Friday, May 24, 2019

Sambutan Atdikbud KBRI Kuala Lumpur dalam Buku Menebar Serpih Asa

Menebar Serpih Asa

Assalamu’alaikuum Wr.Wb.

Menjadi pendidik adalah pengabdian, panggilan jiwa, bahkan keinginan besar (passion) para tenaga pendidikan (guru), termasuk penulis buku ini. Program pengiriman guru untuk mendidik anak-anak Indonesia di Malaysia sangat tepat, sebab tidak setiap guru mau ditempatkan di lokasi yang jauh, apalagi harus berpisah dengan keluarga dan di luar negara. Para guru terpilih harus siap meninggalkan kampung halaman demi mengajar anak-anak Indonesia di Sabah, Malaysia. Wilayah tersebut membutuhkan sentuhan para guru profesional karena di Sabah lah anak-anak Indonesia menggantungkan cita-citanya melalui pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh pusat kegiatan belajar masyarakat (Community Learning Centre, CLC).

Meskipun di luar negeri, Pemerintah Indonesia tetap memberikan pelayanan akses pendidikan bagi siapa pun yang berstatus warga Negara Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Malaysia mendirikan sekolah-sekolah Indonesia dan juga CLC di Malaysia. Tujuannya jelas, untuk memberikan akses pendidikan yang bermutu bagi penyiapan masa depan generasi Indonesia sehingga kelak bisa ikut andil dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.

Dalam rangka menyiapkan masa depan anak-anak Indonesia yang berada di perkebunan sawit di Sabah, pemerintah secara bertahap telah mengirim guru-guru terbaik di berbagai Community Learning Center di seluruh wilayah Sabah. Sudah banyak anak-anak Indonesia yang kembali ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya. Semua itu berkat usaha yang tak kenal lelah dari guru-guru hebat yang mendedikasikan dirinya di Sabah. Bahkan, dari usaha dan kerja keras mereka, sudah berhasil mencatatkan berbagai nama alumnus hingga ke perguruan tinggi bergengsi di Indonesia.

Selain melaksanakan tugasnya, guru memang sepatut-nya untuk menulis. Karena dengan menulis, setiap guru dapat mengabadikan pemikiran dan gagasannya. Semakin banyak guru menghasilkan tulisan berupa buku, maka akan semakin maju dunia pendidikan Indonesia. Maka dari itu, dibutuhkan guru-guru muda yang bersemangat untuk menulis.


Semangat menulis inilah yang akan menghasilkan output berupa buku-buku yang akan dirujuk oleh masyarakat di masa mendatang. Masyarakat akan disuguhkan pemikiran-pemikiran dan pengalaman-pengalaman dari guru tentang dunia pendidikan. Tidak hanya itu, yang menjadi tujuan utama adalah mengantarkan masyarakat Indonesia menjadi negara yang berbudaya literer, yaitu sinkron nya budaya membaca dan budaya menulis.

Budaya literer itulah yang menjadi syarat utama untuk menjadikan sebuah bangsa menjadi maju. Kita bisa menulis dari hal-hal kecil terlebih dulu, salah satunya dengan menuliskan catatan harian. Catatan harian merupakan wadah yang tepat untuk mengasah kemampuan menulis. Catatan harian inilah yang menjadikan pijakan untuk menulis kisah-kisah pribadi yang menarik, terutama bagi seorang guru yang pasti mengalami kisah seru dan haru ketika berinteraksi dengan peserta didik.

Buku “Menebar Serpih Asa: Catatan Harian Guru Ladang Sawit Sabah-Malaysia Jilid 2” ini menjadi bukti bahwa sesibuk apapun menjadi seorang guru, masih ada waktu untuk menulis. Terutama menulis tentang pengalaman pribadi melalu catatan harian. Saya selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia mengucapkan selamat atas terbitnya buku ini.

Kepada Cikgu Arif Saefudin, yang telah dengan tekun menyusun buku catatan harian ini saya sampaikan penghargaan. Jerih payah dan kerja keras saudara adalah bagian dari upaya untuk mengobarkan budaya literer bagi dunia pendidikan. Saya berharap buku ini menjadi pemantik dan inspirasi bagi guru-guru yang lainnya agar dapat memulai menulis dan menerbitkannya untuk mencerahkan masyarakat.


Selamat membaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kuala Lumpur, 10 Maret 2019


Mokhammad Farid Maruf, Ph.D.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan