendengarkanya, terlebih tak lupa terselip sebuah doa dari mulut mulia mereka untuk awal perjalanan ku meraih asa. Iya, modal pertama telah aku dapatkan, bermodal hanya dengan sebuah doa dan cinta dari kedua orangtua. Selebihnya, biarkan saya yang berusaha untuk setinggi mungkin melahap semua tahapan pendidikan.

UNY dan WCU
Saya meyakini, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan pokok. Seperti kebutuhan makanan yang harus rutin kita cari dan pakaian yang harus kita kenakan setiap hari. Pendidikanpun seperti itu, dari pertama membuka mata didunia hingga mati menjemput kita, pendidikan harus kita lahap sepuasnya. Seperti Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW, "Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat". Mengapa harus pendidikan? Karena pendidikan merupakan usaha yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu sepanjang hayat kearah pembinaan manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya. Itulah yang dikatakan Om Kosasih Djahiri dalam bukunya "Kapita Selekta Pembelajaran".

Karena dengan pendidikanlah, kita bisa meraih cita. Dengan pendidikanlah, kita bisa merayu asa. Dan dengan pendidikanlah, kita bisa merengkuh cinta. Bahkan Mbah Nelson Mandela mengingatkan kepada kita bahwa, "Dengan pendidikan lah, kita bisa mengubah dunia". Tentunya dengan pendidikan yang berkualitas, bukan sembarangan pendidikan yang justru menjrumuskan kita pada jurang perpisahan (eh, lebih tepatnya perpecahan;). Apalagi, saat ini dunia memasuki era persaingan, setidaknya dikawasan ASEAN ada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menantang kita untuk berani bertarung. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan terbawa kedalam arus persaingan itu.

Dengan cara pendidikanlah kita bisa mengambil peran, setidaknya urun saran dan turun tangan untuk berkontribusi dalam persaingan era globalisasi saat ini. Setidaknya, kita harus menyetarakan kualitas diri sejajar dengan negara-negara maju dari perspektif Human Development Index (HDI). Dari sinilah, nilai-nilai kompetisi ditabur dengan subur dan diberikan pupuk dengan rasa optimisme diri. Itulah mengapa, seluruh kampus berkompetisi dengan landasan semangat "World Class University" atau WCU. Ini merupakan salah satu langkah terpenting untuk bisa bertahan ditengah gempuran kompetisi era globalisasi saat ini.

Universitas diseluruh Indonesia berbenah. Tak terkecuali Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Universitas yang masuk kedalam 10 besar universitas terbaik se-Indonesia tahun 2017 ini juga sedang bergairan untuk berbenah. Tak mudah memang untuk menjadi universitas dengan predikat WCU. Tapi keoptimisan itu jelas terpancar dari visi-missi yang dicanangkan oleh Rektor UNY saat ini, Prof. Dr. Sutisna Wibawa, M.Pd. Menurut beliau, UNY akan menjadi WCU pada 2025. Untuk meraihnya, salah satu usahanya, UNY pada tahun 2020 akan menjadi PTN-Berbadan Hukum (PTN-BH) sehingga mampu memaksimalkan kerja sama internasional. Setidaknya, itulah langkah awalnya.

Lewat dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, dan kelengkapan insfrakstruktur yang berkembang teratur, UNY akan menghasilkan lulusan berkarakter yang berdaya saing global sehingga dapat mewujudkan visi-misi menjadi menjadi WCU pada tahun 2025 kelak. "Saya ingin menekankan PKM, penalaran, leadership, organisasi kemahasiswaan, dan enterpreneurship", begitulah optimisme dan harapan dari Pak Rektor itu.

Tidak mudah memang menjadi WCU, karena banyak kategori yang harus disiapkan sebuah universitas untuk menjadi WCU, diantaranya beberapa syarat inti, yaitu harus meningkatkan (1) kualitas penelitian; (2) kualitas pengajaran; (3) lulusan kerja; dan (4) insfrakstruktur. Setidaknya, empat inti kategori ini yang harus dipenuhi UNY untuk menjadi universitas berstandar internasional. Dan nampaknya, kondisi ini akan menjadi nyata, karena UNY berjalan di trek yang benar. UNY terus meningkatkan kelasnya dari berbagai segi. Makanya, tak heran tahun 2017 ini, UNY menjadi salah satu 10 universitas terbaik di Indonesia versi Kemenristek DIkti.

Jangan Kuliah di UNY,...
Itulah mengapa, saya melabuhkan hati disini, di Universitas Negeri Yogyakarta, tempat dimana saya akan mengolah rasa dikawah Candradimuka ilmu ini. Sejak awal, hati ini memang tak bisa dibohongi, pilihan pertama ketika mengikuti SNMPTN berlabuh disatu nama, UNY. UNY kini akan menjadi tempat untuk mengolah ilmu dan mematangkan laku, karena disini di UNY, karena disini di Yogyakarta. Kota pendidikan yang menawarkan berbagai kekayaan intelektualnya, belum lagi keramahan tamahan orangnya, dan tentunya kekhasan budayanya. Semua ditawarkan di Yogyakarta, Kota Istimewa. Berjuta kata tak akan bisa cukup untuk menerjemahkan keistimewaan UNY dan Kota Yogyakarta, apalagi hanya dituangkan lewat rangkaian tulisan singkat ini. Tak akan mampu. 

Karena UNY, salah satu universitas terbaik di Indonesia yang menawarkan berbagai pesona panggung aktraksi kehidupan yang luar biasa. Semua rayuan itu akan meluluhkan hati kedalam perangkap cita-cita yang tinggi, dan jebakan masa depan gemilang. Semua itu akan menyiksa masa depan kita menjadi generasi yang berkarakter. Generasi yang menjadi motor untuk menyambut UNY sebagai WCU pada tahun 2025 dan menatap Indonesia pada 2045. Karena kita adalah generasi emas itu, generasi yang menahkodai Indonesia pada tahun 2045 kelak.

Maka, saya ingatkan, jangan kuliah di UNY, jika tak ingin jatuh cinta dan menemukan cerita sejati kehidupan yang berlandaskan kekuatan untuk menghadapi persaingan era-global. Seperti saya, yang terpikat rayuan UNY untuk dengan puas merangkai tulisan kehidupan, berlandaskan doa, asa dan cinta orang-orang tercinta. Saya pun takluk, pasrah menerima takdir Tuhan akan kemantapan pilhan jiwa ini.

Dengan aura masa depannya, UNY mengajak kita untuk berkontribusi didalamnya menuju WCU. Bagaimana kita berkontribusi? tidak perlu terlalu rumit, mulailah dari diri sendiri, dari hal sederhana dan sekarang juga. Kata yang saya kutip dari Aa Gym ini mengajarkan kita tentang sebuah peran sederhana untuk bisa merubah keadaan sekitarnya. Karena perubahan besar itu tak terjadi tanpa proses yang kecil, karena perubahan besar itu berawal dari perubahan-perubahan kecil yang terjadi dari dalam diri kita.

Perubahan itu seperti mengikuti organisasi kampus, tanpa melupaan nilai akademik yang bagus. Dengan kontribusi sederhana dari kita ini, UNY akan menghasilkan kekuatan yang akan menghantarkannya menjadi WCU dikemudian hari. Dan kemudian akan mematangkan langkah kita kelak sehingga bisa berkontribusi demi kemajuan bangsa Indonesia. Sekali lagi, saya sarankan, Jangan kuliah di UNY jika tak mau takluk dan terbuai rayuan dalam pelukan masa depan gemilang. []

Naskah ini dibaut untuk mengikuti kegiatan OSPEK UNY oleh Lintang Kumalasari.

Referensi:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170817105424-282-235367/ugm-raih-peringkat-1-perguruan-tinggi-indonesia-2017/

https://ospekuny.com/2017/06/16/grand-design-ospek-uny-2017-generasi-pendidik-profetik/

http://edukasi.kompas.com/read/2015/01/21/14462281/Ini.Syarat.Menjadi.World.Class.University.

http://ekspresionline.com/2016/12/29/sutrisna-janji-tingkatkan-uny-menuju-wcu/