Sunday, January 28, 2018

Mancing di Sungai Talipong || Hari Ke-174

arifsae.com - Rencananya memang hari ini saya minta untuk dijemput Fikar. Tujuannya untuk memancing, ini akan jadi moment yang pas untuk mencoba memancing disini. Ini juga pengalamana pertama memancing disini, apalagi perjalanan katanya akan sedikit jauh.

Pagi-pagi jam 7 Fikar datang kerumah. Mempersiapkan alat-alat, dan membawa peralatan memasak juga. Niatnya saya mau masak megi disana. Sepertinya enak makan megi sambil mancing. Saya diajak kerumahnya Fikar terlebih dulu, mengambil barang-barang yang tertinggal.
Rumah Fikar
Kami baru berangkat menuju ke lokasi jam 8. Perjalanan kali ini begitu berbeda. Baru kali ini saya diajak jalan-jalan jauh di blok. Ditengah perjalanan kami sempatkan untuk mencari umpan terlebih dulu. Mengorak ngorek cacing, ini juga kegiatan yang sudah lama sekali tidak saya lakukan, mungkin terakhir ketika SMP.

Setelah dirasa cukup mencari Cacing, kami melanjutkan perjalanan. Fikar berhenti, ternyata hari-hari kemarin dia sudah memasang umpan diselokan-selokan dan parit-parit besar di blok. Ternyata benar, dapat 2 ikan besar-besar. Lumayan, awal yang bagus. Dijalan juga bertemu dengan Nana yang mau berangkat kerja. Bahkan kami digalikan tanah untuk mengambil Cacing supaya mudah mencarinya.
Galian Cacing
Ternyata setelah dicari-cari, lokasinya masih lama lagi. Masih ada 1 jam perjalanan menuju lokasi. Jalananpun melewati sungai, alang-alang dan semak belukar. Fikar juga sedang mencari Kerbau peliharaanya yang dilepas di tengah blok. Katanya mau ditangkap.

Akhirnya, setelah perjalanan panjang, sampai juga di Kampung Talipong. Sebuah kampung yang terpisah dari Wilmar. Saya sampai heran, ada kampung dipedalaman ini. Bahkan ada Sekolah Kebangsaan disini. Sekolah yang merupakan sekolah negeri.
Lokasi Pertama
Sungainya juga besar, katanya sungai ini nanti ujungnya ke laut. Kami segera memperisapkan diri untuk memancing. Lokasi pertama yang kami datangi tidak cocok. Banyak bekas kotoran berang-berang dan kotor. Makanya kami pindah lokasi memancing.

Kami segera mencari lokasi baru. Mempersipakan alat-alat, dan saya langsung beraksi memasak megi dan kopi. Kenikmatan yang sudah sangat lama tak saya rasakan. Memancing dialam terbuka dan makan megi sekaligus ngopi. Luar biasa.
Megi dan Kopo Siap
Ternyata mancingnya tidak seenak megi dan kopi. Tidak banyak ikan yang kami dapat. Entah kenapa tidak ada ikan. Sampai pindah tempat ke lokasi lain, tapi tidak juga banyak ikan yang kena. Meskipun begitu, tetap saja ada 2 ikan dan 3 ekor udang yang berhasil kami tangkap. 

Mancing yang sudah berjam-jam dan hanya mendapat sedikit ikan menjadikan saya mengajak Fikar untuk pulang. Jam sudah menunjukan 3 sore. Saatnya pulang. Ternyata, dari waktu pagi hingga siang, selain mendapatkan ikan, kulis saya juga belang-belang. Hitam. Padahal tidak panas juga, tapi hanya cuaca dan perjalanan saja yang membuat kulit saya hitam. Ditambah baju yang saya pakai hanya lekton. Jelas saja menambah belangnya kulit ini.
Mancing Mania? Mangap
Tapi bagaimanapun, ini pengalaman yang tidak boleh dilupakan  begitu saja. Meski dapat sedikit dan kulit hitam, harus disukuri. Karena mendapatkan pengalaman baru.

Pulangnya saya masih harus diajak untuk mencari Kerbaunya Fikar. Menerobos blok-blok sawit. Setelah itu, barulah saya benar-benar pulang. Istirahat merebahkan badan.
Menjemput Pak Bima
Magribnya saya harus menjempur Pak Bima di Simpang Sapi. Seperti biasa, Terusan menjadi tempat transit untuk CLC Pamol. Entah darimana dia, memang dia orangnya suka berjelajah dan mencari pengalaman baru. Setelah menjemput, barulah kali ini benar-benar bisa istirahat dengan tenang. Di tempat tidur.[]
Lanjut Hari Ke-175 DISINI.