Wednesday, May 29, 2019

Mengawal Suara di Ladang Sabah, Catatan Pemilu Ketua KSK 04


Para Pekerja Migran Indonesia menyalurkan suaranya di Ladang Andamy, Sandakan, Sabah, Malaysia (9/4/2019)
Tanggal 21 Mei 2019 dini hari menjadi babak baru kehidupan berdemokrasi kita, tidak lain karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan pemenang Pemilihan Umum 2019. Hasilnya, Ir. H. Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin dinyatakan sebagai pemenang dari kompetitornya, H. Prabowo Subianto dan H. Salahudin Sandiaga Uno.
Prosentase kemenangan 55,50 % berbanding dengan 45,50 %. Hasil inilah cerminan dari proses panjang perjalanan pesta demokrasi kita. Segala upaya, biaya, daya, bahkan nyawa telah di berikan untuk mensukseskan pesta 5 tahunan ini.
Tercatat di data Kemenkes per 17 Mei 2019, bahwa 527 petugas KPPS meninggal dan 11.239 orang sakit. Tidak hanya didalam negeri pengorbanan itu diberikan, untuk menjaga setiap hak suara orang Indonesia, KPU membentuk Panitia Pemunguan Suara Luar Negeri (PPSLN) diberbagai penjuru dunia. Tidak mudah. Karena harus menembus berbagai birokrasi diberagai negara.
Salah satu PPSLN yang dibentuk di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah ditetapkan sebanyak 140.878 orang. Untuk TPS yang tercatat sebanyak 26 dan Kotak Suara Keliling (KSK) sebanyak 433 pada tujuh distrik, yaitu Sandakan-Kinabatangan, Kudat, Keningau, Labuan, Beafourt-Sipitang, Bandar Kota Kinabalu 1 dan 2.
Segala tantangan dan hambatan menjadi kendala tersendiri ketika melaksanakan pemilu di luar negeri. Tidak seperti di Indonesia, orang-orang Indonesia yang berada di Sabah telah bercampur dengan penduduk lokal maupun orang Filiphina yang terkadang kita sukar membedakaanya. Dan masih banyak tantangan lainnya.

Tantangan di Ladang
Hari Minggu, 7 April 2019 berkumpul para petugas KSK diseluruh Distrik Sandakan-Kinabatangan di Hotel Livingston, Sandakan. Tujuannya tidak lain mengambil logistik dan kotak suara untuk melakukan pemungutan suara esok harinya.
Pengambilan berjalan lancar, namun ada beberapa kendala. Salah satunya adalah terbakarnya mobil pengangkut KSK yang baru diambil di Sandakan. Peristiwa ini juga saya lihat sendiri, betapa api begitu ganas melumat segala isi, termasuk  mobilnya. Untung saja kawa saya selamat. Kejadian ini terjadi di jalan Jalan Sapi Nangoh-Paitan yang tujuannya akan dibawa ke wilayah kerja Perusahaan Sawit IJM dan Meridian.
Jarak tempuh yang jauh dan human eror menjadi penyebab utamanya. Perjalanan dari pedalaman sawit ke Bandar Sanadakan membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 12 jam perjalanan. Sungguh melelahkan. Sayangnya, di Indonesia sendiri peristiwa ini sudah dijadikan lahan penyebaran hoax.
Berbagai berita negatif dan berbau fitnah tersebar karena berita ini. Padahal peristiwa ini murni karena human eror. Dan sudah ditindak lanjuti oleh KPU RI untuk mengganti segala logistik yang terbakar.
Itu hanya salah satu contoh nyata, betapa pemilihan umum diluar negeri tidaklah mudah. Kerja yang berat ditambah isu yang terus menyerang menjadi ujian tersendiri. Seperti kisah saya sendiri, yang harus menempuh jalanan jauh dan berbatu untuk melayani hak suara mereka.
KSK yang saya pimpin adalah KSK 04 yang terletak di Perusahaan sawit Terusan 2 Estate dibawah naungan Wilmar Plantition. Selain itu, saya harus membantu kawan lainnya di ladang-ladang kecil. Seperti ladang Andamy, Kamansi Dua, dan Hiew Syn Kiong. Dan pemungutan suara itu tidak bisa dilakuakan dalam 1 hari.
Kami diberikan kesempata selama 3 hari untuk keliling ke ladang-ladang sawit itu. Udara panas, dan jarak yang jauh menjadi suguhan wajib. Terlebih lagi ladang kecil, yang terkadang hanya berpenghuni 20-40 orang Indonesia. Namun, mereka punya hak yang sama, selama dia bisa menujukan identitas sebagai Orang Indonesia, maka mereka berhak menentukan pilihannya.
Mereka punya hak untuk mengikuti pesta demokrasi 5 tahunan ini. Disini, mereka hanya mencolos 2 surat suara, yaitu suara pemilihan Presiden-Wakil Presiden dan DPR-RI. Banyak dari mereka yang tak paham, siapa orang yang didalam surat suara itu. Namun, dengan sosialisasi kecil-kecilan, semua berjalan lancar.
Tugas kami selesai ketika penyerahan kembali kotak suara ke Sandakan untuk kemudian dihitung di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu, Sabah. Tepat tanggal 17 April 2019 penghitungan suara dilakukan. Jarak dari Sandakan ke Kota Kinabalu sekitar 300 km, dan membutuhkan waktu 5-6 jam perjalanan. Di sana, semua petugas TPS dan KSK berkumpul menjadi satu untuk tujuan yang sama, yaitu rekapitulasi hasil dari pemungutan suara di ladang-ladang.
Terhitung 3 hari kami semua melakukan kegiatan itu, saya sendiri memulai jam 17.00 sore hingga selesai jam 01.00 dini hari. Waktu 7 jam itu hanya 2 surat suara, bisa dibayangkan betapa lelahnya kawan-kawan petugas yang ada di Indonesia karena menghitung 5 surat suara.
Selama proses 3 hari penghitunga suara, dihasilkan 87.227 orang Indonesia menggunakan hak pilihnya dari DPT 140,878. Suara untuk pasangan calon 01 sebanyak 71.109 orang dan pasangan calon 02 sebanyak 15.555 orang, sedangkan sisanya suara tidak sah. Artinya partisiasi orang Indonesia di Kota Kinabalu sebanyak 61,9 %. Prestasi dari partisipasi ini menjadi tanda selesainya tugas kami.

Kembali ke Indonesia Raya
Setelah semua pesta demokrasi ini selesai, bangsa Indonesia harus kembali berdaulat. Jhon Locke pernah mengatakan bahwa, kedaulatan rakyat pada hakikatnya sejalan dengan arti dan makna demokrasi, yaitu sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kedaulatan rakyat inilah yang menjadi kekuasaan tertinggi di negara demokrasi.
Ini menjadi penting, karena kewajiban kita untuk selalu merawat kedaulata rakyat yang hampir lelah diserang bertubi-tubi akibat diserang isu-isu hoax yang berpotensi memecah belah bangsa. Pasca pemilu 2019 ini, semua pihak harus kembali pada persatuan, membangun Indonesia secara bersama-sama, dalam bingkai Indonesia Raya.[]