Monday, December 14, 2020

Menggagas Metode Iqro Part 5 #SeriBiografiKHAs'adHumam


arifsae.comTulisan ini adalah rangkaian buku "Mengenal Tokoh Penggagas Buku Iro". Bagian ini adalah lanjutan dari bagian Part 4 DISINI. Tulisan ini adalah lanjutan bab berikutnya. Semoga bermanfaat...

***

Seiring  berhasilnya  KH As’ad  Humam  dengan  Team  Tadarus  AMM dalam aktivitasnya, KH As’ad Humam kembali lagi menyusun suatu buku tuntunan  belajar  membaca  Al  Quran  yang  mudah,  cepat,  dan  parktis sebagai jawaban dari ketidakpuasannya terhadap metode yang selama ini ada. Sebenarnya sudah cukup lama KH As’ad Humam berkeinginan menyusun suatu buku tuntunan belajar membaca Al Quran yang mudah, cepat dicerna, dan praktis, bahkan sejak beliau berada di Ngawi bersama kakak iparnya.


Hal tersebut dikarenakan menurutnya menggunakan metode Qowaidul Baghdadiyah, yang sudah banyak digunakan, sangat melelahkan dan membosankan bagi anak-anak, terlebih tak ada kegiatan penunjang lainnya. Beliau kemudian kembali membuka lembaran-lembaran uji cobanya yang sejak tahun 1975 tersimpan, termasuk juga membuka metode Qiroati.


Sejak saat itu KH As’ad Humam mulai menuliskan cara-cara efektif pengajaran baca tulis Al Quran dibawah pohon jambu samping rumahnya. Usaha yang dilandasi kertekunan dan keikhlasan inilah yang kemudian menjadikan hal ini sebagai sebuah hal yang tidak sia-sia. Hasil dari pemikirannya kemudian didiskusikan dengan Team Tadarus AMM, dan diujicobakan di pengajian anak-anak musholla Baiturrohman. Hasil uji cobanya kemudian dievaluasi, diperbaiki, didiskusikan lagi, demikian seterusnya hingga dirasa sempurna.


Nama metode yang digagasnya adalah Iqro. Nama itu terinspirasi dari nama buletin Iqro yang diterbitkan oleh Team Tadarus AMM Yogyakarta. Metode Iqro ini  masih terus dilakukan perbaikan, dan baru selesai disusun pada awal tahun 1989. Tahun itu juga akhinrya KH As’ad Humam mendiskusikan hasil gagasannya dengan KH Dahlan Zarkasyi penggagas metode Qiroati dari Semarang.


Metode Iqro dibukukan dalam buku-buku kecil ukuran ¼ folio dan terbagi dalam 6 jilid. Tiap jilid rata-rata mempunyai 33 halaman dan agar terlihat menarik sesuai karakter anak-anak, dibuatlah warna sampul yang berbeda tiap tingkatan jilidnya, yaitu jilid 1 warna merah, jilid 2 warna hijau, jilid 3 warna biru muda, jilid 4 warna kuning, jilid 5 warna ungu, dan  jilid 6 warna coklat. Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi  yang harus dilalui secara bertahap oleh santri secara urut.


Bagi anak yang telah menyelesaikan jilid 6, bila mengajarkannya sesuai dengan petunjuk, dapat dipastikan bisa membaca Al Quran dengan benar. Secara garis besar, masing-masing jilid itu disusun sebagai berikut,

Iqro Jilid 1-6

Iqro Jilid 1, berisi pengenalan bunyi huruf-huruf tunggal ber- harokat fathah. Diawali huruf a-ba, ba-ta, ba-ta-tsa dan seterusnya hingga bunyi huruf ya, dan diakhiri dengan halaman Ebta. Pada jilid ini terdapat lampiran Indeks Huruf, yang dimaksudkan untuk membantu titian ingatan bacaan-bacaan yang lupa. Dibagaian halaman sampul belakang tercantum bait-bait  nyanyian  lagu  yang  berjudul  Belajar  Membaca.  Syair lagu tersebut berisi pengenalan huruf-huruf tunggal ber-harokat fathah dari a sampai ya, dan berisi pesan-pesan bagaimana sebaiknya belajar membaca.


Iqro Jilid 2, berisi bunyi huruf-huruf bersambung, baik huruf sambung diawal, ditengah,  maupun  diakhir  kata,  yang  ber-kharokat fathah. Juga mulai diperkenalkan bacaan mad (panjang), diperkenalkan nama huruf seperti alif sebagai tanda bahwa bacaan huruf yang dikutinya dibaca panjang. Begitu pula nama tanda baca fathah, dikenalkan baik fathah yang dibaca pendek maupun fathah yang dibaca panjang (fathah berdiri).


Iqro Jilid 3, berisi pengenalan bacaan kasroh. Karena anak telah mampu membedakan bentuk-bentuk huruf bersambung, maka pengenalan bacaan kasroh ini langsung huruf tunggal dan huruf sambung sekaligus. Dijilid ini juga diperkenalkan bacaan kasroh panjang karena diikuti oleh ya sukun (mati). Disini seorang ustadz boleh mengenalkan nama huruf ya, dan tanda baca kasroh dan sukun.


Bacaan dhlomah dikenalkan pada jilid ini pada halaman 16 ketika santri telah faham betul dengan bacaan kasroh dan fathah. Dihalaman 19, langsung diperkenalkan bacaan dlomah panjang karena diikuti oleh wawu sukun. Disini santri boleh dikenalkan nama huruf wawu dan tanda dlommah, baik dhlommah biasa maupun dlomah terbalik sebagai tanda panjang. Pada jilid ini sudah mulai dikenalkan dengan potongan-potongan ayat Al Quran yang sederhana bentuknya.


Iqro Jilid 4, diawali dengan bacaan fathah tanwin (Iqro halaman 30, kasroh tanwin (Iqro halaman 5), dlommah tanwin (Iqro halaman 6) bunyi ya sukun dan wawu sukun yang jatuh setelah harokat fathah (Iqro halaman 9), mim sukun (Iqro halaman 13), nun sukun (Iqro halaman 16), qolqolah (Iqro halaman 18), dan huruf-huruf hijaiyah lainnya yang ber- harokat sukun (Iqro halaman 19). Pada jilid ini santri sudah diperkenalkan dengan nama-nama semua huruf hijaiyah dan nama-nama tanda bacanya.


Didahulukannya bacaan qolqolah dari huruf-huruf sukun lainnya dimaksudkan agar sejak dini santri telah mampu menghayati bacaan qolqolah  sehingga terbiasa dengan  bacaan  yang mestinya ber-qolqolah tetap dibaca qolqolah. Dalam bacaan tanwin, nun sukun dan mim sukun, target yang ada pada jilid ini baru memperkenalkan bacaan-bacaan idzhar (jelas), sedangkan bacaan-bacaan yang lainnya seperti idghom (dengung), iqlab (membalik), dan ikhfa (samar) belum diperkenalkan sama sekali. Hal ini dapat dimengerti karena bacaan-bacaan selain idzhar cenderung sulit dilafadzkan.


Iqro Jilid 5, memberikan materi yang semakin kompleks antara lain dengan memperkenalkan cara baca alif-lam qomqriyah (Iqro halaman 3). Kemudian cara baca akhir ayat atau tanda waqof atau berhenti (Iqro halaman 5). Cara baca mad far‟i (Iqro halaman 11). Cara baca alif lam syamsiyah (Iqro halaman 14). Cara  baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf  idghom bighunnah (Iqro halaman 13). Cara baca lam dalam lafadz jalalah (Iqro halaman 24). Cara baca nun   sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf idghom bilaghunnah (Iqro halaman 26).


Satu hal yang perlu dicatat bahwa walaupun dalam jilid 5 ini sudah mengandung bacaan-bacaan tajwid, namun kepada santri belum diperkenalkan nama-nama atau istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu tajwid. Jadi yang paling penting adalah agar santri bisa praktik tajwid-nya, walaupun belum mengetahui istilah-istilah dalam ilmunya (teorinya).


Iqro Jilid 6, memuat hampir semua persoalan-persoalan tajwid, walaupun sebagaimana dalam jilid 5, belum memperkenalkan ilmu-ilmu tajwid-nya atau teori-teorinya. Jilid ini ditutup  dengan  pesan-pesan  penting  penyusun  berupa kriteria seorang santri lulus dari Iqro dan kemudian bisa melanjutkan tadarus Al Quran dari Juz pertama, bukan Juz Amma (juz 30). Sekali lagi, jika dalam mengajarkan Iqro sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada, dapat dipastikan seorang santri telah mampu membaca Al Quran dengan benar, walaupun dengan pelan-pelan.


Selain jilid 1-6, buku Iqro saat ini juga dilakukan beberapa revisi dan penggabungan. Jadi dalam satu Iqro langsung terdiri dari jilid 1-6.


Selain buku Iqro, KH As’ad Humam juga melengkapi instrumen pengajaran  Al  Quran  lainnya  seperti  Buku  Iqro  Klasikal,  Cara  Cepat Belajar Tajwid Praktis, Khot Praktis, Alama bil Qolam (3 jilid), Kumpulan Materi Hafalan TKA-TPA, Kumpulan Materi Hafalan TKA-TPA dan Terjemahnya, Bacalah, Cara Cepat Belajar Membaca Huruf Latin (5 jilid), Pedoman pengelolaan, pembinaan dan Pengembangan M3A (Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan Al Quran), dan lain-lain.


Bersambung...Part 6 DISINI.