Thursday, August 13, 2015

THE FRIEND OF THE LIBRARY: RUANG TANPA BUKU SEPERTI TUBUH TANPA JIWA

            Teman adalah seseorang yang dapat dijadikan andalan bagi kita, terutama saat kita sedang membutuhkan kehadirannya, selain itu teman juga bisa menjadi sosok yang sangat berarti bagi kita disaat kita harus mencurahkan perasaan yang meluap-luap dalam diri kita dan sudah tidak sanggup lagi untuk menanganinya. Biasanya di usia remaja dengan jiwa yang bergelora serta semangat yang berapi-api, remaja akan merasakan dan menghadapi keadaan di suatu titik, dimana mereka akan mencari jati diri mereka. Mencari bagaimana diri mereka yang sebenarnya, sehingga sering sekali dikalangan remaja mengalami krisis identitas.
            Para remaja untuk mencari jati dirinya, mereka berusaha untuk mencari semua hal yang ingin mereka ketahui. Semua ini dilakukannya hanya sekedar untuk mencari kepuasan sesaat dan mengikuti zaman. Untuk mencari semua ini mereka bisa memberikan waktu yang berharga untuk hal-hal yang tidak penting. Hal-hal baru yang diperoleh para remaja bisa dengan cara yang baik sampai dengan cara yang “tidak layak” atau tidak dapat diterima oleh warga masyarakat. Dari hal-hal baru yang mereka cari, tak sedikit yang berdampak negatif bagi diri mereka sendiri dan orang lain, namun ada pula yang berdampak begitu positif tanpa mereka sadari. Berawal dari keinginan mengikuti teman-temannya supaya menjadi anak yang tenar dan eksis, sampai dengan usaha positif dengan menunjukkan prestasi dalam segala bidang.
            Keadaan seperti ini menyadarkan kita, bahwa keberadaan para remaja sekarang ini sangat memprihatinkan apabila dibandingkan dengan remaja di zaman dulu yang sangat dekat dengan perpustakaan. Oleh karena perpustakaan menjadi satu-satunya tempat yang dipercaya remaja masa dulu, sebab buku adalah satu-satunya sumber yang dapat dipercaya dan tidak ada sumber lainnya. Remaja masa kini lebih berpengalaman di bidang lain, mulai dari keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah yang berkaitan dengan pelanggaran hukum dan tatanan sosial yang berlaku. Untuk itu perlu ada kegiatan baru yang lebih berguna, untuk menghasilkan remaja yang berprestasi dan bermoral.
           Perlu kita ketahui bahwa perpustakaan merupakan sebuah lembaga yang mengelola sumber informasi yang menduduki posisi penting dalam lingkungan pendidikan dan tempat pelatihan bagi seseorang yang perduli dengan ilmu pengetahuan, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat pada umumya. Demikian juga dengan adanya perpustakaan sekolah, tujuan awal dari pendirian perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber informasi dan pengetahuan dilingkungan sekolah dan juga digunakan sebagai tempat awal untuk mengembangkan minat dan budaya membaca bagi seorang siswa.
         Perpustakaan banyak menyimpan buku dan hasil penelitian, Bukan rahasia lagi bahwa buku adalah gudangnya ilmu. Bahkan, meski saat ini informasi banyak bertebaran di dunia maya, hampir bisa dipastikan semua informasi di sana berasal atau minimal berawal dari sebuah buku. Sebab, buku adalah catatan sejarah dan kisah yang ditulis dengan banyak referensi. Tak jarang, orang-orang besar dikenal karena buku yang ditulisnya. Dan, mereka pun menjadi sejarah yang memengaruhi dunia berkat pandangan dan tulisan yang dibukukan.

Bukan lagi musim menebar bibit
       Menumbuhkan bibit cinta gemar membaca buku pada remaja memang tidaklah mudah, karena bibit yang ditanam pada lahan yang sudah bukan areanya lagi, pasti sedikit kemungkinan bibit tersebut akan tumbuh. Namun kenyatannya gemar membaca bagi remaja, tentu akan banyak memberikan manfaat dalam kehidupan, terutama bagi kesuksesan masa depan, sebab gemar membaca merupakan modal utama bagi siswa dalam proses belajar dalam mengukir prestasi.
           Budaya membaca di perpustakaan yang saat ini umumnya masih rendah, khususnya pada perpustakaan sekolah. Dengan rendahnya tingkat baca di perpustakaan, banyak pihak yang menyalahkan siswa karena tidak memanfaatkan fasilitas yang ada. Sesungguhnya hal ini bukan semata-mata kesalahan siswa tersebut, melainkan kesalahan dapat disebabkan oleh pengelola perpustakaan yang kurang profesional.
           Untuk mencapai program dalam meningkatkan gemar membaca pada remaja, maka diperlukan sikap kritis untuk mengatasi berbagai hambatan yang ada. Hambatan yang ada bukan sengaja diciptakan, namun dengan berjalannya waktu hambatan menjadi sangat dominan. Hambatan yang muncul begitu cepat menyebar ke segala arah, sehingga benar-benar tidak ada lagi tempat untuk ditanami bibit yang baru, demi terciptanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik.

Permasalahan yang tak kunjung ada perbaikannya
Beberapa hambatan yang sering muncul dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah terbatasnya koleksi buku di perpustakaan. Buku-buku yang ada di perpustakaan tidak sesuai dengan apa yang sedang diinginkan dan dibutuhkan oleh siswa. Permasalahan ini sering sekali muncul ketika bapak ibu guru memberikan tugas, sedangkan buku pelajaran yang tersedia di perpustakaan tidak lengkap materi bahan ajarnya.
        Buku bacaan di perpustakaan kurang beragam sehingga tidak menarik perhatian. Pada masa remaja, siswi suka sekali membaca novel. Sayangnya novel yang tersedia di perpustakaan adalah novel-novel lama dan kebanyakan para siswi sudah tahu isinya, apalagi ada hasutan dari teman siswi yang lain kalau kisah dari salah satu novel itu tidak bagus, maka selamat tinggal untuk novel tersebut karena akan sedikit sekali peminatnya, paling-paling peminatnya adalah mereka yang masih tetap saja penasaran dengan isi sebenarnya yang membuat novel itu tidak dilirik oleh teman-teman siswi lainnya. Bukan hanya novel, bisa juga perpustakaan menyuguhkan bahan bacaan seperti komik dan majalah populer yang tentunya standar isi menjadi suatu hal yang wajib untuk diperhatikan oleh pihak sekolah.
      Kondisi ruangan yang kurang memadai dan tidak nyaman. Masalah ini dapat berkembang menjadi masalah yang sangat serius, karena sering sekali ruang perpustakaan sekolah dikontrak oleh seorang guru untuk mengajar di perpustakaan. Selama pelajaran guru tersebut berlangsung, pada jam-jam pelajaran tertentu. Dengan keadaan seperti ini jika berlangsung sampai jam istirahat maka perpustakaan akan beralih fungsi menjadi tempat penampungan korban bencana, hal ajaib ini terjadi hanya akan terjadi jika di dalam perpustakaan memang ada sesuatu yang baru dan menarik saja. Sedangkan yang sering terjadi oleh karena adanya penampungan korban bencana di perpustakaan, menyebabkan siswa yang hendak datang berkunjung ke perpustakaan hilang minatnya dan lebih baik bercanda ria di kantin atau di kelasnya atau dimanapun tempat yang lebih nyaman.
          Terbatasanya tenaga pengelola perpustakaan. Karena fasilitas perpustakaan sekolah begitu standar dan biasa-biasa saja, dengan sistem pengelolaan manual, biasanya memuakkan bagi para siswa yang berkunjung. Ada saat dimana waktu istirahat sudah akan habis dan siswa ingin meminjam buku, sedangkan bel masuk kelas sudah berbunyi, namun karyawan perpustakaan tidak di tempat. Mungkin dengan tidak adanya karyawan ditempat telah memuakkan siswa, ternyata masih ada lagi yang lebih parah yaitu ketika harus mengantri saat hendak meminjam atau mengembalikan buku, betapa para siswa menjadi sangat kesal dan mengeluh “kelamaan lah bu”. Kata-kata ini menjadi sangat fenomenal didalam perpustakaan. Oleh karena kejadian seperti ini siswa akhirnya mengurungkan niatnya untuk meminjam buku dan kembali dari perpustakaan dengan kecewa dan berst hati.
          Terbatasnya waktu berkunjung di perpustakaan. Kebanyakan perpustakaan buka saat sebelum proses belajar mengajar di sekolah dimulai, sayangnya perpustakaan tutup bersamaan dengan waktu pulang sekolah. Siswa yang hendak berkunjung saat waktu pulang sekolah karena kepadatan kegiatannya sejak dari pagi sampai siang hari akhirnya tetap tidak bisa berkunjung ke perpustakaan, karena karyawan di perpustakaan juga harus pulang.

Kontroversi yang patut diperbincangkan
       Ada satu permasalahan lagi, permasalahan ini digadang-gadang telah menjadi sangat kontroversi di kalangan remaja-remaja yang datang ke perpustakaan di sekolah mereka yaitu, di perpustakaan kebanyakan peraturan, siswa akhirnya lebih memilih tidak masuk ke perpustakaan daripada mengorbankan hak asasi manusia yang dimilikinya. Pasti ada peraturan yang berbunyi bahwa jika berkunjung ke perpustakaan jangan bersuara. Ada juga peraturan yang berbunyi jangan makan di perpustakaan. Peraturan lain dan seterusnya, namun yang menjadi begitu terkenal adalah dua peraturan ini.
      Coba kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari dimana perpustakaan adalah rumah teman kita dan buku yang berada di dalam perpustakaan adalah teman kita, serta kita sendiri sebagai tamu di rumah teman kita yang bernama buku. Jika datang bertamu ke rumah orang maka kita harus menghargai kebiasaan yang ada pada rumah itu, sama halnya dengan kita masuk ke rumah buku kita juga harus menghormati kebiasaan yang  ada di rumah buku yang berupa peraturan-peraturan.
   Untuk menghormati kebiasaan di rumah teman kita pasti mudah untuk menyesuaikan, karena kita sekarang sudah hidup di dunia yang cukup modern, tentu kebiasaan keluarga kita dengan keluarga teman kita hanya berbeda sedikit saja maka untuk bertamu ke rumah buku juga pasti mudah dengan menghormati kebiasaannya. Lama kelamaan kita pasti dapat memahami dan menyadari, bahwa dengan menghormati kebisaan di rumah buku kita akan bisa menyatu dengan kebiasaanya nanti.
      Disisi lain perpustakaan dengan berbagai kebiasaan yang ada pada peraturannya yang bermaksud baik untuk para tamu, sayangnya para tamu merasa lelah dengan peraturannya, karena begitu mengikat. Sekali bersuara di tegur karyawan perpustakaan, apalagi kalau lapar menghampiri saat di perpustakaan, jangan harap bisa makan karena haram hukumnya apabila makanan masuk ke sana.
      Segala keterbatasan yang dimiliki perpustakaan biasanya terjadi karena kurang adanya perhatian dari sekolah, sehingga dana untuk pengembangan perpustakaan cenderung sangat minim bahkan beberapa sekolah swasta menganggap bahwa perpustakaan sekolah bukan hal yang penting. Sedangkan untuk permasalahan mengenai pengelola perpustakaan memang manjadi umum sekarang ini, bahwa karyawan perpustakaan biasanya adalah guru atau sekedar karyawan yang kurang terlatih dan tidak profesional yang diberikan tugas oleh sekolah untuk melayani di perpustakaan.
      Dengan adanya kenyataan seperti di atas mengenai kekurangan perpustakaan seakan-akan menunjukkan pada kami para siswa, bahwa perpustakaan adalah tempat yang sebaiknya tidak usah di kunjungi dari pada sesal nantinya. Kekurangan perpustakaan yang cukup banyak membuat para siswa merasa enggan untuk membaca, para siswa membaca hanya ketika ada tugas dan saat ada ulangan harian saja, di luar itu para siswa malas sekali membaca. Kalau begini bagaimana akan tumbuh manusia yang bermutu dan berkualitas.
Adalah suatu hal yang tidak mungkin bila seseorang mendapatkan ilmu tanpa membaca, sebab membaca berarti kita bisa mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya terjadi. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli di masa lampau yang telah dibukukan, tentu ada banyak sekali hasil berupa penelitian para ahli yang dapat menjadi sumber informasi baru yang hanya dapat kita saja yang mengetahuinya sebab kita telah membaca sebelumnya. Berbeda dengan jika dibandingkan dengan orang yang sama sekali belum membaca sebelumnya, tentu kita akan mendapat nilai tambah dari orang tersebut. Semuanya itu hanya dapat terjadi jika kita telah membaca sebelumnya. Oleh karena itu jadilah orang yang rajin membaca, sebab tidak ada salahnya meluangkan sedikit waktu untuk membaca.
      Cobalah untuk mencintai buku mulai dari sekarang, daripada tidak memulainya sama sekali. Dengan mencintai buku maka kita akan mencoba untuk memahami apa isi dari buku itu dan apa maksud yang ingin disampaikan oleh buku itu kepada kita, lama-kelamaan kita akan menjadi terbiasa dengan hal-hal seperti ini dan kita akan menjadi sering terlihat bersama dengan buku karena sudah ada kecocokan antara diri kita dengan buku. Sungguh sangat bermanfaat buku bagi kita, karena dengan sering menganalisis suatu bacaan, otak kita selalu terasah dan semakin berfungsi dengan baik sehingga kita tumbuh menjadi manusia yang cepat tanggap.
    Apabila kebiasaan ini selalu dibiasakan dan dipupuk setiap hari maka akan menumbuhkan hasil yang baik. Tetapi jangan karena senang membaca buku setiap hari meminta kepada orang tua untuk membeli buku, tetapi carilah buku-buku yang belum pernah kamu baca di perpustakaan. Meskipun  di suatu perpustakaan memiliki buku yang sedikit tapi jangan salah, karena di perpustakaan pasti tetap saja ada banyak sekali buku yang dapat dibaca dan kamu hanya tinggal mencari saja apa yang paling sesuai dengan kehendakmu.

Teman yang berguna
    Sebagai teman perpustakaan yang baik, kita diperbolehkan untuk selalu mengembangkan dan menyebar luaskan semangat membaca ke berbagai tempat. Kita bisa menjadikan perpustakaan sebagai teman kita dengan kita membangun perpustakaan kecil di rumah. Perpustakaan kecil yang kita bangun di rumah semuanya serba minimalis dan tidak usah terlalu menuntut bahwa yang namanya perpustakaan harus banyak bukunya. Tentu tidak perlu ada yang namanya target untuk membangun perpustakaan kecil, sehingga dengan adanya pembangunan perpustakaan kecil di rumah telah memberikan jalan pintas bagi kita agar dapat selalu datang ke perpustakaan meski hanya untuk sekedar membaca atau mengisi waktu luang.
      Dan mulailah juga untuk memahami segala peraturan yang telah dibuat oleh perpustakaan, karena semua peraturan itu dibuat untuk menunjang kenyamanan para tamu yang berkunjung untuk membaca. Coba bayangkan saja kalau isi perpustakaan adalah orang yang sedang berdebat dan mungkin ada yang sedang makan nasi goreng, pasti konsentrasi untuk membaca buku menjadi terganggu, oleh karena itu marilah pahami hal ini dan tinggalkanlah sejenak keegoisan yang ada pada diri masing-masing demi tercapainya keinginan untuk memajukan pemuda-pemudi yang bermutu dan berkualiatas bagi bangsa ini.
         Ingat kembali dan jangan hanya diingat kembali saja, tetapi pahami bahwa buku adalah sumber ilmu. Sebagai sumber ilmu maka buku harus kita hormati, karena tidak ada ilmu pasti yang bisa kita ketahui apabila tidak ada buku. Untuk itu bacalah buku karena selain mendapatkan ilmu, pembaca juga mendapat banyak informasi yang berguna dan keuntungan lain yang dapat kita peroleh adalah merasakan sensasi keliling dunia hanya dengan membaca buku.
Mebaca bisa menjadi kegiatan yang sungguh menyenangkan karena kita bisa memperoleh informasi ter-update mengenai segala hal. Secara tidak langsung siapa yang rajin membaca telah menjadi orang yang kekinian. Kekinian dalam arti, seseorang menjadi manusia yang berwawasan mengenai suatu hal yang sedang populer dan booming dikalangan teman-teman di seluruh dunia.