Sunday, July 22, 2018

Peiret yang Mengecewakan || Hari Ke-317

arifsae.com - Sepertinya pagi ini sudah mulai membaik merah-merah yang ada di leher. Jadi mending jalan-jalan saja menikmati pasar dadakan di Bandar Sandakan. Sekalian mencari-cari makanan untuk mengganjal perut lapar ini.

Kami siap-siap dan menuju ke Pasar Sandakan. Jalanan Sandakan pagi ini sudah ramai dipenuhi para penjual yang ramai menjajakan dagangannya. Niatnya mencari Durian, dan akhirnya kami menemukannya juga.
Bersiap
Sempat terlihat Petai. Makanan favorit yang ketika di Indonesia menajdi makanan wajib, namun itu saya tinggalkan dulu. Kali ini ingin mencari Durian dulu. Ada. Lumayan untuk mengobati rasa ngiler ini.

Setelah makan Durian, saya mengajak Pak Radin untuk mendatangi Petai. Target selanjutnya. Kami memebelinya. Jarang ada saya lihat disini, mungkin ini pertama kali saya melihatnya. Tanpa pikir panjang, kami memborongnya.
Suasana Pasar
Sarapan menjadi agenda berikutnya. Kami sempat bertemu dengan Tahap 7, mereka juga sama seperti kami, tujuannya ingin menikmati bandar diakhir pekan. Kami hanya say hello, setelah itu mereka melanjutkan kegiatannya masing-masing.

Perut kenyang. Setelah selesai sarapan di restoran Seri Minang, Pak Radin mengajak untuk mecukur rambutnya. Meski belum terlalu panjang, tapi tetap saja ingin rapi. Itulah dia.
Menggunakan Bus Mini
Saya akhirnya ikut mencukur. Memendekan rambut. Langganaan untuk potong rambut tetap ditempat biasa. Selesai semua. Kami tidak ada tujuan lagi, kali ini ingin pulang ke Terusan 2. Kami menuju ke hotel untuk siap-siap pulang.

Mandi dan istirahat di hotel, sebelum kami keluar jam 11.00 untuk menuju ke tempat mini Bus. Kali ini tidak menggunakan Peiret, karena setelah dihubungi semua Peiret tidak turun Bandar Sandakan hari ini.
Hasil Belanja
Kami menunggu terlebih dulu, karena Bus Mini yang akan pulang jam 12.00. Kami sempat minum-minum terlebih dulu di Kedai Pakistan. Perjalanan ketika pulang tidak ada masalah, cukup membayar RM 20 sudah sampai di Simpang Sapi.

Niat kami menggunakan Peiret di Simpang Sapi. Meski resikonya saya sudah tahu, kalau bayarnya memang mahal. Kami berjalan, menghampiri para Peiret itu. Benar saja. Kami harus dipatok RM 35 untuk 2 orang. Ongkosnya hampir sama dengan ke Bandar Sandakan.

Akhirnya kami menyepakati, karena tidak ada lagi orang yang menjemput di Simpang Sapi. Tas besar yang dijadikan untuk mencuci baju juga menjadi beban tersendiri. Akhirnya kami sepakat. Kami meluncur menuju Terusan 2.

Tanpa disangka-sangka, kali ini kami tidak diturunkan di depan sekolah Humana. Namun hanya di Gate saja. Saya agak emosi, kenapa tidak dari awal mengatakan kalau tidak mau masuk kedalam.
Pak Rahmat Mengantar Beswan
Suara kami saling meninggi. Untung ada Pak Radin yang menengahi. Ukuran badan yang besar dan rambut yang panajng tidak membuat saya gentar. Tapi setelah dipisah Pak Radin semua reda. Sungguh-sunguh kecewa, sudah mahal, diturunkan ditengah jalan pula.

Saya sempat bingun, mau naik apa ke rumahnya? Ahirnya saya hubungi Nana, dan ada Aiman yang menjemput. Semua beres. Jadi pelajaran yang berharga kali ini. Sore ini hanya di rumah, karena malam ini ada Pak Rahmat yang membawa anak-anak Beswannya yang akan pergi menggunakan bus. Saya tidak mengantar mereka. Biarkan saja ada guru-gurunya. Saya istirahat saja di rumah.[]
Lanjut Hari Ke-318 DISINI.