Sunday, July 1, 2018

Kampong Ayer Brunei, Gambaran Brunei Masa Lalu

arifsae.com - Selesai menjelajah Masjid OAS, saya masih bersama Pak Devi berjalan menyusuri jalanan Brunei, "Bro, njajal numpak perahu yu? Mumpung disini."
Baca Kisah Sebelumnya: Mengintip Icon Brunei, Masjid Omar Ali Saifuddien (OAS) dan Bahtera Maghligai
Saya oke in ajakan Pak Devi. Bersama dengan Pak Suardi, pegawai TU SIKK kami menaiki perahu dengan biaya 5 Dolar Brunei, sekitar 50 ribu. Awal saya mendengar nama Kampong Ayer, saya langsung teringat dengan Kampung Air di Kota Kinabalu.
Perjalanan di Kampung Ayer (dokpri)
Meski saya sendiri tak pernah melihat sebuah kampung di Kota Kinabalu, mungkin lain waktu. 

Awalnya biasa saja, obrolan dengan abang penarik perahu akhirnya dimulai, sambil perahu melaju. Mungkin dia mendengar percakapan kami, sehingga membuka percakapan.

"Orang tua saya juga orang Indonesia." Begitu katanya, obrolan awal ini berlanjut ketika perahu mulai memasuki rumah-rumah.

"Inilah Kampong Ayer." Kata abang pengendara perahu.

Saya dibuat terpesona. Ternyata dari informasi, Kampong Ayer ini bermulai sejak berabad-abad silam, sekitar abad ke-15. Menurut catatan, penjelajah Antonio Pigafetta yang sedang menjelajah bersama Ferdinand Magellane singgah di Kampong Ayer. Ia akhirnya teringat dengan Venezia, sebuah kota terapung di Italia.

Makannya, Kampong Ayer ini dijuluki dengan Venezia dari Timur. Nenek moyang orang Brunei berasal darai sini. Saat ini, lebih dari 4000 an bangunan, seperti rumah, sekolah, kantor polisi, masjid, dan pemadam kebakaran berada diatas Sungai Brunei ini.

Kampung Ayer ini merupakan kampung diatas air terbesar di dunia. Luar biasa. Jangan dikpikir kampung ini kumuh dan miskin. Meski tinggal di sini, penduduk setempat mempunyai deretan mobol yang diparkirkan didarat. Ada tempat khusus parkir untuk mobil disini.
Kampong Ayer (dokpri)
Banyak rumah-rumah yang sudah bergaya modern dan mewah meski tetap diatas air. Lalu dimana buang sampahnya? Ternyata ada semacam pipa besar disetiap rumah untuk dibuang menuju ke muara. Keren.

Sebenarnya ada sebuah bangunan untuk mengetahui sejarah Kampung Ayer ini lebih lengkap, tepatnya ketika perahu melewatu bangunan bertuliskan, "Galeri Kebudayaan dan Pelancongan Kampong Ayer (Kampong Ayer Cultural and Tourism Board)". Namun sayang, saya tak sempat mampir.Menyesal.😓
Monumen Dekat Kampong Ayer (dokpri)
Ini gara-gara yang lain hanya ingin berkeliling saja. Bahkan abang perahunya malah menambah adrenalin kami dengan mengencangkan laju perahunya. Dag did dug terus bergantian sepanjang perjalanan. Bahkan sempat ditunjukan spot-spot seperti Istana Lama Brunei sebelum pindah ke Istana Nurul Iman yang sekarang. 

Bahkan, kami ditunjukan berapa buaya yang masih hidup dan berkeliaran di sungai ini. Ada ukuran yang besar juga. Akhirnya, keseruan laju kencang dan deburan ombang keliling Kampong Ayer sdah terlewati dengan lancar. Mudah-mudahan, satu saat bisa lebih detail mengeksplore Kampong Ayer ini. 

Meski tak pauas, yang penting saya sudah berkeliling. Banyak kawan-kawan yang lain memilih untuk membeli oleh-oleh, padahal kan bisa besok. Karena besok masih berlanjut jelajah.[]

Bersambung...DISINI.😍